.
.
.
.
.Chaeyeon memegang pipinya yang terasa perih karena ditampar Jiae. Wanita itu menatap Jiae dengan marah, "Maksud lo apa? Lo nggak bisa liat kalau di foto itu Jaehyun sama gue sama-sama dalam keadaan nggak pake baju hah?"
"Iya gue liat. Gue liat semuanya. Tapi lo tuh terlalu bodoh tau nggak ?" Jiae menghela nafasnya, "Lo ngasih obat tidurkan buat Mas Jaehyun ?"
"Hah?" Bukan suara Chaeyeon, melainkan suara Jaehyun yang terkejut dengan pertanyaan Jiae.
"Lo gila nuduh gue kayak gitu?!" Protes Chaeyeon tak terima.
Jiae tertawa hambar, "Gue nggak nuduh. Emang kenyataannya gitu," Ucapnya, "Lo sengaja naro obat tidur di makan siangnya Mas Jaehyun. Lo juga mengatas namakan gue sebagai si pengirim kan ?"
Chaeyon diam terpaku. Ia tidak menyangka kalau Jiae secerdas itu.
Jiae memang curiga dengan wanita satu ini. Apalagi saat Jaehyun bilang terimakasih atas makan siangnya padahal dirinya tidak mengirimkan makan siang untuk Jaehyun, lalu Jaehyun yang bilang kalau dirinya ketiduran di ruang khusus, padahal seingat Jaehyun dirinya sedang mengerjakan sesuatu. Dan banyak lagi alasan Jiae menuduh Chaeyon sebagai pelaku.
Jiae yakin, Chaeyeon sengaja melakukan itu agar rumah tangga Jiae dan Jaehyun berantakan dan berakhir dengan perceraian.
"Chaeyeon! Apa yang dibilang Jia itu bener? Lo sengaja ngasih gue obat tidur hah?!" Tanya Jaehyun dengan penuh emosi.
Chaeyon gelagapan. Rencananya benar benar gagal total dan tidak sesuai dengan ekspetasinya.
Chaeyeon tiba-tiba menangis, "Jae? Kamu beneran nggak percaya kalau anak yang aku kandung ini anak kamu? Kamu lupa kita pernah ngelakuin itu hah?!"
PLAK satu tamparan diberikan Jiae lagi ke pipi Chaeyon, "Berhenti akting Chae!" Bentak Jiae dengan nafas memburu.
Eunwoo menarik Chaeyeon ke belakangnya, ia berusaha melindungi wanita itu, "Tolong jangan kasar sama Chae Ji," Pinta Eunwoo.
"Woo, gue juga nggak bakal bersikap kurang ajar kalau dia nggak kurang ajar duluan!" Balas Jiae tak mau kalah.
Eunwoo menghela nafas, "Tenang ya Ji. Biar gue tanya sama Chaeyeonnya," Eunwoo membalikan tubuhnya menghadap Chaeyeon. Wanita itu sedang menunduk sambil menahan nyeri di kedua pipinya.
"Chae," Panggil Eunwoo sambil memegang kedua bahu Chaeyeon, "Kamu beneran ngasih obat tidur ke makanan Jaehyun?" Tanya Eunwoo berusaha lembut.
Chaeyeon menepis lengan Eunwoo dengan kasar, "Iya! Aku emang sengaja ngasih obat tidur ke Jaehyun! Puas?!"
"Tapi kenapa?"
"Karena aku hamil anak kamu Woo! Aku hamil anak kamu!" Bentak Chaeyeon, "Aku nggak sudi anak ini ada di kandungan aku. Aku cuma mau mengandung anak dari Jaehyun! Lagipula aku nggak suka ataupun cinta sama kamu. Aku cuma cinta Jaehyun! Asal kamu tau, selama ini aku cuma pura pura baik di depan kamu," Sebenarnya niat Chaeyeon melakukan ini semua hanya untuk mendapatkan Jaehyun. Hanya itu. Chaeyeon memperalat bayi yang berada di kandungannya supaya Jaehyun menikahinya dan meninggalkan Jiae.
Entahlah, perasaan Eunwoo benar-benar sakit saat Chaeyeon mengucapkan kalimat itu. Hanya saja ia tidak bisa marah pada Chaeyeon.
"Jalang," Desis Jiae, "Mulai sekarang, lo pergi dari apartement gue! Gue nggak perduli lagi lo mau tinggal dimana atau sama siapa. Gue nggak perduli," Jiae sangat kecewa dengan Chaeyon. Ia bahkan sudah tak perduli lagi mau bagaimana hidup wanita itu kedepannya.
Jaehyun mengangguk setuju, "Dan gue sebagai pemilik perusahaan, memecat lo dari pekerjaan lo Chae."
Chaeyeon menggeleng, "Jangan pecat aku Jaehyun. Aku nggak mau kita jauh," Ujarnya tak tahu diri.
"Chae! Stop!" Pekik Eunwoo yang sudah muak dengan pembicaraan ini, "Kamu jangan bodoh. Kamu nggak boleh ngerebut Jaehyun dari Jiae. Kamu itu calon istri aku."
"Aku nggak mau! Aku nggak mau nikah sama kamu!" Bentak Chaeyeon lalu berlari keluar rumah, meninggalkan Eunwoo, Jaehyun, dan Jiae.
Eunwoo segera mengejar wanita itu. Tapi belum sampai pintu rumah, Jiae memanggilnya dan berbicara sesuatu, "Jangan dipaksa kalau Chaeyon emang nggak mau. Karena diluar sana masih banyak perempuan yang lebih baik dari dia Woo..." Eunwoo tersenyum tipis sebelum akhirnya pergi.
Jiae mendudukan tubuhnya di sofa. Ia menghirup udara sebanyak banyaknya dan mengeluarkannya, "Tangan aku sakit habis nampar Chaeyon," Ucapnya sambil menatap Jaehyun dengan wajah melasnya.
Jaehyun tersenyum lalu memeluk Jiae dengan erat, "Makasih Bun..."
Jiae tersenyum. Ia juga bisa merasakan kalau Jaehyun menangis di pundaknya, "Jangan nangis. Ngapain coba nangis hah?" Tanya Jiae sambil mengusap punggung Jaehyun.
"Aku cuma terharu. Makasih Bun karena udah percaya sama aku. Sumpah demi apapun aku nggak akan berani ngelakuin hal semurahan itu dibelakang kamu."
"Aku tau. Makanya aku bela kamu tadi," Ucap Jiae, "Lagipula aku nggak akan percaya semudah itu sama Chaeyon Mas. Chaeyon itu baru aku kenal beberapa bulan yang lalu, sedangkan kamu, aku udah kenal kamu bertahun tahun. Aku bisa bedain mana kamu yang bohong dan mana kamu yang jujur."
Jaehyun melepaskan pelukannya, lalu menatap Jiae dengan lesu, "Maaf ya. Maaf karena aku belum bisa jadi suami yang baik. Maaf juga kalau aku sering banget bikin kamu cemburu."
Jiae menggeleng, "Kamu udah baik kok Mas. Apalagi akhir-akhir ini kamu selalu ngomong jujur dan apa adanya sama aku."
Jaehyun kembali memeluk Jiae, "Aku bersyukur banget punya istri yang percaya suami kayak kamu Bun."
Jiae terkekeh, "Iya Ayah. Lagipula dengan adanya masalah ini, rumah tangga kita jadi semakin kuat kan? Kita jadi saling menghargai dan bisa lebih mempercayai satu sama lain."
Jaehyun mengangguk menyetujui.
"Btw, tadi waktu aku marah keren nggak?" Tanya Jiae random.
Jaehyun mengacungkan jempolnya, "Keren banget. Cocok buat main drama sama Lee Sooman."
Jiae mengernyitkan dahinya, "Lee Sooman?"
Jaehyun mengangguk, "Ituloh Bun, yang dramanya tiap hari kamu tonton. Kadang kamu sampai lupa kalau udah punya suami setiap liat drama dia."
Jiae menepuk keningnya, "Itu Lee Jongsuk Ayah!" Ucapnya gemas, "Bukan Lee Sooman. Gemes deh sama kamu. Jadi pengen nyium tau nggak ?"
Jaehyun memajukan wajahnya, "Cium dong. Udah berapa hari ya nggak di cium kamu?"
"Mau aja atau mau banget?" Goda Jiae.
"Sayanggg..." Rengek Jaehyun manja.
Bukannya gemas, Jiae rasanya ingin menjambak rambut Jaehyun karena sikapnya itu.
"Nggak ah. Aku mau ke kamar aja," Tolak Jiae sembari bangun dari sofa. Belum sempat bangun sempurna, Jaehyun menarik lengan istrinya itu sampai Jiae jatuh di pangkuannya.
"Ngapain?" Tanya Jiae yang berada diatas pangkuan Jaehyun.
"Minta iniloh," Jaehyun meletakan tangannya di bibir Jiae.
Jiae hanya mengangguk, lalu memajukan wajahnya lebih dulu untuk mencium Jaehyun.
Cukup lama bibir mereka saling terpaut, bahkan lengan Jiae sudah melingkar nyaman di leher Jaehyun. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, lengan Jaehyun mulai bergerak nakal di dalam kaos Jiae, "Mas Jaehyun! sakit!" Jiae melepaskan diri dan mencubit lengan Jaehyun saat pria itu menarik tali daleman bagian atasnya dengan keras.
Jiae menggelengkan kepalanya lelah.
Jaehyun itu usil, hanya saja usilnya berbau dewasa.
Jaehyun kembali menyambar bibir Jiae, membuat wanita itu kembali bungkam.
Tanpa diketahui pasangan suami istri itu, ada seorang anak kecil yang berdiri di ambang pintu masuk dengan polosnya, "Ayah sama Buna mirip sama orang yang ada di hp om om pos ronda tadi..." Gumam Jichan sembari memperhatikan apa yang tengah dilakukan oleh kedua orang tuanya.
Vomentnya gaesy!
KAMU SEDANG MEMBACA
After Married ; Jung Jaehyun [END✔]
Fanfic[15+] Sequel dari Nikah ; Jung Jaehyun "Aku mau punya banyak anak," -Jung Jaehyun High rank #4 in kpop (20/7/19)