3. Buna Sakit

34.1K 2.9K 327
                                    

.
.
.
.
.

"Bunaaa, Ayah pulang!" Jaehyun yang baru saja memasuki rumahnya sedikit bingung saat tidak mendengar sautan dari Jiae. Biasanya Jiae akan menyaut dengan kata-kata, "JANGAN TERIAK! JIMMY SAMA JENO BARU AKU TIDURIN," Dan akan dibalas teriakan lagi oleh Jaehyun, "KAMU JUGA TERIAK!" Sampai akhirnya Jeno dan Jimmy kembali terbangun karena mendengar teriakan dari kedua orang tuanya.

"Kak, Buna mana? Kok Ayah panggil nggak nyaut," Jaehyun menghampiri Jena yang tengah menonton televisi lalu mengecup pipi anaknya itu.

Jena menggedikan bahunya, "Tadi Buna ke kamar, Jimmy nangis, tapi sampai sekarang belum balik lagi."

Jaehyun mengangguk paham lalu menyusul Jiae, "Buna kok kam--Astaga Jia!" Jaehyun memekik kaget saat melihat Jiae tengah menangis di depan pintu kamar mandi. Jaehyun segera menghampiri istrinya, "Kamu kenapa sayang?" Tanya Jaehyun panik, "Kepeleset di kamar mandi ya?"

Jiae menggeleng lalu menunjuk Jeno dan Jimmy yang tengah menangis diatas kasur, "Mereka nggak mau berhenti nangis. Aku capek dengernya."

Jaehyun menghampiri Jimmy dan Jeno lalu menggendong kedua anaknya, "Cup cup, anak Ayah kenapa pada nangis? Mau minum susu hm?" Jaehyun kembali menghampiri Jiae dengan membawa kedua anaknya, "Ji, coba kasih asi deh."

Jiae menggeleng, "Aku nggak mau pegang mereka...." Ucapnya sambil terisak.

Jaehyun mengernyitkan dahi, "Kenapa sayang? Ini Jimmy sama Jeno nangis loh. Kasian kalau nggak di kasih susu."

Jiae menatap Jaehyun dengan sendu, kemudian kembali menangis kencang, membuat Jaehyun jadi panik sendiri, "Aku nggak mau pegang mereka! Ngerti nggak sih Mas ?"

Jaehyun berjongkok dengan susah payah, mengingat ada Jeno dan Jimmy di gendongannya, "Ssstt, Buna jangan ikut nangis ya. Aku jadi ikut pusing nih," Jaehyun jadi bingung sendiri harus menenangkan siapa lebih dulu, anak kembarnya, atau Jiae.

Jaehyun menghela nafas berat dan meregangkan ototnya yang terasa pegal karena menggendong Jeno dan Jimmy dalam waktu yang lama sampai mereka berdua tertidur. Ya, Jaehyun lebih dulu memilih menenangkan Jeno dan Jimmy.

Jiae? Wanita itu masih menangis di depan kamar mandi.

Setelah meletakan Jeno dan Jimmy di masing-masing boxnya, Jaehyun menghampiri Jiae dan memeluk istrinya, "Udah ya Buna, anak-anaknya udah tidur kok. Kamu jangan nangis lagi."

"Nggak bisa. Aku rasanya pengen nangis terus."

Kepala Jaehyun pening. Ia tidak tahu lagi harus bagaimana menghadapi Jiae.

"Kamu kayaknya kena Baby blues deh Ji," Gumam Jaehyun sembari mengelus punggung Jiae agar wanita itu tenang.

Jaehyun merasa Jiae terkena baby blues karena kelelahan merawat si kembar, belum lagi ia harus mengurus rumah dan dua anak lainnya. Seketika Jaehyun merasa bersalah. Ia tidak bisa membantu Jiae untuk menjaga anak-anaknya karena terlalu sibuk di kantor, "Bun, istirahat aja ya sekarang. Ayo," Jaehyun menuntun Jiae ke kasur, dan menyuruh istrinya untuk beristirahat.

"Mau makan nggak?" Tawar Jaehyun yang hanya dibalas gelengan Jiae.

Jaehyun menghela nafas, "Ya udah, kamu sini dulu. Aku mau mandi."

Jiae menggeleng lalu menahan lengan Jaehyun, "Jangan pergi ih. Aku mau kamu di sini Mas," Pinta Jiae.

"Tapi aku belum mandi sayang."

"Nggak apa-apa. Udah sini aja," Kekeuh Jiae.

"Ji, badan aku ger---,"

Ucapan Jaehyun terhenti saat melihat Jiae kembali menangis.

"Kamu kenapa lagi sih Ji yaampun?!" Jaehyun jadi kesal sendiri melihat Jiae yang kembali menangis. Susah-susah ia menenangkan Jiae, dan dengan mudahnya wanita itu kembali menangis.

"Kamu jahat! Kenapa sih nggak mau nurutin aku? Apa susahnya nemenin aku di sini?!"

Jaehyun memijit pelipisnya, "Oke-oke aku temenin. Sekarang tidur ya," Pasrah Jaehyun.

Ergh! Jika Jiae bukan wanita yang ia cintai, sepertinya Jaehyun akan melahap Jiae hidup-hidup.

Jaehyun melambai-lambaikan tangannya di depan Jiae, memastikan wanita itu sudah tertidur atau belum. Saat di rasa Jiae sudah tertidur pulas, Jaehyun meninggalkan wanita itu untuk mandi dan makan. Perutnya lapar, jadi Jaehyun memasak mie instan untuk dirinya sendiri, "Loh Kakak kok belum tidur?" Tanya Jaehyun ketika melihat Jena tengah mengambil minuman dingin di kulkas.

"Ini mau tidur. Ayah temenin Jena ya. Jena takut. Abang Jichan kan belum pulang," Hei, Jaehyun bahkan belum sempat menghabiskan mienya, tapi princessnya sudah meminta di temani tidur. Mau tidak mau Jaehyun menemani Jena di kamarnya sampai anak perempuannya tertidur.

Karena sudah tidak mood untuk memakan mienya, Jaehyun kembali ke kamarnya dan Jiae. Ia berniat untuk tidur. Tapi Jaehyun sangat terkejut saat melihat tubuh Jiae mengeluarkan keringat sebesar biji jagung. Jaehyun mengecek suhu tubuh Jiae, "Astaga, ini panas banget," Jaehyun buru-buru mengambil air hangat dan mengompres Jiae.

"Mas, dingin..." Lirih Jiae.

Jaehyun segera mengambil selimut cadangan dan menyelimuti tubuh Jiae, "Masih dingin nggak Bun?"

Jiae mengangguk.

"Ayah peluk deh ya?" Jaehyun ikut masuk ke dalam selimut dan memeluk tubuh Jiae dengan erat, "Kamu kayaknya kecapean deh Bun, makanya sakit gini."

"Maaf ya?" Sambung Jaehyun.

Jiae mengernyit, "Buat apa?" Tanyanya dengan suara parau.

"Nggak bisa bantu kamu ngurus anak-anak. Ya aku nyesel aja karena sekarang-sekarang ini jarang punya waktu buat kamu sama anak-anak. Kamu juga bahkan sampai kena baby blues," Kata Jaehyun penuh penyesalan.

"Nggak apa-apa. Aku tau kamu diluar sana juga kerja."

Jaehyun tersenyum tipis, "Tuhan emang baik banget sama aku. Dia udah ngasih istri yang pengertian kayak kamu."

Jiae rasanya ingin menangis lagi hanya karena mendengar kata-kata Jaehyun. Hormon wanita itu memang sedang tidak stabil. Jadi ia bisa dengan mudah menangis atau tertawa.

"Eett jangan nangis lagi. Ayah capek ngedieminnya," Pekik Jaehyun saat melihat Jiae sepertinya akan menangis lagi. Jiae terkekeh lalu mencium bibir Jaehyun.

"Bun, kamu lagi sakit aja masih nafsu ya," Goda Jaehyun saat pautan mereka sudah terlepas.

"Mas tolong dong ya, omongan mesumnya di kurangin. Aku nggak mau nambah anak lagi soalnya."

Jaehyun terkekeh, "Capek ya? Ya udah nggak apa-apa, anak empat udah lebih dari cukup," Padahal dalam hati Jaehyun berharap kalau Jiae bersedia untuk menampung benih-benihnya lagi di lain waktu.

"Cukup banget malah. Apalagi kita punya Jichan," Balas Jiae membayangkan bagaimana Jichan yang semakin hari semakin nakal.

Jiae bahkan tidak mengerti dengan Jichan. Dulu saat kecil, Jichan anak yang baik dan tidak pernah macam-macam. Tapi sekarang? Jangan ditanya. Minggu lalu bahkan Jichan mendorong temannya ke selokan. Saat ditanya alasannya kenapa, anak itu malah menjawab, "Jichan lagi latihan supaya bisa dorong Ayah ke selokan."

"Aku heran deh Yah, kok Jichan bisa bandel banget gitu? Kayaknya waktu aku kecil nggak gitu-gitu amat deh," Jiae melirik Jaehyun, "Kamu kayaknya dulu bandel banget nih!" Terka Jiae.

"Terus aja yang jelek-jeleknya kasih aku," Kata Jaehyun tak terima.

"Dih emang gitu kok. Bunda pernah cerita sama aku," Seketika Jaehyun diam saat mendengar Bundanya di sebut oleh Jiae. Jaehyun merindukan Bunda dan Ayahnya. Meskipun mereka berdua sudah lama meninggal, tapi Jaehyun tidak pernah bisa lepas dari bayang-bayang keduanya.

Sadar ekspresi suaminya berubah, Jiae meminta maaf, "Mas, maaf. Aku nggak mak---,"

"Iya aku ngerti," Sela Jaehyun sambil tersenyum, "Oh iya Bun, besok Jichan pulang camping ya?"

Jiae mengangguk.

"Aku kerjain enak kali ya," Ujar Jaehyun sambil tersenyum jahat.

After Married ; Jung Jaehyun [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang