27. Indonesia

18.8K 1.9K 251
                                    

.
.
.
.
.

"Buna," Jiae mengernyit bingung saat melihat Jimmy datang ke butik sendirian. Tidak biasanya anak itu mau kesini. Asal kalian tahu saja, dari keempat anak Jaehyun, hanya Jimmy dan Jena yang jarang keluar rumah. Mereka berdua lebih memilih menghabiskan waktu di rumah jika sedang libur sekolah.

"Tumben kamu kesini. Kan di rumah masih ada kakek sama nenek," Papah Donghae dan Mamah Yoona memang belum pulang ke Indonesia. Katanya mereka masih merindukan anak dan cucunya yang tinggal di sini.

"Bun Jimmy mau ngomong," Jiae melihat ke sekitarnya. Sepertinya Jimmy tidak enak kalau harus berbicara di tempat ramai seperti ini, "Yaudah ayo ke ruangan Buna," Jiae merangkul anaknya dan membawa anaknya ke ruang kerja miliknya.

"Kamu udah makan belum? Kalau belum, biar Buna orderin," Tawar Jiae saat mereka sudah duduk di sofa yang tersedia di ruangan itu.

"Nggak usah ah Bun. Jimmy kesini cuma mau bilang, kalau Jimmy setuju Buna sama Ayah punya adik lagi."

Mata Jiae membelalak. Ia tidak menyangka kalau Jimmy akan menyetujuinya. Ini pasti karena Papah Donghae, begitu pikir Jiae, "Beneran kamu setuju?" Tanya Jiae lagi untuk meyakinkan.

Jimmy mengangguk, "Setuju. Jimmy udah nggak keberatan."

Jiae memeluk anak bungsunya, "Makasih ya sayang. Karena udah berusaha ngertiin Buna sama Ayah yang mau punya dedek bayi lagi."

"Makasih sama kakek juga gih Bun. Gara-gara kakek nih Jimmy setuju."

"Emang kakek ngomong apa aja sama kamu?"

"Banyak. Pokoknya kakek ngejelasin keuntungan punya adik itu gimana. Dan Jimmy tertarik Bun."

"Kata kakek keuntungan punya adik itu apa aja emang?"

"Ada yang bisa dibully Bun."

Jiae menepuk keningnya. Ayahnya memang tidak pernah beres kalau menjelaskan sesuatu.








******







"Mau makan dulu nggak Mas?" Tanyaku sambil membantu Mas Jaehyun melepaskan dasinya. Mas Jaehyun baru saja pulang kerja saat aku, Mamah, Papah, dan anak-anak tengah makan malam. Tapi bukannya ikut makan, Mas Jaehyun lebih memilih masuk ke dalam kamar setelah salaman dengan orang tuaku.

Mas Jaehyun menggeleng, "Pusing Bun kepala aku," Keluhnya.

Aku memegang kening Mas Jaehyun untuk mengecek suhu tubuhnya, "Nggak panas. Mandi dulu aja ya, habis itu langsung tidur biar enakan."

Mas Jaehyun meletakan kepalanya di ceruk leherku dan memeluk tubuhku, "Temenin tidurnya," Pintanya manja. Ergh, Mas Jaehyun memang tidak ingat umur. Anak sudah empat tapi kelakuannya masih seperti balita.

Aku mengangguk, "Tiap malem jugakan di temenin kali."

Selesai mandi, Mas Jaehyun langsung menarikku ke kasur untuk menemaninya tidur.

Ia menggunakan pahaku sebagai bantalnya.

Tanganku bergerak mengelus kepala Mas Jaehyun, "Jangan sampai sakit ya sayang. Nanti honeymoonnya gagal," Kataku sambil tersenyum.

Mas Jaehyun seketika langsung duduk menghadapku. Ia menatapku penuh tanya, "Jimmy udah setuju ya Bun?!" Tanyanya excited.

Aku mengangguk, "Dia setuju kok kalau ada adik bayi lagi di perut aku."

Mas Jaehyun tersenyum bahagia kearahku, "Oke! Lusa kita ke Indonesia," Ucapnya semangat lalu memelukku.

"Giliran hal gini kamu semangat," Sindirku, "Btw kita mau honeymoon dimana? Bali? Raja Ampat? Lombok?"

"Raja Ampat," Balasnya cepat, "Tapi kita di sana cuma empat hari Bun. Dan sebelum balik ke Korea lagi kita ke Jakarta dulu, ke makam Ayah sama Bunda."

Aku mengangguk, "Sini tidur lagi. Aku kelonin."

"Jatah?"

Aku memukul lengan Mas Jaehyun, "Sabar. Lusa puas-puasin. Malam ini aku nggak mau ngasih apa-apa dulu sama kamu," Bibir Mas Jaehyun mengerucut, "Yaudah deh Bun."






******








"Pokoknya kalian berempat nggak boleh keluar rumah kalau udah lewat jam 8 malam. Selama Buna di Indonesia, kamu harus nurut sama kakek, nenek, dan satu lagi, jagain Naeun. Jangan sampai model papan atas itu lecet," Aku memperingati keempat anak-anakku.

Mamah Yoona, Papah Donghae, dan Naeun tidak ikut pulang ke Indonesia. Mereka sengaja tinggal lebih lama di Korea untuk menjaga anak-anak. Kalau tidak dijaga, aku takut anak-anakku akan berbuat yang macam-macam. Apalagi Jichan.

Tapi semoga saja apa yang aku takutkan tentang anak-anakku tidak terjadi saat aku jauh dari mereka, ya meskipun hanya untuk satu minggu.

Aku dan Mas Jaehyun berangkat ke Indonesia dengan menggunakan pesawat pribadi yang tentu saja milik Mas Jaehyun. Selama di perjalanan tidak banyak yang kami lakukan. Mas Jaehyun betah memelukku selama berjam jam sampai akhirnya kami berdua sampai di tempat liburan.

Mas Jaehyun menyewa salah satu resort yang menurutku sangat bagus dan indah. Aku bahkan sampai terpana dengan pemandangan yang disajikan meskipun ini sudah malam hari.

"Pinter banget si suamiku ini nyari view dan tempatnya," Pujiku sambil melihat pemandangan pantai lewat jendela kamar.

Mas Jaehyun memeluk tubuhku dari belakang, "Iya dong. Aku sampai harus nanya sana sini buat nyari tempat sebagus ini tau Bun."

Aku mengelus lengan Mas Jaehyun yang melingkar di perutku, "Makasih banyak Mas."

Mas Jaehyun berdehem dan membalik tubuhku.

Kami berdua saling menatap cukup lama. Tangan Mas Jaehyun bergerak menyelipkan rambutku ke belakang telinga. Ia tersenyum tipis kearahku dan menarik tengkukku untuk menyatukan kedua bibir kami.

Aku memejamkan mata saat Mas Jaehyun merengkuh tubuhku supaya makin rapat dengannya.

Aku mendorong pelan tubuh Mas Jaehyun saat terasa sesak, "Mau malam ini emang?" Tanyaku dengan ragu.

Mas Jaehyun menggeleng, "Kamu kayaknya kecapean Bun. Besok aja. Aku nggak apa-apa."

Aku tersenyum dan memeluk tubuh Mas Jaehyun, "Makasih ya udah ngertiin aku. Yuk sekarang mandi dulu. Biar tidurnya enak," Ajakku yang dibalas anggukan Mas Jaehyun.

Kami berdua mandi bersama. Ingat ya, hanya mandi. Tidak lebih, tidak kurang. Selesai mandi, kami langsung naik keatas kasur dan merebahkan tubuh di sana.

Aku tidur sambil memeluk Mas Jaehyun. Asal kalian tahu saja, Mas Jaehyun itu guling paling nyaman untukku. Apalagi bau maskulinnya yang selalu sukses membuatku tenang setiap kali berada di pelukannya.

Jangan iri ya.

"Mas?" Panggilku. Mas Jaehyun sedikit menunduk supaya bisa melihat wajahku.

"Kenapa Bun?"

Aku menggeleng kemudian mengecup bibir Mas Jaehyun sekilas.

Mas Jaehyun terkekeh, "Udah berani ya sekarang cium-cium aku."

"Perasaan dari dulu aku berani deh," Kataku pede.

Mas Jaehyun mencubit pipiku gemas, "Iya. Saking beraninya sampai bikin aku khilaf terus."

"Halah, itumah kamunya aja yang lemah iman, tapi lebih hormon."

"Sembarangan. Udah ah tidur. Ayah ngantuk."

Aku mengangguk dan lagi-lagi mengecup Mas Jaehyun. Hanya saja kali ini di pipi, "Selamat datang lagi di Indonesia Ayah. Tempat dimana kita di pertemukan dan di kasih keturunan yang Insyaallah soleh soleha," Meskipun aku tinggal di negeri orang, bukan berarti aku melupakan tanah kelahiranku. Karena mau bagaimanapun juga, di sinilah tempat aku dan Mas Jaehyun dipertemukan sampai akhirnya kita menikah dan membangun rumah tangga yang bahagia.

After Married ; Jung Jaehyun [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang