Jalan Hati : 2. Bertemu
"Jangan sedih jika kamu kehilangan sesuatu. Berdoa dan tersenyumlah. Allah pasti akan menggantinya dengan yang lebih baik."
...
Mentari pagi mulai menyapa. Embus angin tak henti-henti membelaiku. Ditambah lagi, dengan suara kicauan burung yang menambah kesan merdu di hari yang cerah ini.
Entah kenapa, sedari tadi senyuman selalu terbit diwajahku. Atau mungkin, ini semua karenamu.
Kuhirup udara pagi yang segar ini lalu membuangnya secara perlahan. Membaca doa di dalam hati. Guna mendapat berkah dari Sang Illahi Rabbi.
Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di setiap jam nanti. Yang pasti, aku akan berserah diri kepada-Nya. Karena kutahu, semua itu atas kehendak-Nya. Bismillah, kumulai hariku sekarang.
Suasana hatiku dan dunia seakan memiliki ikatan. Karena sama-sama bahagia. Bak bunga di taman.
Ketika aku akan masuk ke mobil. Tak sengaja melihat sosok yang melintas di depan. Dengan mulut terbuka hatiku bergetar. Ada rasa yang tidak kumengerti menghampiri. Setiap kali aku melihatnya.
Tapi tunggu! Kenapa dia ada di sini? Apa dia tinggal di dekat sini? Lantas, di mana?
"Kakak, kok belum berangkat?" Suara Bunda menyadarkanku.
"Eh, iya Bun. Ini mau pergi. Assalamualaikum Bunda," ucapku tersenyum lalu masuk ke mobil, mencium pipi perempuan yang telah melahirkanku.
Di dalam mobil aku terus mengucap istigfar. Karena telah lancang memandang dan memikirkan seseorang yang belum pasti kutahu siapa dia. Namun, entahlah. Sosok itu seakan memiliki daya tarik yang kuat. Sampai-sampai aku terus tersenyum mengingat pertama kali aku melihatnya.
Aku, Azka. Lebih tepatnya Muhammad Azka. Mahasiswa tingkat empat yang sedang kasmaran. Omong-omong soal kasmaran. Aku pernah merasakannya dulu. Iya, dulu, pada perempuan yang entah siapa namanya.
Kisah itu terekam jelas dalam ingatan. Saat aku pertama kali melihatnya di sekolah. Memang benar kata orang. Masa putih abu-abu itu masa paling indah. Karena terlalu indah, sampai-sampai aku tidak tahu siapa dia. Karena saat kutahu kelasnya. Dia, yang kukagumi sudah hilang.
Bukan! Bukan hilang ditelan bumi. Melainkan, pindah sekolah. Jadi, kisahku berhenti sampai di sana.
Namun, anugerah terindah itu datang kembali. Dan pada orang yang berbeda. Dengan cara yang sama. Aku tidak mengenali sosok yang telah mengusik hatiku.
Tapi, aku berjanji. Jika memang dia jodohku. Aku akan mengajaknya menikah. Dan menjaganya dari jauh. Kudoakan dia dalam diam.
Sampai di kampus tempat kuberjuang. Aku terperanjat ketika melihat salah satu temanku Diki tiba-tiba menghampiri.
"Apa kabar?"
"Kabar baik. Oh iya, dosen masuk gak ya hari ini?" tanyaku pada Diki seraya berjalan menuju kelas.
"Mana gue tahu. Kalau gak masuk, pasti rame tuh grup chat," jawab Diki tertawa setelah itu.
Saat aku berjalan dengan obrolan kecil yang mengundang tawa bersama Diki. Telingaku menangkap suara perempuan. Dengan refleks aku menoleh. Omong-omong, suara itu sama seperti yang kudengar kemarin ketika di depan masjid. Ya, saat aku mencari siapa orang yang tengah memperhatikanku.
"Ibarat pelangi yang datang setelah hujan, pasti akan ada kebahagian yang menyertai kesedihan. Yakinlah, Allah tahu yang lebih baik dari kamu. Semangat, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
[Azka] Jalan Hati ✔
Spiritual[ SUDAH TERBIT ] Pesan di Shopee Jaksamedia 📆 11 Juli - 29 September 2019 Bismillah, kuharap takdirmu nanti akan bertemu dengan seseorang yang selalu menundukkan pandangannya terhadap lawan jenis. Sebagai sarana menjaga iman. Dan selalu mengangkat...