Hari-hari bersamamu setiap waktu telah berlalu. Canduku pada senyummu selalu membuat rindu. Kata-kata indah sebelum perpisahan manis kala itu, tepatilah.
Awan kelabu mulai menyelimuti sang waktu, sebab kau tak ada disampingku. Hitam dan putih, hanya itu yang bisa ku lihat dari langit kala itu. Bahkan sang waktu menjelma bagai kura-kura budug asu, lambat.
Rintik gerimis syahdu tak mampu lagi menghiburku. Ia membasahi setiap langkah kakiku lalu hilang pada rerimbunan jarak. Jarak antara masa depan dan kenangan. Jarak antara warna merah dan abu. Jauh.
Warna pelangi di atas lautan luas membentang bagai jembatan antara kau dan aku, namun ia hilang tak berbekas ketika kalah pada gemericik sinar matahari. Ia memudar lalu pergi begitu saja, meninggalkan aku yang masih kagum.
Barisan burung camar yang mulai pulang kepada sang sarang. Berkelok-kelok bagai hempasan ombak di hadapanku, menyambut hari-hari sendu tanpa kamu.
Bagaimana mungkin jarak begitu kejam terhadap kita?
Bagaimana mungkin jarak mampu memisahkan dua anak manusia yang sedang jatuh cinta?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama dalam Semu
RomanceBercerita tentang sebuah kebersamaan yang tidak menetap walau diperjuangkan dengan sangat kuat. Aku mencintaimu, begitu pun denganmu. Kita berjalan beriringan sambil berpegang tangan, saling mendukung satu sama lain. Kamu bilang akulah semangatmu, k...