Hujan turun deras sejak tadi subuh, aku mengamati sedari tadi dari jendela. Mencoba berfikir bagaimana caraku pergi ke sekolah tanpa kehujanan. Memikirkannya saja membuatku kesal.
Pukul enam, aku berangkat dengan berpayungan. Riuh rendah suara anak-anak sekolahku yang berangkat di bawah payung atau berlarian diantara hujan. Aku memilih menikmati iramanya. Sendu.
Sampai di kelas basah kuyup. Lalu melihatmu duduk disana sendirian, masih memandangi hujan yang semakin deras. Kau menoleh dan tertawa, melihatku dengan sepatu basah.
Secarik kenangan bersamamu membuatku selalu membenci hujan, membenci ketika harus menghadapi kenyataan bahwa kau sudah tidak akan menertawaiku lagi atau lebih tepatnya..
Aku sedih karena kau sudah tidak ada disampingku lagi.
Kau adalah payung di tengah rintik hujan yang mengguyur. Tawamu adalah kehangatan dibalik dinginnya tetes air langit. Mungkin hanya aku yang begitu, tapi tak apa.
Aku tidak akan lagi bersedih karena sesuatu yang telah berakhir, tapi aku bahagia karena sesuatu itu pernah terjadi.
Tidak.
Bagaimana mungkin aku bahagia, jika hanya kenangan yang mampu aku genggam, bukan tanganmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama dalam Semu
RomanceBercerita tentang sebuah kebersamaan yang tidak menetap walau diperjuangkan dengan sangat kuat. Aku mencintaimu, begitu pun denganmu. Kita berjalan beriringan sambil berpegang tangan, saling mendukung satu sama lain. Kamu bilang akulah semangatmu, k...