DIA, KEENAN SAMUDERA
Ada hal yang membuatnya tidak ingin memiliki kenangan.Karena perlu usaha untuk melupakan.
—Keenan Samudera—
***
KEENAN memijat kepalanya yang terasa sakit.
Akhir-akhir ini ia sering menerima banyak keluhan dari siswa. Meski, jabatannya sebagai ketua OSIS tidak akan lama lagi. Bukan berarti ia bebas mengabaikan berbagai macam keluhan. Apalagi, hari ini, cowok itu baru saja mendapat laporan tentang pembulian yang terjadi di sekolahnya.
"Iya, tadi sempet gue rekam, sih." di ruang OSIS yang cukup sepi ini Keenan terus-menerus mendapat keluhan tentang itu. Ditambah lagi ketika Niko, sahabatnya, menyodorkan ponsel dengan rekaman video yang sedang diputar. "Bisa lo liat sendiri, kan? Lo gak takut kalo nanti Ratu semakin semena-mena sikapnya? Bully sana-sini. Emang udah gak takut hukum kayaknya itu cewek. Sadis!"
Dengan berat hati, Keenan mengangkat kepalanya dari layar ponsel. Lalu menoleh pada Niko. Tanpa ekspresi. "Gue lagi urus masalah festival sekolah, Nik." ucap Keenan setelahnya. "Lagian kalo soal begituan, seharusnya Bu Afti yang turun tangan."
"Heh, gak sembarang guru bisa keluarin Ratu dari sekolah." Niko berujar. "Selain karena dari keluarga pendonor dana sekolah. Ratu juga anak dari pemilik kampus favorit. Bisa bahaya kalo sekolah putus koneksi sama rektor kampus idaman."
Niko berdecak tidak suka sambil melirik ke arah Keenan yang sedari tadi duduk dengan buku di tangannya. Tampak tidak peduli dengan keluhannya. Ditambah lagi, cowok itu lebih memilih membaca proposal. "Ken, posisi lo di OSIS itu sebagai ketua. Masa iya lo gak ada usaha sedikit, pun?"
Menoleh ke arah Niko lagi. Bukan Keenan namanya kalau cowok itu memiliki banyak ekspresi.
Dan Niko hanya bisa mendengar suara dengusan dari cowok di depannya.
"Terus lo mau laporin kelakuan yang udah lo rekam itu ke komnas HAM?" tanya Keenan datar, tidak ingin ikut campur juga sebenarnya.
Niko tertawa. "Iya, gak, gitu. Gue ngerekam juga buat dokumentasi pribadi, doang. Tapi bukan maksudnya gue suka liat pembulian. Aduh, gimana ya, jelasinnya?"
Keenan memutar bola mata. Terlalu malas untuk bicara hal-hal tidak penting.
"Tapi kelakuan gue yang itu gak sebanding sama anak-anak yang mau nyerang balik kelakuan Ratu." kalimat Niko cukup memancing perhatian Keenan untuk bertanya.
"Maksud lo?"
Niko yang merasa Keenan tertarik dengan pembahasan ini. Hanya menarik kursi lebih dekat dan membawa dirinya ke arah Keenan, sebelum berbisik.
"Lo tau kan anak-anak yang dibuli Ratu cepet atau lambat bakal nyerang balik ke cewek itu. Tapi sayangnya gue gak tau mereka mau ngapain."
"Dan gue juga gak peduli, Nik." ucap Keenan sambil membalik halaman buku.
Niko menyeringai melihat reaksi Keenan yang datar. "Kenapa? Harusnya lo juga ikutan, dong? Bukannya seorang pembuli itu harus dapet pelajaran yang setimpal?"
"Itu beda. Perbuatan gak seharusnya dibales sama perbuatan." Keenan menutup bukunya, membuat seringaian Niko sirna saat Keenan beranjak dari kursi dengan dua buku di tangannya.
"Eitss...mau kemana lo?" tanya Niko kemudian.
"Ke kantor. Kasih proposal."
Hanya itu yang Niko dengar sebelum Keenan menghilang dari balik pintu ruangan OSIS. Mengabaikan Niko yang masih memanggil namanya. Dengan sebelah tangan tenggelam di saku dan tangan lainnya memegang buku tepat di samping badan. Keenan mengambil jalan lebih ke sisi saat melihat anak-anak lain berjalan melewatinya.
Sebenarnya, mau tidak mau Keenan sempat memikirkan apa yang Niko katakan. Tidak-tidak. Seharusnya Keenan tidak perlu peduli dengan apapun yang akan dialami Ratu. Melihat bagaimana cewek itu sering membuli di sepanjang hari cukup menyakinkan keteguhannya. Jika sampai kapanpun Keenan tidak akan memasukkan nama Ratu ke dalam daftar tipe cewek idealnya.
Cowok itu menggelengkan kepala seiring dengan langkahan kakinya yang terhenti tepat di tengah tangga.
Bukan karena ia melihat Bu Afti, pembina OSIS yang baru akan menaiki tangga. Tapi, kerumunan orang yang tertawa mencemooh di ujung tangga sana membuat Keenan mengepalkan kedua tangan.
Kemudian ketika matanya melihat seorang cowok yang persis di video rekaman Niko melewatinya dengan wajah yang penuh coretan hitam.
Di detik itu, Keenan merasakan ingatannya terlempar jauh ke masa lalu.
Adalah sewaktu dirinya pernah merasakan hal yang serupa dengan yang Bobby alami, saat ini juga.
Yaitu, menjadi korban pembulian.
***
Bagaimana Part pertama? Sudah ada feeling untuk jatuh cinta ke Keenan?
Semoga kalian tambah suka dan tertarik untuk baca lanjutan dari cerita RATU ya Amin.
Jangan lupa Comment dan Vote untuk cerita RATU ya.
Jangan lupa juga follow wattpad hfcreations biar kalian langsung dapat notifikasi langsung kalau RATU update.
Selalu support dan baca cerita RATU by Y. Arviyani
Sekali lagi jangan lupa comment dan vote yaa. Biar penulisnya tambah semangat lanjutinnya.
Dan juga jangan lupa Share cerita ini Di Instagram kalian dan Wajib banget buat rekomendasiin cerita ini ke teman-teman kalian biar dilanjut ceritanya semakin cepaat :)
Ayo rekomendasikan Cerita RATU keteman-teman kamu yaaa.
Untuk Info-info mengenai cerita hfcreation bisa dicek di Instagram : @hf.creations
KAMU SEDANG MEMBACA
RATU (TAMAT)
Teen FictionRatu Kenarya terkenal karena berhasil membuat sebagian anak cowok meneguk ludah. Bukan oleh wajahnya yang cantik dan bibirnya yang merah alami. Melainkan sikap pongahnya begitu tengah menolak anak-anak cowok yang menembaknya terdengar cukup menyakit...