***
SESEORANG mana yang menginginkan kisahnya berakhir dengan kata tidak bahagia? Sebagai seorang penulis baru, Keenan sendiri tidak pernah menghadirkan sebuah ending cerita yang tidak diharapkan oleh para pembacanya.
Tapi, bukankah sesuatu yang berbeda itu justru jauh lebih menarik dibanding yang lain? Mungkin untuk sebagian penulis buku terutama novel, ending adalah hal yang harus diperhatikan dan bagian terpenting untuk bisa menilai apakah cerita itu berkesan atau tidak.
Lalu keputusan Keenan sejak ia merintis cita-cita sebagai seorang penulis adalah selalu menulis ending cerita yang membuat orang lain tersenyum dan saling berbagi tawa.
Sesederhana itu, untuk Keenan menemukan kebahagiaannya.
Mulai dari berbagai tumpukan email yang sering masuk ke ponselnya, entah itu sederet kata kagum atau kesan-kesan dari para penggemar bukunya, ternyata bisa menciptakan senyuman untuk seorang Keenan.
Dibandingkan sebuah penerbit mayor yang menawarkan Keenan untuk mencoba menulis ending cerita yang berbeda dari yang biasa ia tulis, lalu dengan begitu royalti yang akan didapatkan cowok itu bertambah dari biasanya.
Keenan tidak membutuhkan itu.
Itu sama sekali tidak membuatnya bahagia.
Ia lebih membutuhkan tawa dan senyum para penggemar bukunya daripada harus menerima keuntungan besar dari hasil penulisan cerita yang begitu berbeda dari yang biasanya cowok itu ciptakan.
Hatinya seolah tak bisa menerima jika ending yang ditulisnya tidak sesuai dengan harapan para pembacanya.
Dan rasanya persis seperti harapan yang pernah Keenan gantung tinggi-tinggi lalu kemudian dijatuhkan ke titik paling bawah, seolah kekuatan untuk menemukan kembali harapan itu pupus bersamaan dengan kenyataan yang berada di depan matanya.
Lalu dimulailah pikiran Keenan yang mengacau. Tenggelam dalam bayang-bayang yang membuat kisahnya dengan Ratu berakhir seperti sekarang.
"Langsung saja. Karena saya tidak butuh basa-basi." masih di tempat duduknya. Flora berkutat pada tas ber-brand mahal di pangkuannya, mengambil sesuatu yang sebelumnya sudah ia persiapkan, lalu dengan gaya angkuh menyerahkan benda itu pada laki-laki yang duduk di hadapannya. "Silakan kamu buka sendiri."
Benda yang berupa map coklat itu hanya ditatap dalam kernyitan dahi oleh Keenan. Jelas, jika sorotan mata wanita dihadapannya menginginkan cowok itu untuk berbuat lebih dari sekedar tatapan.
Dan hal itu yang memaksa Keenan untuk mengambil benda tersebut. Memegangnya dalam gemetar, begitu pula dengan matanya yang berulang kali melihat ke arah Flora dan kembali pada map yang ada di tangannya.
Di saat dirinya menyakini dalam hati, bahwa ini tidak ada sangkut-pautnya antara hubungan Ratu dengan dirinya. Lagi-lagi sebuah suara membuyarkan lamunan Keenan dalam sekejap.
"Saya tidak punya waktu banyak." jam tangan yang melingkar di pergelangan wanita itu menjadi pusat perhatiannya. "Sebentar lagi saya ada jadwal penerbangan ke Jerman."
Tentu saja. Kalimat terakhir Flora membuat Keenan seketika menegang. Juga pikirannya yang melabuh jauh, menerka-nerka isi dari map coklat yang tengah digenggamnya. Lalu itu menjadi sebuah alasan agar Keenan segera membuka amplop itu, meski sebenarnya di dalam hati ia tidak ingin melakukan ini.
Pada map coklat yang sudah di buka, Keenan menemukan beberapa lembar copy-an berkas. Membacanya dengan teliti sambil sesekali menahan lonjakan aneh di hatinya sewaktu membaca judul dari berkas tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
RATU (TAMAT)
Fiksi RemajaRatu Kenarya terkenal karena berhasil membuat sebagian anak cowok meneguk ludah. Bukan oleh wajahnya yang cantik dan bibirnya yang merah alami. Melainkan sikap pongahnya begitu tengah menolak anak-anak cowok yang menembaknya terdengar cukup menyakit...