***
SEPERTINYA tersenyum saja, belum bisa mengungkapkan seluruh rasa bahagianya sekarang. Entah itu karena hari ini adalah hari paling penting dalam hidupnya atau pintu berwarna coklat yang masih tertutup itu adalah alasan yang tepat.
Kalau Ratu pintar mengingat. Ini kali pertamanya ia akan berkunjung ke rumah laki-laki. Hanya dengan memikirkannya saja sudah membuat degup jantungnya melonjak drastis.
Ya ampun, apa begini rasanya apelin rumah pacar?
Ratu bahkan tidak segan-segan menolak tawaran Alana dan Sahla yang ingin mengajaknya menonton atau pergi makan bersama sekarang dengan alasan yang membuat kedua sahabatnya itu sedikit kesal.
Cewek itu, Ratu, ingin menikmati waktunya bersama Keenan lebih dahulu.
Di detik itu juga Ratu mengeluarkan cermin dari dalam tasnya untuk merapihkan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan. Lalu memoles bibirnya dengan lipstick berwarna peach dibarengi pintu berbahan jati di depannya yang terbuka setelah sebelumnya ia ketuk sebanyak tiga kali.
Ratu yang terkejut segera menyimpan kembali cermin dan lipsticknya ke dalam tas, tepat ketika ia menemukan seorang wanita berdiri di ambang pintu.
Setidaknya itu tidak terlalu mengejutkan dibandingkan jika Keenan yang tengah memergoki dirinya seperti itu. Ah, pasti cowok itu akan mengatai-ngatainya sampai membuat Ratu kesal.
"Pagi, Tante." tersadar dari lamunannya. Ratu lalu merangsek maju, meraih tangan wanita di depannya dan mencium punggung tangannya. Meski sebenarnya Ratu sendiri jarang melakukan hal itu. "Keenan-nya ada?"
"Ada di dalam." Rosa menyampirkan bahunya ke samping lalu memberi jalan untuk Ratu. "Silakan masuk dulu."
Setelah mengangguk sekadarnya. Ratu memutuskan untuk berjalan mendekati ruangan tamu dengan sebuah sofa panjang dekat televisi. Namun, belum sempat Ratu menatapi keseluruhan sudut rumah ini. Sebuah suara lebih dulu melenyapkan rasa kagumnya.
"Kamu ke sini naik taksi?" tanya Rosa membuat Ratu mengangguk. "Kenapa bukan Keenan yang nyamper kamu, Ratu? Masa dia yang nyuruh kamu ke sini?"
"Gak apa-apa, Tante." ujar Ratu. "Sesekali Ratu juga mau main ke sini."
Rosa mengambil tempat duduk di sebelah Ratu setelah meletakkan nampan berisi minuman dan kue keju yang baru saja ia bawa dari dapur ke atas meja.
"Keenan emang jarang ajak temennya main ke rumah. Padahal Tante suka banget kalo ada yang main ke sini." Rosa lalu mengambil sesuatu dari dalam laci nakas di sebelah sofa. "Selagi nunggu Keenan siap-siap. Kamu mau liat foto-foto Keenan waktu masih kecil?"
Mata Ratu berbinar. "Boleh, Tante?"
Rosa tertawa, menarik bahu cewek itu mendekat sembari merangkulnya. "Siapa yang larang?"
Rasanya mustahil Ratu bisa tersenyum lebar seperti sekarang. Entah itu karena kedekatan yang tercipta di antaranya dan Rosa yang membuat Ratu merasa seperti sedang dipeluk ibunya sendiri, yang sudah sangat lama tidak dirasakan oleh cewek itu. Atau karena tatapannya yang tertuju pada sebuah album foto di pangkuan Rosa adalah hal yang menambah senyumannya kian melebar.
Kemudian Rosa menarik tangannya dari Ratu sebelum membuka cover album. "Kamu gadis pertama yang liat album ini."
Ratu perlu membanggakan diri soal itu. Sebelum terkekeh dengan jari menunjuk ke arah lembar pertama album berisi pose-pose Keenan tengah mengangkat tropi yang ada digenggamannya ke udara. "Ini piala apa, Tante?"
Pada arah pandang yang mengikuti Ratu. Rosa lalu menjawab. "Piala juara satu olimpiade matematika."
"Waktu SD Keenan ikutan olimpiade?" Ratu menggeleng tidak percaya. "Hebat, banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
RATU (TAMAT)
Teen FictionRatu Kenarya terkenal karena berhasil membuat sebagian anak cowok meneguk ludah. Bukan oleh wajahnya yang cantik dan bibirnya yang merah alami. Melainkan sikap pongahnya begitu tengah menolak anak-anak cowok yang menembaknya terdengar cukup menyakit...