***
PERNAH sekali, Ratu melewati satu harinya dengan air mata. Hal yang membuat dadanya sesak, seperti sekuat apapun ia menghentikan tangisan itu. Usahanya kian terbilang sia-sia.
Ratu seolah sedang memeras dada dengan tangannya sendiri. Membiarkan rasa sakit itu berada dalam sana, bukan malah menyebar hingga ke seluruh badannya yang saat ini bergetar.
Akibat dari banyaknya hal yang saat ini berada di dalam pikiran Ratu.
Sebut saja soal kecelakaan yang disebabkan dirinya. Lalu mimpi buruknya yang selama ini Ratu pendam sendiri. Dan yang terakhir, tentang Keenan yang entah dari siapa mengetahui hal tersebut.
Dikatakan semua kekayaan kedua orangtuanya bisa mengembalikan waktu yang sudah terlewat. Ratu yakin, satu penyesalannya akan berkurang. Meski itu tidak akan mengurangi penderitaannya.
Seketika Ratu langsung menggelengkan kepala. Tidak peduli dengan keadaan kantung matanya yang sudah membengkak. Kemudian air mata yang seharusnya mengering justru dipaksa untuk terus mengalir.
Kepalanya yang lelah berpikir malah dituntut untuk mengingat satu hal. Tidak membiarkan cewek itu menyetir dengan tenang dan terus menggerayangi pikirannya bahkan di saat sudah memasuki perkarangan rumah.
Sampai segala hal yang tadi berputar di dalam kepalanya seketika berhenti, tepat di saat Ratu melihat sebuah mobil hitam yang terparkir dan menjadi awal penyebab cewek itu melangkahkan kakinya buru-buru ke dalam rumah.
Membuka pintu rumahnya dengan tergesa bersamaan dengan seseorang yang terpekik di balik pintu tersebut.
"Aduh, Non Ratu!" sembari mengusap dadanya. Tersentak lantaran wanita berusia setengah abad itu menemukan Ratu yang tiba-tiba muncul di hadapannya. "Bikin Mbok kaget aja."
Seolah itu bukan bagian utama kejutan dari Ratu, Mbok Darti kembali dibuat terperanga karena menemukan sesuatu yang janggal pada cewek itu.
"Ya Allah," mengamati bagaimana seragam cewek itu yang kotor di bagian depan. Ditambah lagi sebagian rambut Ratu yang basah dan mengeluarkan tetesan air hingga mengenai kerah seragam di bahunya. Cukup membuat Mbok Darti bergerak untuk menghampiri Ratu. "Kenapa hujan-hujanan gini, sih, Non? Memang habis main dari mana?"
Ratu menggelengkan kepala sebagai jawaban, sebelum melewati Mbok Darti yang sekarang ikut melangkah di belakangnya.
"Mata Non Ratu sembab?" Ratu menyesal karena tadi tidak menundukkan kepala saat wanita itu meneliti penampilannya. Hingga mau tidak mau menimbulkan pertanyaan tersebut. "Mau Mbok ambilin obat salep sama kompres? Dulu Mbok waktu matanya bengkak dipakein itu langsung sembuh."
Kedua kalinya, Ratu menggelengkan kepala. Melangkah menuju undakan anak tangga setelah melontarkan satu permintaannya. "Tolong buatin minuman coklat aja, Mbok."
Melihat wanita itu berlalu ke arah dapur. Ratu mempercepat langkahan kakinya menaiki tangga dibarengi satu ingatan yang terlempar ketika sebuah mobil hitam yang saat ini terparkir di pekarangan rumahnya membuat Ratu segera menutup pintu kamar.
Untuk apa wanita itu kembali?
Membuat keributan bukan hal ganjil lagi. Pikir Ratu.
Dari sanalah, Ratu berjalan menuju cermin dan menatap pantulan dirinya. Terlalu bagus jika dikatakan baik-baik saja. Dengan keadaan berantakan, mata yang sembab dan kulit pucatnya memenuhi seluruh permukaan wajah. Ini adalah kesekian kali, Ratu melihat kondisi tubuhnya yang seperti itu.
Dirasa sudah cukup untuk memandangi ekspresi menyedihkan di wajahnya. Lalu dengan perlahan, Ratu menyentuh cermin tersebut, menyapukan jari-jari tangannya di sana seolah tengah memegang wajahnya yang semakin hari terlihat menyedihkan sebelum berkata.
KAMU SEDANG MEMBACA
RATU (TAMAT)
Novela JuvenilRatu Kenarya terkenal karena berhasil membuat sebagian anak cowok meneguk ludah. Bukan oleh wajahnya yang cantik dan bibirnya yang merah alami. Melainkan sikap pongahnya begitu tengah menolak anak-anak cowok yang menembaknya terdengar cukup menyakit...