DI WAKTU YANG SAMA
Padahal, di luar sana banyak sekali yang lebih menarik dipikirkan.
Tapi, cuma di kepalaku. Namamu berputar, menolak dilupakan.
—Ratu Kenarya—
***
BUKAN menjadi kebiasaan Ratu jika cewek itu harus datang sangat pagi tepat setelah lima menit gerbang sekolah dibuka. Banyak hal yang harus ia lakukan hari ini dibanding membiarkan dirinya tenggelam di atas kasur.
Seperti bagaimana caranya untuk balas dendam pada Keenan? Atau pelajaran apa yang harus ia berikan pada Arka karena berhasil mempermalukan dirinya di mading sekolah. Tapi sepertinya, Ratu memilih opsi kedua ketika matanya menangkap sesosok cowok tengah berjalan masuk ke lorong utama. Hal yang membuat Ratu mengepalkan tangan hingga buku-buku jarinya memutih.
"Gue beneran gak suka berurusan sama cowok." Ratu menatap Arka murka sebelum akhirnya menghampiri cowok itu. Arka yang tadinya masih sempat sibuk mengobrol pada temannya yang memang berjalan bersisian. Tidak memiliki waktu untuk mengelak ketika Ratu berjalan mendekatinya, menarik kasar kerah kemejanya, lalu menghantam perutnya dengan lutut.
Arka tersentak. Ia terbatuk akibat satu tinjuan mengenai pipi kanannya yang tidak sempat cowok itu hindari.
"Dasar brengsek!" Ratu menatapnya bengis. Memang sudah sepantasnya Arka mendapat sebutan itu. "Gue udah kasih tau ke lo buat gak nyari masalah lagi ke gue. Tapi rupanya lo emang gak sayang nyawa."
Sekali lagi perkelahian itu kembali terjadi. Membuat anak-anak yang baru saja berdatangan memilih berkumpul di lorong utama dibanding mengerjakan pr yang belum mereka kerjakan.
Sampai sebuah kalimat tiba-tiba mengalun di udara. Membuat keheningan seketika.
"Bisa lo berenti buat masalah?" seorang cowok muncul entah dari mana dengan wajah datarnya. Dia menatap cewek yang berdiri tidak jauh darinya sedang menendang cowok yang berjongkok sambil menutupi kepalanya dengan tangan. "Lo ngalangin jalan anak-anak lewat."
Mendengar itu. Ratu langsung menegakkan tubuhnya lalu menghampiri Keenan. "Apa lo ngerasa puas karena udah berhasil ngalahin gue? Pecundang! Padahal kita baru tanding sekali doang."
Keenan memilih untuk memijat dahinya dibanding menjawab pertanyaan Ratu. Yang sedetik kemudian cowok itu menggeser bahu Ratu ke samping dan berlalu melewatinya. RatuRatu menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya kasar. Dia bergerak cepat menghadang langkah Keenan agar kembali saling berhadapan.
"Minggir." ujar Keenan. "Gue gak mau liat muka lo!"
Ratu bersidekap dengan melipat tangan angkuh di depan dada. "Lo bener-bener cowok yang seneng cari masalah ya?" Ratu bertanya ketus. "Gak usah ngatur-ngatur gue, kalo lo sendiri aja gak becus ngatur kelakuan sesama spesiesnya."
Keenan mendengus. Dia seakan tidak pernah bosan untuk menatap Ratu dengan tatapannya yang tajam. "Gue rasa lo harus dikasih peringatan buat kedua kalinya."
Ratu terdiam. Membiarkan Keenan kembali berbicara.
"Jangan terus-terusan nyerang cowok. Gue gak tau apa jadinya kalo lo diserang balik." Keenan menyadari jika Ratu sudah melotot ke arahnya. "Dan lo juga gak tau sebrengsek apa seorang cowok yang sebenernya."
Keenan membawa dirinya menunduk. Menatap Ratu yang tentu tidak terlihat takut sama sekali.
"Jangan lupain juga kalo lo itu cewek." imbuhnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
RATU (TAMAT)
Teen FictionRatu Kenarya terkenal karena berhasil membuat sebagian anak cowok meneguk ludah. Bukan oleh wajahnya yang cantik dan bibirnya yang merah alami. Melainkan sikap pongahnya begitu tengah menolak anak-anak cowok yang menembaknya terdengar cukup menyakit...