Layaknya bulan yang redup tanpa matahari.
Dia mungkin tidak akan seindah mawar jika tidak memasang banyak duri.
—Keenan Samudera—
***
SEPERTI saat Sahla meminjam sepatu high heelsnya lalu dikembalikan dalam keadaan patah. Atau Alana yang pernah mengotori mobil kesayangannya.
Ratu tahu ia tidak bisa menampung emosi karena itu. Pernah sekali ia tidak sengaja berkelahi dengan kedua sahabatnya. Seperti membuat goresan cakar di sebelah pipi Sahla atau menjambak rambut Alana hingga rontok.
Nyatanya, memakai cara itu adalah hal yang paling buruk.
Ratu sangat mengerti itu semua. Tepat ketika kedua sahabatnya tidak lagi mau menyapanya.
Untuk seseorang yang kehadirannya tidak diharapkan, Ratu ingin memohon apa? Meminta Tuhan untuk mengembalikan orang-orang yang disayanginya? Mungkin saja. Tapi Ratu hanya perlu menahan diri. Dari segala perasaan yang selalu ia bawa kemanapun melangkah.
Sama halnya ketika Ratu mendengarkan sebuah kalimat menohok dibarengi sikap dingin yang selalu membuatnya meradang.
Gue gak mau jadi pacar yang suka nindas orang!
Bagaimana caranya untuk menenangkan diri? Ia kewalahan. Sangat.
Terdapat dua pilihan dalam hidup Ratu. Kembali mengejar Keenan atau mempermalukan dirinya sendiri dihadapan semua orang.
Tentu saja Ratu tidak akan membiarkan kedua sahabatnya kembali tergelak tawa karena tanpa sengaja melihat perbuatannya.
Untuk itu, Ratu memilih membiarkan Keenan pergi dengan menghampiri kedua sahabatnya dan merebut ponsel yang mereka gunakan sedari tadi untuk merekam.
"Beneran gue banting nih hape." ucap Ratu mengotak atik ponsel Sahla untuk segera menghapus rekamannya. "Jahat lo jadi temen. Gue suruh Denis mutusin lo mampus, La."
Deleted.
Sepertinya keinginan Sahla untuk membuat postingan video heboh di instagram sudah kandas bersamaan ketika ia mendesah lelah. "Bukan gue, Ratu."
Sahla mengambil ponselnya dari Ratu. "Mak Lampir di sebelah lo itu yang nyuruh."
Mendapat sebutan seperti itu. Alana menghentikan tawanya. Menatap Sahla tajam. "Heh, tadi yang ngebet pengen ngepos di sosmed siapa?! Kata lo biar viral posting adegan penindasan gitu."
Ratu tidak menyadari jika buku-buku tangannya memutih kerena terlalu erat mengepal. Ketika ingin memilih pilihan pertamanya untuk kembali mengejar Keenan, lengannya sudah lebih dulu ditarik. Oleh Alana yang langsung membawanya ke arah kantin dan mengabaikan decakan Ratu yang tidak suka.
"Oke, langsung ke bagian inti aja karena gue gak suka gosip." Alana memulai. Mereka mengambil meja kantin paling belakang karena sedikit sepi dari anak-anak. "Jauhan lo, La. Gue yang deket Ratu. Pengen gue interview dia sampe bisu."
"Jadi apa hubungan lo sama Keenan kecuali tentang taruhan itu?"
Ratu seketika terdiam. Sontak sesendok nasi goreng yang hampir memasuki mulutnya berakhir kembali di piring.
"Gak ada apa-apa." Ratu mengangkat bahu acuh. "Gue cuma gak bisa nerima dia menang. Makanya, gue ajak taruhan lagi." seketika Ratu teringat sesuatu. "Loh, perasaan gue gak pernah cerita tentang dia ke lo apalagi kasih tau namanya. Lo kenal dia?"
Alana mengumpulkan tawanya di dalam mulut, sedang Sahla sudah tergelak.
Kedua sahabatnya saling melirik sebelum Alana kembali memulai. "La, temen lo nih suruh psikotes ulang. Siapa tau yang harusnya masih SMP malah lompat kelas ke SMA."
KAMU SEDANG MEMBACA
RATU (TAMAT)
Teen FictionRatu Kenarya terkenal karena berhasil membuat sebagian anak cowok meneguk ludah. Bukan oleh wajahnya yang cantik dan bibirnya yang merah alami. Melainkan sikap pongahnya begitu tengah menolak anak-anak cowok yang menembaknya terdengar cukup menyakit...