19 - Panti Asuhan

10.6K 1.1K 79
                                    

PANTI ASUHAN

Niatnya sudah baik untuk memilih berpisah.

Agar nantinya tidak ada yang saling terluka.

—Keenan Samudera—

***

HAMPIR setengah dari seluruh anggota OSIS yang hadir saat ini, menghembuskan napas lega ketika acara penggalangan dana yang mereka gelar sekarang bisa dikatakan lancar dan sukses. Semua makanan yang dijual oleh anak-anak habis tak tersisa.

Lain halnya dengan Rendi dan Niko.

Tanpa diduga majalah milik Niko ternyata juga terjual habis meskipun melalui toko online. Ataupun Rendi yang harus merelakan akun Mobile Legendnya dijual ke orang lain.

"Rela gue, Nik. Jual akun ML biar gue masuk surga." ucap Rendi setelah mengambil posisi duduk di bangku, tepat di bawah pohon. "Padahal nih ya, gue sering banget push ranking malem-malem."

"Lebay lo!" Niko yang mendekat memilih duduk di sebelah Rendi. "Majalah yang udah gue koleksi dari kelas satu aja, gue biarin jual."

Rendi lebih dulu meninju bahu Niko. "Ya iyalah! Lo ngumpulin majalah kayak gitu sama aja kaya lo lagi ngumpulin dosa."

Niko terkekeh dengan tangan berkutat mengambil kameranya dari dalam tas berukuran kecil.

"Coba aja foto Miyabi yang kita jualin. Laku parah pasti."

Bukan dari Niko suara itu berasal, melainkan Rendi yang bercelutuk sambil mengumpat karena masih belum merelakan akun Mobile Legendnya dijual demi penggalangan dana panti.

"Ren," Niko menegur. "Coba itu mulut lo diservis dulu biar kalo ngomong gak nyiprat ke gue terus."

"Heh, gue lagi kesel malah lo komporin." Rendi menyahut tidak terima. "Coba gih, lo telpon si Keenan udah nyampe mana?"

Dengan kedua tangan yang masih sibuk membersihkan lensa kamera, Niko kembali bertanya. "Kenapa gak lo yang telpon? Nyuruh gue mulu kerjaannya. Dari tadi galang dana, yang gue liat lo cuma duduk aja. Sekarang giliran lo yang kerjalah."

Rendi menggeram. Tidak suka dengan kalimat Niko yang terus-menerus menohok. Itulah mengapa Rendi menatap Niko dengan alis menyatu sekarang.

"Lo marah-marah mulu ke gue." Rendi menyentak. "Lo kerasukan jin yang sama kayak Keenan? Bisa kompakan gitu ngomong pedesnya"

Memilih mengabaikan Rendi. Sesudah membersihkan lensa kameranya, Niko membawa dirinya untuk berdiri, tepat ketika ia melihat sesosok cowok berjalan bersisian dengan seorang cewek di ujung sana.

Bertepatan dengan itu, Keenan datang sembari membawa plastik hitam besar. Lalu diletakkannya plastik itu di atas kursi panjang sebelum Keenan berkacak pinggang.

"Itu barang-barang lo yang mau dilelang?" Rendi bertanya di detik berikutnya.

Pada keheningan yang masih tersisa di antara ketiganya, Keenan menunjuk dengan dagu ke arah Ratu yang sejak tadi sibuk memainkan ponsel dengan sebelah tangan tetap bergelayut manja di lengannya.

"Punya cewek uler ini. Bukan punya gue." ucap Keenan membuat Ratu mengangkat kepalanya dari layar ponsel dengan enggan.

"Kenapa?" alis Keenan terangkat tinggi, tepat mendengar suara decakan tidak suka cewek di sebelahnya. "Kalo gak mau disebut uler, gak usah nempel-nempel ke gue."

"Gak mau," Ratu menggeleng sambil mengalihkan matanya kembali ke layar ponsel. "Nanti yang ada lo bongkar rahasia gue ke temen-temen lo kalo gue gak ada."

RATU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang