12 - FESTIVAL

11.7K 1.1K 82
                                    

FESTIVAL

Di usia berapa kamu tahu kalo LDR itu kepanjangan dari Lamanya Derita Rindu?

—Ratu Kenarya—


***

Hari ini sebuah perayaan yang biasa diselenggarakan setiap tahun untuk memperingati HUT sekolah. Hampir dari seluruh perwakilan kelas mendirikan beberapa stand makanan atau minuman di berbagai tempat. Ornamen-ornamen yang sudah dibuat oleh anak-anak OSIS juga turut mewarnai dekorasi festival. Tidak lupa satu set panggung musik yang berukuran lumayan besar dibangun di tengah lapangan.

Mungkin akan ada band-band ternama yang diundang untuk mengisi acara festival. Seperti; Last Child, Noah, Armada, maupun JKT 48 seperti yang disarankan oleh Rendi.

Ratu yang tidak ingin melewati acara ini dengan sia-siapun, sudah mengikuti cowok itu berpatroli untuk memantau acara meski Keenan melarangnya ikut.

Sampai akhirnya mereka memilih duduk di bangku taman, karena Keenan harus memeriksa laporan dari Rendi.

"Gimana?" tanya Keenan melihat Rendi terus memijat dahi.

"Gak bisa gue telpon managernya." Rendi berdecak tidak suka. Sudah puluhan kali ia mendial ke nomor yang sama tanpa ada sahutan selain operator dari ujung panggilan.

"Gue emang tau kalo Jakarta itu suka macet. Kakek sama Nenek gue yang rabun aja tau." ujar Rendi setelahnya. "Ya, tapi masa ngaret-nya kebangetan? Kesian gue sama anak-anak yang udah stand by nungguin bandnya dateng. Keburu mateng gegara dijemur di tengah lapangan."

Rendi kembali sibuk mondar mandir sambil menjepit ponselnya di bahu dan telinga. Sedangkan kedua tangannya ia gunakan untuk memegang kertas yang berisi jadwal acara.

"Mending lo handle dulu bagian host." Keenan mengambil kertas yang tadi dipegang Rendi dan melihat sususan acara. "Soalnya udah mau mulai 15 menit lagi."

"Gue gak bisa." Rendi menggeleng. "Suka gugup gitu kalo ngomong di depan umum. Berasa kek nyatain cinta terus diliat satu sekolah."

Rendi cukup pintar untuk mengartikan tatapan Keenan kemudian langsung meralat ucapannya. "Iye-iye buset. Yang sekarang punya cewe mah maunya beduaan mulu. Gerah gue lama-lama di sini. Kaya ada hawa-hawa setannya gitu."

Cowok itu lalu menarik diri dari sana setelah sebelumnya berhasil membuat Keenan menghela napas. Sepeninggal Rendi, Keenan mengambil ponselnya lalu mendial salah satu temannya yang menghilang sepagian ini.

"Lo di mana, Nik?" tanya Keenan ketika panggilan terhubung.

Terdengar suara dengusan dari sebrang. "Heh, yang nyuruh gue jadi tukang parkiran sapa?!"

Hampir saja Keenan melupakan itu. "Bisa lo tunda? Bandnya belum dateng. Udah Rendi telpon padahal."

"Kenapa gak lo aja yang nunda ngebucin dulu?" lalu suara helaan napas menyusul. "Sebagian anak-anak pada bawa mobil semua ini. Udah gak muat parkirannya. Gue aja sampe nyuruh parkir di luar sekolah. Dan sekarang gue lagi nungguin motor-motor yang ada diluar."

"Emang pantes sih lo, betewe." Keenan menahan tawa saat suara umpatan dari sebrang terdengar. "Gue cari yang lain aja kalo gitu."

Keenan memasukkan ponselnya ke dalam saku. Kemudian menatap Ratu yang memang duduk disebelahnya. "Udah makan?"

"Hah?" Ratu yang tadi sedang melamun. Menoleh ke cowok itu kemudian menunjuk dirinya sendiri. "Lo nanya sama gue?"

"Gak. Gue nanya sama penunggu pohon ini."

RATU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang