MENOLAK PEDULI
Dari sekian banyak orang,
baik akal atau kesempurnaan fisiknya yang diperebutkan.
Tetap mereka yang mampu berdiri tegak sembari mengulurkan tangannya
yang paling banyak dibutuhkan.
—Keenan Samudera—
***
KEENAN berjalan menuju keluar sekolah dengan mata yang masih tertuju pada lembaran kertas di tangannya. Basah, kotor, lusuh, adalah deskripsi yang lengkap untuk proposal pentas seni yang baru saja diprintnya di koperasi sekolah. Bahkan ingatannya juga masih berlabuh pada cewek yang seharusnya ia hindari, namun sekarang justru bermasalah dengannya.
Ratu Kenarya
Karena minuman kaleng perempuan itu yang tumpah ke lembaran kertas yang dibawanya tadi. Keenan tahu, mulai di detik ini, ketenangannya akan goyah. Bersamaan ketika dirinya memasukkan kertas itu dalam tas sembari memiringkan bahu untuk menyalip anak-anak lain di lorong utama. Keenan justru melihat cowok-cowok tengah berkumpul tepat di sebelah mading sekolah.
Di saat pikirannya memilih untuk tidak peduli dengan apapun yang sedang terjadi. Lagi-lagi Keenan harus mengumpat di dalam hati ketika matanya menoleh pada sebuah foto-foto yang ditempel di mading sekolah. Bukannya ia terkejut karena petisi yang dibuatnya hilang entah kemana, melainkan kumpulan polaroid di mading sempat membuatnya meledakkan amarah.
"Boleh juga, badannya." seseorang berceletuk. "Tapi, masih kurang hot itu. Seksinya kurang keliatan."
Miris. Begitu yang ada di pikiran Keenan, melihat sekumpulan laki-laki di sana justru bersenang ria memamerkan foto hasil tangkapannya yang seolah berhasil menguntit seseorang lalu mengambil foto secara diam-diam. Bukan karena Keenan tahu siapa yang menjadi objek di foto tidak senonoh itu, melainkan cara gerombolan laki-laki itu yang berani melecehkannya membuat Keenan—sebagai ketua OSIS—tidak bisa diam.
"Bobby yang ambil gambar itu. Gue suruh dia buat ambil foto Ratu waktu salin seragam di ruang ganti malah yang ke foto punggungnya doang. Tapi, beneran mulus, sih. Gak salah itu cewek jadi inceran." kata laki-laki yang Keenan tahu sebagai provokator. "Bodo amat, gue diapain entarnya. Pokoknya gue mau bales dendam karena itu cewek udah malu-maluin gue waktu nembak dia. Gak bisa dibiarin."
Suara gema tawa yang menyusul cukup untuk membuat Keenan mengepalkan kedua tangan. Dan memilih ambil bagian, meski sebenarnya ia tidak memiliki niatan untuk itu.
"Gue cuma penasaran apa yang dilakuin lo pada di sini. Sore-sore gini." ucap Keenan setelah berhasil menyusup. "Paling enggak, gue udah mastiin muka-muka lo buat masuk ke daftar siswa bermasalah."
Kalimat itu mengambang di udara ketika beberapa anak cowok yang lain justru sedang asik menempelkan polaroid tersebut di mading. "Ck, penganggu dateng. Lanjutin gak, nih? Nanggung banget."
Seorang cowok lalu menghampirinya. Yang Keenan tahu adalah ketua klub basket di sekolah ini, Arka. "Lo gak tau apa-apa, Bro. Gue ngelakuin ini karena mau bales dendam perbuatan Ratu yang udah cewek itu lakuin ke gue."
"Dia udah bikin tangan kanan gue keseleo." ucap Arka lagi. "Dan itu bikin gue gak bisa jadi shooter di tim basket."
"Salah lo yang cari masalah sama itu cewek. Dan saran gue cuma satu. Cabut semua foto-foto lo yang ada di mading." ucap Keenan tegas. "Sebelum gue bertindak semakin jauh."
KAMU SEDANG MEMBACA
RATU (TAMAT)
Teen FictionRatu Kenarya terkenal karena berhasil membuat sebagian anak cowok meneguk ludah. Bukan oleh wajahnya yang cantik dan bibirnya yang merah alami. Melainkan sikap pongahnya begitu tengah menolak anak-anak cowok yang menembaknya terdengar cukup menyakit...