1.Rena

15.2K 422 49
                                    

Aku membuka kedua mataku anggun, mengerjapkannya berkali-kali. Sinar matahari tampak masuk menyinari kamarku dan memberikan kesan yang penuh ketenangan, tapi tentu saja kata tenang itu jauh dari hidupku. Dengar sa--

“RENATA SANTIKA KESHWARI!” suara itu selalu saja mengisi pagiku, seperti pagi ini tentunya.

“iya ma!” aku bangkit duduk diatas ranjangku. “bagus. pinter bangun sendiri, belum lagi mama siram kamu pake air. Air panas biar mateng sekalian,” ketus Mama. Oke, ini Mamaku, Maharani Kumalasari Ningsih, ini namanya sebelum dia menikah dengan Papa-- si pria tidak romantis menurut Mama. Abraham Keshwari. Sekarang tentu saja, nama Keshwari juga bersanding dibelakang nama Mama.

Mama melirikku dengan sebal sembari memegang sebuah undangan ditangannya. “lihat ini!” Mama melemparkan undangan berlapis pita emas itu keatas tempat tidurku.

“Laras sudah mau menikah!” aku menatap Mama malas, hubungannya Laras akan menikah denganku yang baru bangun apa?

“jadi?” jawabku bosan. “kamu sih! Suka bangunnya siang-siang! Gimana jodoh bisa dateng!” Omel Mama. Aku berdiri dari atas kasurku. “Mama mau menantu tau!” teriak Mama. Aku berhenti melangkah dengan Mama yang menatapku dengan tatapan sedih tepat dibelakangku.

“Minta aja sama abang!” ujarku kembali melangkah, meraih handuk dan berjalan ke kamar mandi.

“cowo sama cewe itu beda ta! Umur kamu uda dua puluh enam, lihat Laras, dia baru umur dua puluh dua tahun, tapi undangan uda disebar kemana-mana.” lagi! Mama selalu membandingkanku dengan anak kerabat-kerabatnya yang sudah menikah atau yang akan menikah, seperti sekarang.

“Uda deh mah! Jodoh nanti juga dateng sendiri!” ujarku jengah mendengar ocehan Mama soal menikah dan menikah.

“tiap hari juga kamu bilang gitu, tapi belum ada yang kamu bawa pulang! indak ingek?” teriak Mama. Aku menghela nafas sebal. “nanti kalau tiba waktunya juga, rena bawa pulang mah. Uda deh, rena harus mandi ini mau kerja. Mama masih mau ngomong? Nanti aja tunggu rena pulang kerja.” aku masuk ke kamar mandi meninggalkan Mama di luar kamar mandi, yang sibuk mengomel soal aku yang akan menjadi anak durhaka karena tidak pernah menaati perkataan orang tua.

Gara-gara ocehan Mama, aku hampir telat. “pagi mba!” sapaku kepada Mba Tya dan Mba Tika yang sudah ada diruangan Meeting. Saat ini, aku bekerja di perusahaan Fashion terkenal sebagai bagian dari divisi Marketing.

“hei! Tumben banget lu, datengnya sepagi ini.” sindiran Mba Tya membuatku memutar bola mataku malas. “bisa ga sih, ga disindir pagi-pagi?” tanyaku sinis. Mba Tya dan Mba Tika tertawa, tak lama Mas Nuno, salah satu rekan kerjaku juga di divisi Marketing menunjukkan batang hidungnya. “aduh! Untung aja ga telat gua!” ujarnya lega sembari menghempaskan punggungnya di kursi yang terletak disebelah Mba Tika.

Divisi Marketing perusahaan ini, hanya terisi atas enam orang, termasuk Bu Bos -- Bu Erina.

Aku, Mba Tya, Mba Tika, Mas Nuno, dan satu lagi, Mas Jay yang terkenal agak sedikit berbeda dari spesies yang sama dengannya.

“aduh mbok! Untung aja belum ada bu erina!” serunya dengan secepat mungkin berlari menuju kursinya.

“tadi tuh, gua temanggung a'a tiko sarapince dulu.” cerita Mas Jay, dengan bahasa aliennya kepada Mba Tya yang bertanya alasan kenapa pria yang melambai itu, terlambat.

Tak lama, muncul seorang wanita cantik dengan penuh elegannya memasuki ruang Meeting. Hari ini memang jadwalnya untuk Meeting full team.

“selamat pagi.” ujar Bu Erina, membuka Meeting pagi ini.

Kami menundukkan kecil kepala kami. “baiklah, alasan kenapa kita mengadakan meeting pagi ini ialah kita harus mencari model baru untuk brand baru yang dikeluarkan oleh Bu Hasta.” Bu Hastari Indriana -- seorang designer terkenal yang beruntungnya ialah designer dari perusahaan ini -- ZoyStar.

Bukan hanya ada Bu Hasta, Mrs. Zanna, Pak Dylan, Pak Isam, Mrs. Brown dan beberapa designer yang terkenal di seluruh dunia ini, ialah designer yang bekerja dan mengeluarkan brand mereka dari perusahaan ini.

Aku tentu saja cukup beruntung bisa bekerja diperusahaan sebesar ini.

“apakah kalian telah memikirkan seseorang yang sekiranya cocok dengan brand baru ini?” tanya Bu Erina, setelah asistennya, Bu Gina menunjukkan layar Proyektor tentang hasil design Bu Hasta pada tahun ini.

Oiya, termasuk Bu Gina, ada tujuh orang di divisi Marketing. Tugas kami ialah meningkatkan penjualan dengan mencari model yang cocok, dan memastikan bahwa masyarakat senang dengan design yang dihasilkan oleh para designer.

“bagaimana dengan Choi Siwon?” saran Mba Tika. Dia menanyakan Choi Siwon, karena baru-baru ini Mba Tika lagi tergila-gila dengan Choi Siwon. Bu Erina menolak saran Mba Tika. “tidak. Kali ini, kita harus memakai artis atau model dari Indonesia.” tegas Bu Erina.

Ah, padahal aku baru saja mau menyuarakan opiniku untuk merekrut Godfrey Gao -- aktor Taiwan-kanada yang baru-baru ini membuatku jatuh cinta dengan film-filmnya. Bekerja sebagai pegawai di ZoyStar membuatku, dan beberapa pegawai lain terbiasa melihat artis-artis terkenal, seperti Priyanka Chopra contohnya, yang menjadi model dalam design terbarunya Mrs. Brown. Atau Taylor Swift yang menghampiri fashion show milik Mrs. Zanna.

“bagaimana kalau Rio Dewanto? Uh tubuhnya yang kekar mempesona itu cakrabirawa banget! uhhh bikin eyke ga tahan aja liatnya!” seru Mas Jay.

Bu Erina terlihat berpikir, “boleh juga. Ada lagi?” suara Mba Tya akhirnya terdengar. “oh! Gua tau! Arkana Keitaro Wibowo gimana?” saran Mba Tya, gua terdiam. Teringat akan salah satu adegan film terlaris Arka, dimana pria itu merebut kembali si gadis pemeran utama dari penculik di tengah jalan raya. Dia benar-benar keren!

Kali ini, Bu Erina tersenyum sumringah. “That's right! Good job Tya!” ujar Bu Erina. Wanita cantik itu beranjak dari duduknya, “oke. Rapat ditutup. Rena.” aku tersentak mendengar panggilan Bu Erina, “iya bu?”

“saya percayakan proyek kali ini kepada kamu.” kakiku perlahan goyah, segera setelah Bu Erina pergi meninggalkan ruang Meeting. Salah satu pekerjaan divisi Marketing yang tidak diketahui orang banyak ialah, kami harus mengajak Artis terkenal yang punya schedule sibuk itu, untuk mau meneken kontrak dengan perusahaan. Tak peduli apapun yang kami katakan, atau separah apapun mereka menolak, kami tetap harus membuat mereka meneken kontrak. Kalau tidak, habis sudah riwayat kerjaku. Aku akan dipecat!

Sebenarnya, Marketing punya lebih dari dua puluh orang. Tapi karena mereka tidak pernah becus, dan tidak pernah bisa membuat artis yang dipilih pada rapat meneken kontrak, tak ada lagi gaji tiap awal bulannya. Dipastikan mereka keluar dari perusahaan.

“semangat Rena!” Mas Nuno memberiku semangat sebelum berlalu keluar. “bener. Semangka Rena.” diikuti Mas Jay. Aku menghela nafas berat.

“semoga berhasil, Rena.” ujar Mba Tya dan Mba Tika dengan serentak. Mereka mudah memberiku semangat, karena mereka tidak diposisiku kali ini. Sial.

Aku kembali terduduk karena tidak kuat untuk berdiri, semoga aku tidak akan dipecat kali ini. Semoga saja.

Hello gaes!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hello gaes!

Cerita baru in here! Sebagai pengganti Danadyaksa ehe.

Get it lit ma fams!💕

Ayukk hibur daku dengan komentar-komentar lucu kalian gaes! Baideway, dicerita ini akan terselip sedikit bahasa minang, dan bahasa encong ehe.

Sincerely,

Pikachuu.

A Whole New World. ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang