Aku duduk di ujung sofa. Menatapi Elsa yang tengah mengoceh sembari memainkan ponselnya.
Aku bersedekap sembari memandangi setumpuk selimut yang sempat diberikan oleh Arka untukku. “lo ngapain disini?” Elsa melirikku dengan ujung matanya, membuatku balik menatapnya dengan tatapan bingung. “ya mau tidu--” wait! Benar juga!
“sana balik aja ke kamar, gue gapapa kok ditinggal sendirian disini. Uda biasa.” ucapannya Elsa membuat kerja otakku berputar cepat.
“gapapa. Gua temenin aja sekalian disini.” Elsa menggeleng. Ia bangkit dari sofa dan menarikku naik.
“gapapa gue. Ntar yang ada gua diusir arka lagi gara-gara nyalip jatah semalemnya.” aku menggeleng mantap. “engga engga. Gapapa kok,” tapi ia tetap bersikeras menyuruhku masuk kedalam kamarnya Arka. Aku menghela nafas kecil dan berdiri didepan kamarnya Arka.
“gapapa nih?” ayolah sa! Ajak aku tidur bersamamu! 😭😭
“engga papa silahkan silahkan. Lo pada ena-ena pun gue pura-pura gatau aja haha.” sial. Ia melompat kembali keatas sofa dan membaringkan tubuhnya disana. Meraih pengendali televisi dan menghidupkannya.
“mas arka, permisi.” bisikku dan langsung membuka pintu kamarnya Arka. Tadinya aku berniat untuk mengetuknya. Tapi kalau sampai Elsa jadi curiga kenapa aku mengetuk pintu kamar yang biasa kutempati kan berabe.
Aku masuk kedalam kamar bernuansa gelap ini. Arka kutemukan sedang duduk di sebuah meja dengan laptop didepan wajahnya.
Aku menutup pintu dan duduk diujung kasurnya Arka. Sembari mengutukki diriku sendiri. Bodoh sekali aku ini. Aku tidak sadar bahwa menerima Elsa tidur disini malam ini mengharuskan aku dan Arka bertingkah sebagai sepasang kekasih yang saling mencintai.
Bukan hanya itu, keberadaan Elsa membuatku dan Arka harus tidur dikamar yang sama malam ini.
Pantas saja pria itu bersikeras tak mengizinkan Elsa tidur disini malam ini.
“kamu tidur diatas aja, biar saya yang tidur dilantai.” ujarku dengan wajah tidak enak. Arka mengangguk santai, “tentu saja. Kamar ini kan kamar saya.” iya tuan iya. Arka bangkit dari kursinya dan naik keatas kasur. Aku tersentak dan berdiri menatapnya.
“begini aja?” tanyaku menatap lantai kamar Arka yang bermotifkan marmer. Arka masuk kedalam selimutnya. “jadi?” ia menatapku dengan menaikkan salah satu alisnya. Aku menghela nafas kecil. Ya aku tau dia memang tidak peduli sedikitpun kepadaku, tapi kalau tidur dengan kulitku yang langsung menyentuh lantai tentu saja akan terasa dingin. Badanku juga akan remuk keesokan harinya! Mana ga dikasih banta-- oh?
“cukup kan?” aku menatapnya dan kemudian menatap sebuah bantal yang tergeletak menyedihkan didepan kakiku.
Aku berusaha tersenyum, padahal kedua tanganku sudah tergepal erat. Ingin sekali ku tunjang wajah indahnya itu. Dunia ini benar-benar tidak adil!
“selimut?” tanyaku dengan hati-hati.
“saya sudah memberikan semua selimut yang saya punya untuk kamu. Yang ini, tidak bisa.” ia menatap selimut yang sedang ia pegang. Aku meliriknya sebal. Ck! Dasar menyebalkan!
Aku berbaring diatas lantai marmer Arka yang dingin ini.
“oleh karena itu, saya sudah melarangnya untuk menginap disini tadi. Jangan salahkan saya.” suara bariton Arka terdengar diseluruh penjuru kamarnya ini. Aku berdecih dan memutar tubuhku. Lantainya kenapa keras banget sih!
Dikehidupan mendatang aku harus menciptakan jenis lantai yang lembut seperti kasur, untuk orang-orang sepertiku. Huh!
“iya iya. Ini salah saya.” cibirku. Arka bangkit duduk dari tidurnya. Aku berkali-kali memutar tubuhku kekanan dan kekiri. Jangan salahkan aku! Tidur dilantai itu tidak nyaman tahu!
KAMU SEDANG MEMBACA
A Whole New World. ✔️
Roman d'amour[[E N D !]] ❝menikahlah denganku!❞ perjanjian pernikahan itu, ditandatangani oleh Rena. Dilamar oleh seorang aktor papan atas seperti Arka, siapa yang akan menolak? Hubungan rumah tangga seperti apa yang akan dijalankan oleh Arka dan Rena? 27.7...