36. Namaku, Rena

2.8K 213 87
                                    

Bella dan Kartika membantuku turun dari mobil padahal aku sudah bilang bahwa aku baik-baik saja. Mereka sama saja keras kepalanya dengan Arka.

Mataku menangkap bunga indah yang menjadi dekor rumah mewah ini.

“garbera... ” gumamku. Tampaknya Bella melihat arah pandangku. “mama paling suka bunga jenis itu, kak.” sahutnya, membuatku menoleh kearahnya.

“kata mama, bunga garbera itu melambangkan pernikahan yang abadi.” Abadi? Dalam hati aku tertawa miris. Untuk apa meletakkan bunga seperti ini pada hari pernikahanku, padahal pernikahan itu sendiri ialah sebuah kepalsuan yang dibuat dengan sempurna.

“mama tessa pernah bercerai sebelumnya,” kali ini Kartika yang berceletuk. Seluruh keponakan Tante Tessa memang memanggil Tante Tessa dengan sebutan Mama. Aku tidak tahu kenapa.

“oleh karena itu, mama mulai menyukai bunga ini. Ia ingin memiliki harapan bahwa pernikahannya dengan papa akan berlangsung sampai maut memisahkan.” Bella ikut menatap bunga-bunga itu dengan tatapan penuh arti.

Aku ikut memandangi bunga itu. Dalam diam. Apakah pernikahanku dan Arka juga akan berlangsung selamanya?

Tidak mungkin. Aku menertawai diriku sendiri. Lebih baik jangan bermimpi terlalu tinggi, jika tidak ingin tersakiti. Prinsip itu sudah Mama tanamkan untukku sejak kecil.

Bella dan Kartika membawaku kesebuah kamar yang katanya ialah kamar milik Arka sebelum pria itu memilih pindah dan tinggal diapartemennya.

“Kakak mandi aja kak, bajunya uda ada didalem.” ujar Bella saat mengantarkanku tepat didepan pintu kamar yang berada dilantai dua ini.

“selamat beristirahat kak, kalau butuh sesuatu panggil aja kartika, atau ga bella.” aku mengangguk dan memeluk mereka sebagai tanda terima kasih sebelum masuk kedalam kamarnya Arka.

Pintu kamar Arka terlihat biasa saja dari luar, tapi saat masuk kedalam. Oke, tentu saja kamarnya akan seluas ini.

Saat pertama kali aku melewati pintu kamarnya, satu set sofa dan meja kopi menyambut diriku, membelokkan sedikit diriku melewati sofa, ada sebuah kasur king size yang menantiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat pertama kali aku melewati pintu kamarnya, satu set sofa dan meja kopi menyambut diriku, membelokkan sedikit diriku melewati sofa, ada sebuah kasur king size yang menantiku.

Saat pertama kali aku melewati pintu kamarnya, satu set sofa dan meja kopi menyambut diriku, membelokkan sedikit diriku melewati sofa, ada sebuah kasur king size yang menantiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A Whole New World. ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang