Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat, hari ini hari pernikahannya Laras dan Thomas.
Aku duduk di meja makan sembari menggoyangkan kedua kakiku. Kalau ada Mama disini, sudah pasti beliau akan marah-marah kepadaku.
“hari ini sepupu kamu nikah kan na?” tanya Arka. Aku mengangguk. Ia duduk dihadapanku yang sedang sibuk memainkan ponsel.
“jadi gimana?” tanyanya. Aku meletakkan ponselku diatas meja. Memandangnya dengan sebelas alis yang terangkat kecil. “apanya yang gimana?”
“jadi kamu kesana?” aku memanyunkan bibirku, berfikir sesaat. “engga.” jawabku pada akhirnya. Arka menopangkan dagunya pada kedua tangannya. “kenapa?” aku meraih ponselku membuka isi pesan yang dikirimkan Mama kepadaku dan menunjukkannya kepada Arka.
“disuruh gausah dateng.” Arka kini melirikku bingung. “kenapa? Bukannya malah kita harus kesana karena ini nikahannya sepupu kamu? Tante kamu pasti bakalan senang kan, kalau kita ada disana?” Arka melirikku dengan tatapan bertanya-tanya.
“iya. Tante memang bakalan seneng, tapi senengnya karena kedatangan mas, bukan kedatangan saya. Tante rima itu rempong orangnya, kalau sampai mas dateng, dia pasti bakalan heboh banget tuh. Nunjukkin ke tamu-tamunya kalau anggota keluarga kami bakalan nambah artis terkenal didalamnya.” ujarku malas. Terlebih jika kami datang, pesta pernikahan Laras pasti akan berubah menjadi acara fan-meetingnya Arka.
Arka terlihat songong, “kan emang bener.” aku menghela nafas lelah. Susah juga menjelaskan gimana ribetnya para rubah-rubah tua itu ke Arka. Wong tante-tantenya Arka itu orangnya pada lempeng-lempeng aja kok. Berbanding terbalik dengan tante-tanteku yang gemar memamerkan harta-harta mereka.
Ngomong-ngomong Elsa sudah dieksekusi oleh Tante Selly. Setelah beberapa hari yang lalu aku ditinggal berdua saja dengan Elsa disini, Elsa mengajakku bermain ke apartemennya Bella. Tapi rupanya, Tante Selly sudah menunggu Elsa disana.
Menurut info yang aku dapatkan dari Arka, sepertinya tak lama lagi Elsa juga akan dinikahkan oleh kedua orang tuanya. “rena!” suara Arka yang terdengar sedikit membentak, mengagetkanku. “ha?”
“saya sudah manggil kamu berkali-kali, apa yang mengganggu pikiran kamu?” aku menggeleng. “ngomong-ngomong persiapan pernikahan kita sudah selesai semua?” Arka mengangguk. “acaranya tinggal seminggu saja, mana mungkin belum selesai. Kalau urusan menyusun acara, mama itu jagonya. Dua hari juga selesai.” ujar Arka. Aku mengangguk, Mama dan Tante Tessa memang sempat bercekcok mengenai masalah adat. Mama menginginkan adat Sumatra dan Tante Tessa menginginkan adat Jawa.
Setelah beberapa kali berdiskusi, akhirnya mereka mencapai kesepakatan bahwa setelah prosesi ijab kabul, baru pesta akan diselenggarakan dengan adat masing-masing. Aku tidak mengerti, pokoknya Mama dan Tante Tessa yang akan mengurus semuanya. “surat-surat juga uda diurus?” tanyaku. Arka kembali mengangguk.
“oh ya!” Arka bangkit dari duduknya dan berjalan masuk kedalam kamarnya. “rena,” panggil Arka, aku hanya berdehem.
“cepat siap-siap, saya ingin mengajak kamu ke suatu tempat!” teriaknya dari dalam kamar. Aku mencelingukkan kepalaku meliriknya dari pintu kamar yang terbuka. Ia sedang mencari kunci mobilnya. Dasar pelupa. Arka ini tipe pria yang selalu melemparkan kunci mobilnya ke sembarang tempat. Padahal sudah berkali-kali kuingatkan untuk meletakkannya diatas meja bar.
“mau kemana?” aku masuk kedalam kamarnya, duduk diatas kasurnya sembari memandanginya yang sibuk menggeledah kesana dan kemari.
“nanti juga kamu tau sendiri,” jawabnya. Aku bercedak sebal memandangnya yang lagi-lagi sok-sok misterius.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Whole New World. ✔️
Roman d'amour[[E N D !]] ❝menikahlah denganku!❞ perjanjian pernikahan itu, ditandatangani oleh Rena. Dilamar oleh seorang aktor papan atas seperti Arka, siapa yang akan menolak? Hubungan rumah tangga seperti apa yang akan dijalankan oleh Arka dan Rena? 27.7...