51. Pergi?

3.8K 197 93
                                    

Kakiku tertarik beriringan dengan tanganku yang ditarik menjauh oleh Arka dari kediamannya Arnold.

Dasar anak itu! Lihat saja senyuman liciknya. Bisa-bisa Arka akan marah denganku. Belum ada dua puluh empat jam kami berbaikkan hah!

Aku menahan kakiku, membuat Arka berhenti dan memandangku dengan sebelah alisnya yang terangkat heran.

“kenapa? Kamu mau kembali ke dalam?” aku menggeleng. Ia melipat kedua tangannya didada. Kepalanya ia torehkan ke arah kiri. Malas memandangku. Entah kenapa tapi menurutku ia terlihat sangat imut sekarang.

“pfftt..” Arka menoleh menatapku dengan tatapan marah. Sembari berkacak pinggang, ia berkata, “kamu kira marahnya aku cuma candaan ya? Lucu?” Yaampun! Semakin dia merajuk, ia terlihat semakin menggemaskan! OH MY GOD! Hentikan sosok jalangmu ini Rena!

“engga. Cuma imut banget..” ujarku memudarkan kalimat akhirku. “hah?”

“kamu imut banget. Puas?” tolong jangan bilang bahwa aku salah lihat, karena pipi Arka memerah saat aku bilang dia imut. Arka tersipu?

Arka terlihat tidak bisa menahan senyumnya. “masa orang marah dibilang imut..” Arka memalingkan tatapannya dari wajahku, senyuman tipis mencelos dari bibir merahnya. Aku tersenyum lebar.

“uda marahnya?” aku meraih tangannya. Ia menatap kearah tanganku dan kembali menatap wajahku. Senyumannya merekah.

Aku ikut tertular senyuman indahnya. Tapi ia mendadak menghempaskan tanganku, mengagetkanku. Namun sedetik kemudian, ia meraih tanganku. Mengunci jari-jari kami.

Kedua pipiku memanas diperlakukan seperti ini olehnya. Aku ingin waktu berhenti bergerak untuk sekarang. Aku ingin egois untuk saat ini saja.

Bolehkah aku mulai berharap?

Rena sudah berbaring diatas kasur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rena sudah berbaring diatas kasur. Bersiap-siap untuk tidur. Namun kedua matanya masih belum mau menutup. Berbaring terlentang, langit-langit kamarnya membuatnya menghela nafas kecil. Ia merasa menyesal karena sudah salah paham dengan Arka.

Pria itu tidak ada perasaan apapun untuk Alice, seharusnya ia tahu akan hal itu. Prasangkanya menghancurkan matanya dan membuatnya buta akan keadaan disekitarnya.

Ketukan pintu kamarnya, membuat Rena membangkitkan kepalanya, melihat siapa yang datang kekamarnya semalam ini.

Dan bingo!

Apa yang ia pikirkan benar-benar terjadi, Arka mendekati kasurnya dengan baju piyama maroonnya, setelah menutup pintu kamar. Rena terkejut melihat piyama Arka yang sama dengan piyama yang sedang di pakai olehnya. Hadiah dari Sky.

“ih, bajunya samaan. Jodoh kali kita?” Rena terkekeh kecil. “iya, emang jodoh kali. Tunggu, kamu ngapain kesini?” Rena membangkitkan tubuh bagian atasnya, dan duduk di kepala kasur.

A Whole New World. ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang