Malam ini, Nina mengenakan gaun yang disiapkan Alex sebelumnya. Ukuran gaun hitam yang dipilih Alex sangat pas ditubuhnya. Gaun itu memiliki belahan samping yang tidak terlalu tinggi dan hanya menampakkan sebatas paha. Bagian punggung terekspos bebas dan hanya memiliki dua buah tali menyilang yang menghubung ke bagian depan. Bagian dada pun sedikit terbuka dan gaun itu tidak memiliki lengan. Secara keseluruhan, gaun itu membuatnya terlihat seksi karena menampakkan setiap lekuk bentuk tubuhnya.
Rambut sebahunya, dibiarkan tergerai dan ditata sedemikian rupa. Wajah Nina pun dirias ringan tanpa menutupi kecantikannya yang natural. Tingginya bertambah drastis ketika mengenakan heels yang ber-hak 5 cm. Walau awalnya kesusahan, Nina akhirnya bisa menyesuaikan jalan berjalannya meskipun terlihat sewaktu-waktu akan jatuh.
Ketika penata rias membawanya menemui Alex, Nina melihat ada ekspresi takjub dari kedua matanya. Alex tidak berhenti menatapnya dan berjalan memutarinya. Ketika tangan Alex menyentuh kulit punggungnya terbuka, tubuh Nina langsung bergetar merasakan sentuhan hangat itu.
"You're so beautiful tonight."
Hembusan nafas Alex membuat Nina ingin berhambur ke pelukannya. Alex juga terlihat menawan dengan setelan jas hitamnya. Walau sudah sering melihatnya mengenakan Jas, malam ini Alex terlihat lebih memikat dari sebelumnya. Mungkin karena ini malam terakhir mereka makanya Nina berpikiran seperti itu.
"Shall we?"
Alex menuntun Nina untuk mengaitkan lengan padanya. Dia bisa melihat rona merah pada pipi Nina yang menambah kecantikannya. Dimatanya, malam ini Nina terlihat lebih cantik dari biasanya. Alex bahkan tidak bisa melepaskan tatapannya dari Nina sedetik pun. Nina bagikan sebuah berlian yang bersinar terang walau tertutup kabut. Alex ingin mengingat sosok Nina malam ini dan menjadikannya malam yang tidak akan terlupakan oleh mereka.
Alex membawa Nina menuju restoran yang sama saat pertama kali mengajaknya. Dia menuntun Nina yang jalannya kikuk karena high heels itu. Sejenak, Alex tertawa lalu kembali tersenyum seperti biasanya.
"Senyummu jelek. Kau tadi menertawakanku kan?" Nina menahan diri untuk tidak menunjuk wajah Alex dan bersikap layaknya seorang wanita berkelas. Lihat saja, semenjak mereka masuk ke restorant, ada banyak pasang mata yang langsung tertuju pada mereka.
"Aku tidak menyangka kau akan kesusahan karena heels itu. Kupikir wanita sepertimu tidak ada yang tidak bisa," jawab Alex santai.
Nina memilih untuk tidak menjawab karena tidak terbiasa dengan pandangan yang terpusat pada dirinya. Gerakannya menjadi sangat kaku karena harus berhati-hati melangkah tanpa menginjak gaunnya. Nina tidak mau terlihat memalukan karena itu juga akan berdampak pada Alex. Jika hanya dia sendiri, masa bodoh dengan hal itu.
Alex yang mengetahui kesusahan Nina, sengaja memeluk pinggangnya dan menariknya mendekat. Perlakuannya membuat tamu lainnya berpikiran kalau mereka pasangan yang mesra. Alex berusaha bersikap senormal mungkin sambil menuntun Nina. Namun sayang, wajahnya tidak berhenti tersenyum karena menyukai keadaan seperti ini.
"Seharusnya aku gak pakai heels," keluh Nina setelah mereka berada didalam lift.
"Lebih tepatnya, seharusnya aku tidak memberikan heels setinggi itu," balas Alex ketika melihat kaki Nina yang merasa kebas. "Nanti dilepas saja. Aku akan menyuruh orang menyiapkan sepatu yang lain."
"Tidak usah," tolak Nina. "Nanti pas makan aku lepas saja. Kita kan cuma duduk, tidak perlu sengaja membelikan yang baru. Begini saja sudah puas."
Rasanya Alex ingin mencoba bagaimana rasanya bibir Nina ketika melihatnya tersenyum. Dia tidak pernah bosan melihat senyum Nina. Alex ingin menciuminya, mencecapnya dengan lembut dan merasakan nikmatnya bibir Nina. Tetapi dia tidak boleh melakukannya. Sudah cukup Nina menuruti permintaanya malam ini. Alex tidak akan meminta lebih.
Lantai tertinggi restoran itu hanya ada mereka berdua, seperti pertama kali. Malam ini, Alex sudah memesan semuanya agar tidak ada yang mengganggu mereka berdua. Dia hanya menghabiskan waktunya bersama Nina sebelum wanita itu kembali menjalani hari-harinya yang melelahkan.
"Apa yang mau kau pesan?" tanya Alex ketika seorang pelayan wanita datang.
"Spagetthi, Gelato Vanilla dan air putih?" tawar Nina yang disambut dengan senyuman Alex.
Alex kemudian menutup buku menu dan memesan menu yang dikatakan Nina.
Setelah kepergian pelayan wanita itu, suasana menjadi hening. Alex meraih tangan Nina dan menggenggamnya erat. Dia juga memberikan ciuman ringan disana dan mengelusnya penuh kasih.
"Kau sangat cantik. Aku bisa mengatakannya berkali-kali dan tidak pernah bosan menatapmu," puji Alex.
"Kau juga terlihat menawan. Padahal, setiap hari aku melihatmu mengenakan jas tetapi malam ini kau lebih tampan dari biasanya." Nina menarik lengan Alex dan mengarahkannya tangannya untuk menangkup wajahnya. Dia lalu memejamkan matanya menikmati aroma khas Alex. Setelah malam ini, dia tidak akan bisa merasakan kehangatan pria ini lagi. Nina ingin memanfaatkan waktu yang terakhir kalinya untuk mengingat semua tentang Alex.
Tiba-tiba Nina merasakan lengan Alex yang terangkat. Dilihatnya Alex yang berdiri dihadapannya lalu mengelus bibirnya. "Aku akan menjadi pria brengsek kalau mengambil ciuman pertamamu, bukan begitu?"
Nina mengerjapkan matanya sekali lalu menarik tubuh Alex mendekat. "Tidak. Akulah yang menjadi murahan karena telah menerimanya."
Berikutnya, bibir Nina ingin meraih bibir Alex. Namun Alex, menghindarinya dan malah memberikan ciuman di pipi Nina. Nina juga melakukan hal yang sama lalu memeluk Alex hingga hampir menimpanya.
"Terima kasih sudah memperlakukan sebagai orang yang istimewa. Terima kasih, karena sudah menolongku malam itu, jika tidak aku yakin kalau aku tidak akan berada disini sekarang. Dan terima kasih, karena sudah membuatku merasa bahagia. Kau pria pertama yang membuatku jatuh cinta."
Nina semakin mengeratkan pelukannya dan ketika Alex lengah, dia mencium sudut bibir Alex dan memberikan senyuman terbaiknya. "Aku tidak pernah menyesal bertemu denganmu. Terima kasih Alex!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Only you
قصص عامةDingin dan tidak tersentuh, adalah dua kata untuk menggambarkan Alexander Black Testa, seorang pengusaha property yang kaya dan tampan. Banyak wanita yang berlomba-lomba untuk mencuri perhatiannya ataupun melewatkan satu malam dengannya. Tapi tidak...