"Bravo, Nina! Bravo! Kemampuanmu benar-benar meningkat pesat! Aku bangga sebagai gurumu!" Antonio bertepuk tangan riang melihat hasil latte art Nina. Dia sudah menguasai berbagai teknik membuat latte art dan membuat pola rumit. Kopi buatan Nina pun lebih enak dari buatan miliknya. Antonio tentu saja berbangga hati karena berhasil mendidik seorang barista yang berbakat.
"Ah, pangeranmu sudah datang. Sebaiknya kau segera pulang, biar aku yang membereskannya. Aku tidak mau pangeranmu itu menusukku dengan mata tajamnya," ujar Antonio sambil terkekeh pelan.
"Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu. Sampai jumpa besok." Nina melambaikan tangannya sebelum keluar dari cafe. Senyumnya mengembang ketika pandangannya bertemu dengan Alex yang berada diseberang. Dengan hati-hati Nina menyebrang lalu duduk dengan manis disampingnya.
"Sayang." Alex mendekatkan wajahnya meminta ciuman darinya.
Nina sudah hapal perilaku Alex jika meminta sesuatu darinya. Contohnya seperti sekarang, Alex akan bersikap manis untuk mendapatkan ciuman. Bukan hanya itu, Alex juga akan bertingkah seperti anak kecil untuk mendapatkan perhatiannya. Bahkan jika Alex telah memanggil namanya, maka dia meminta sesuatu yang lebih.
"Bagaimana kalau kita melakukannya setelah sampai? Aku ingin beristirahat dulu sebentar."
Alex mengangguk mengerti kemudian mengelus kepala Nina sebelum menyalakan mobilnya. "Tidurlah dulu, Sayang. Kau harus mengumpulkan tenaga untuk malam nanti."
Nina hanya tersenyum malu, mengerti arti tersirat dalam ucapan Alex. Dia lalu menggenggam tangan Alex, menikmati rasa hangat yang menjalar lalu memejamkan matanya.
***
"Baru pulang, kalian sudah semangat sekali. Apa aku perlu menyiapkan dessert tambahan kalau kalian lapar tengah malam nanti?"
Pertanyaan sekaligus sindiran itu membuat Alex terpaksa menghentikan kegiatannya untuk mencium Nina lebih jauh. Setelah sampai, Alex langsung menyerang Nina tanpa melepaskan sepatunya. Dia sangat candu dengan bibirnya hingga tidak bisa sehari tanpa menciumnya.
Nina tentu saja tidak bisa menolak. Bahkan dia sudah berjanji akan memberikannya saat Alex meminta tadi. Hanya saja, Alex menciumnya tiba-tiba hingga tidak memberikan waktu untuk mengambil nafas. Untung saja Anna datang dan membuat Alex berhenti untuk sesaat.
"Kau itu tenaganya tidak bisa kira-kira ya? Lihat, Nina sampai terengah-engah karena ulahmu." Anna menunjuk ke arah Nina yang sedang mengambil nafas dengan mulutnya seolah-olah pasokan oksigen direngut paksa.
Nina langsung memberikan senyuman mengatakan dirinya baik-baik saja ketika Alex menangkup wajahnya. "Aku mau membantu menyiapkan makan malam. Kau mandilah dulu."
Sebelum Nina melepaskan diri, Alex lebih dulu menggenggam tangannya dan membawanya ke kamar. "Anna, kau bisa melakukannya sendiri kan?"
Anna hanya mendesah kasar dan memberikan isyarat tangan sebelum berlalu.
"Sayang." Alex memberikan senyum khasnya sebelum Nina hendak memprotes. "Ayo, kita mandi bersama."
Pipi Nina memerah mendengar ajakan Alex. Dia langsung meraih gagang pintu untuk keluar dari kamar. Namun usahanya gagal. Alex lebih dulu mengunci pintu dan menyimpan kuncinya.
"Jangan macam-macam Alex! Aku mau mandi di kamarku!"
"Kamarmu?" Alex memejamkan matanya, berpura-pura untuk berpikir sebelum menyeringai. "Seingatku, semua yang ada disini adalah milikku dan kau juga selama ini tidur dikamarku. Jadi tidak ada bedanya."
"Maksudku kamar yang kutempati! Berhenti ber - !"
Alex langsung menggendong tubuh Nina dengan mudahnya. Baginya, tubuh kekasihnya ini begitu ringan dan sama sekali tidak masalah untuknya. Tindakannya membuat Nina menjerit dan mengalungkan lengan disekitar lehernya. Alex semakin bersemangat ketika wajah mereka begitu dekat.
"Sebentar lagi kamar ini juga akan menjadi milikmu. Setiap malam kau akan tidur bersamaku dan menghangatkan ranjangku."
Wajah Nina benar-benar panas melihat kenakalan prianya. Dia tidak menyangka, Alex akan menunjukkan sifat aslinya yang ternyata sangat genit. Selama ini, Alex selalu menunjukkan sifat coolnya sehingga menutupi karakter yang sebenarnya. Alex juga tidak sembarangan memperlihatkan kepribadiannya jika belum mengenal baik orang tersebut. Namun karena Nina akan menjadi istrinya, dia merasa tidak perlu menutupinya sifatnya lagi.
"Nina, sebentar saja ya. Aku janji tidak akan lama," pinta Alex dengan suara serak tertahan. Kemudian tawanya terdengar keseluruh kamar mendengar reaksi yang tidak mungkin ditolak.
***
Tidak terasa sudah 2 bulan lebih Nina tinggal bersamanya. Selama itu pula, mereka selalu tidur bersama dan melakukannya setiap malam. Alex selalu sabar menuntun Nina dan melakukannya dengan lembut agar tidak menyakitinya. Dia tidak mau menyakiti Nina seperti sebelumnya dan membuatnya menangis. Baginya cukup sekali itu dia melakukan kesalahan. Dia juga tidak akan memaksa kehendaknya jika Nina tidak menginginkannya.
Senyuman terpatri di wajahnya ketika mengamati foto-foto Nina yang terlelap. Menurutnya, wajah tidur Nina yang damai membuatnya tenang. Pernah sekali, Alex mendapati Nina tersenyum dalam mimpi. Cepat-cepat dia mengambil ponsel untuk mengabadikan moment langka itu dan menyimpannya. Alex mengira itu adalah terakhir kalinya dia melihat senyum itu. Tetapi Nina sering memperlihatkannya terutama setiap kali Alex memberikan kejutan.
Kekasihnya ini termasuk unik. Dia selalu menolak berupa tas atau perhiasan lainnya. Jika wanita pada umumnya menyukai barang-barang mewah, Nina lebih menyukai buku dan mampu membacanya hingga lupa waktu. Bukan tanpa sebab Nina gemar membaca. Alex tahu kalau Nina ingin untuk bersekolah lagi. Dia bisa saja mengabulkan keinginan itu namun Nina menolak karena tidak mau merepotkan dirinya.
Nina juga setia mengenakan jam yang diberikannya dulu dan selalu mengenakannya kemanapun. Begitu pula dengan cincin yang dikenakannya. Alex pernah mendapatinya memandangi cincin itu dan selalu tersenyum setiap kali melihatnya. Sesekali, Nina akan mengelus bahkan mencium cincin itu seoalah-olah benda yang paling berharga.
Baginya cincin itu tidaklah seberapa. Tapi, bagi Nina cincin itu sangat berharga. Cincin itu merupakan bukti cintanya dan Nina menjaganya dengan sepenuh hati. Sifatnya yang menghargai apapun dan selalu menyayangi itulah yang membuat Alex semakin jatuh hati padanya.
Alex sangat mencintai Nina. Rasa cintanya begitu kuat hingga membuatnya gila jika tidak melihatnya walau hanya sejenak. Keberadaan Nina mampu memberi pengaruh besar dalam kehidupannya. Kehampaan yang selama ini bersarang dihatinya, perlahan-lahan mencair. Alex bahkan telah menyiapkan semuanya untuk melamar ulang Nina setelah yang sebelumnya gagal.
Alex tidak mengetahui kalau Nina lemah terhadap alkohol. Malam saat dia ingin melamarnya, Nina langsung tumbang setelah meminum wine. Toleransinya terhadap alkohol begitu rendah hingga membuatnya mabuk dalam sekali teguk. Dia tambah panik ketika Nina muntah parah dan kehilangan kesadaran dalam waktu yang lama.
Alex tidak sabar menunggu hari itu tiba. Membayangkan Nina mengenakan gaun pengantin, membuat mata Alex berbinar-binar. Nina pasti terlihat menakjubkan di hari istimewa itu. Alex juga menginginkan banyak anak darinya. Hari-hari pasti akan selalu ramai dengan tawa anak-anak dan merasa bangga melihat mereka tumbuh dewasa.
Bunyi pesan masuk langsung membuyarkan lamunannya. Wajah cerahnya berubah muram setelah membaca isi pesan itu.
Bapak kaya disana, jangan lupa Nina 2 minggu balik ke sini ya. Oh ya, jangan lupa suruh Nina balas pesanku kalau sudah pulang ya.
Anggi
KAMU SEDANG MEMBACA
Only you
Fiksi UmumDingin dan tidak tersentuh, adalah dua kata untuk menggambarkan Alexander Black Testa, seorang pengusaha property yang kaya dan tampan. Banyak wanita yang berlomba-lomba untuk mencuri perhatiannya ataupun melewatkan satu malam dengannya. Tapi tidak...