"Oh, aku akan merindukanmu," ucap Anna seraya memeluk Nina dan mencium kedua pipinya. Hanya dalam sehari, Anna langsung menyukai Nina. Obrolan singkat dan kegiatan saling membantu memasak membuat mereka semakin dekat. Ditambah dengan keduanya yang memang cepat menguasi suatu hal membuat Anna selalu menempel pada Nina.
"Kita tidak akan berpisah lama. Sore nanti setelah aku pulang, kau bisa melihatku lagi," balas Nina.
"Kau benar, tapi tetap saja aku masih ingin mengobrol banyak denganmu. Kenapa kau tidak libur beberapa hari dulu? Kau kan baru tiba di sini. Apa kau tidak tertarik mengelilingi New York?" Anna mengapit sebelah lengan Nina dan mengatakannya dengan nada merajuk.
Nina hanya terkikik melihat tingkah kekanak-kanakan yang tidak sesuai dengan image dewasanya. "Kita bisa melihat New York saat hari libur nanti. Lagi pula lebih cepat bekerja lebih baik. Aku tidak mau merepotkan Alex lebih lama."
"Oh, Dear. Alex dengan senang hati merepotkan dirinya jika berhubungan denganmu. Kuberitahu ya, dua tahun lalu saat dia kembali dari Indonesia, dia sudah ..."
"Anna."
Nina dan Anna sontak menoleh ke arah Alex yang memotong pembicaraan mereka. Penampilan Alex pagi ini begitu rapi dengan setelan jas hitam yang dikenakannya. Nina mengira dia sudah melihat wujud Alex yang sempurna saat mengenakan tuxedo. Nyatanya, Alex tetap tampan mengenakan apapun.
"Apa kau sudah siap, Sayang? Aku akan mengantarmu." Alex meraih lengan Nina dan memberikan tatapan tajam pada Anna saat melewatinya.
Anna hanya terkekik kecil dan segera menyembunyikannya ketika Nina menoleh ke arahnya. "Baiklah, hati-hati ya, Sayang. Kita akan melanjutkannya nanti," ucap Anna setengah berbisik seraya mengedipkan sebelah matanya.
Nina mengangguk sebagai jawaban. Saat menaiki lift, secara inisiatif Nina menggegam tangan Alex dan menyandarkan kepalanya. Senyumnya mengembang ketika Alex membalas genggamannya. Jika bisa, Nina ingin waktu berhenti sejenak dan menikmati waktu lebih lama dengan Alex. Selama 3 bulan di New York, Nina akan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk mengenal Alex lebih jauh.
***
Setelah Alex memakirkan mobilnya, Nina mengikat rambutnya dan bersiap untuk turun. Sebelum membuka pintu, Alex menahan lengannya dan mendekatkan wajahnya.
"Apa kau tidak lupa sesuatu?"
Nina mengernyitkan dahinya sejenak lalu menggeleng, "Tidak ada. Aku sudah membawa semuanya. Tidak ada yang tertinggal."
Alex menghela nafas sejenak lalu mendekatkan wajahnya dan mencium pipi Nina. Alih-alih melihat wajah Nina yang memerah malu, Alex justru terkejut ketika Nina membalas dengan mencium pipinya.
"A-aku pergi dulu." Nina langsung membuka pintu dan menyebrang menuju cafe.
Saat Nina turun, sekilas Alex melihat wajahnya yang memerah hingga ke telinga. Dia terkekeh sejenak sebelum meninggalkan tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only you
General FictionDingin dan tidak tersentuh, adalah dua kata untuk menggambarkan Alexander Black Testa, seorang pengusaha property yang kaya dan tampan. Banyak wanita yang berlomba-lomba untuk mencuri perhatiannya ataupun melewatkan satu malam dengannya. Tapi tidak...