TWENTY ONE

11.4K 479 3
                                    

Pelukan hangat dan aroma maskulin yang memabukkan membuat Nina enggan membuka matanya. Dia semakin mengeratkan pelukannya ketika perutnya bergemuruh lapar. Nina berharap kembali tertidur sehingga rasa lapar itu akan hilang. Namun sayang, rasa sakit dari tenggorokkannya yang kering memaksanya membuka mata untuk mencari air.

"Minum ini." Nina menerima uluran botol yang datang entah dari mana. Setelah meminumnya, tenggorokkannya menjadi lega dan pikirannya menjadi lebih jernih. Nina menoleh kesebelahnya dan hampir menjerit ketakutan melihat siapa disebelahnya.

"Jangan takut. Kau sudah aman." Belaian ringan pada wajahnya mampu membuat Nina kembali tenang. Alex memberikan senyum terbaiknya dan menarik Nina mendekat kepelukannya.

Nina menutup wajahnya malu. Rupanya dia tertidur sambil memeluk Alex. Nina lega karena berada didalam mobil. Jika terbangun di tempat lain, Nina tidak mungkin akan tenang dan menyesal seumur hidupnya jika Alex berbuat macam-macam. Untunglah Alex bukan pria yang akan menyerangnya meskipun dia adalah bule.

Nina baru sadar jika dia hanya berdua dengan Alex sekembalinya sang supir. Melihat Nina yang terbangun, supir itu memberikan senyum ramah dan menyerahkan sebuah bungkusan kepada Alex. Alex menerima bungkusan itu dan membukanya. Aroma harum dan asap yang mengepul-ngepul langsung membuat perut Nina berbunyi. Dia langsung menundukkan wajahnya karena malu.

"Buka mulutmu. Kau lapar kan?" Alex menyodorkan sesuap bubur kepada Nina.

 Kau lapar kan?" Alex menyodorkan sesuap bubur kepada Nina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nina menelan air liurnya dan memundurkan kepalanya. Dia merasa segan menerima suapan itu. "A-aku ngak lapar. Itu makanan tuan karena tuan yang beli." Setelah mengatakannya, perut Nina kembali berbunyi, kali ini lebih keras dari sebelumnya.

"Tidak perlu berpura-pura kuat, Nina. Kau perlu makan dan aku tidak keberatan membelikannya untukmu."

Nina dapat melihat ketulusan dari mata Alex. Dia menyelipkan rambutnya yang terlepas lalu memakan bubur yang diberikan Alex. Ketika memakannya, air mata Nina kembali jatuh dan membuat Alex panik.

"Kenapa menangis? Apa buburnya panas atau pipimu masih sakit?" tanya Alex khawatir.

Nina mengingat kalau sebelumnya pipinya ditampar. Dia menyentuh bekas tamparan itu dan mengelusnya lembut. "Tidak sakit," ucap Nina. Tatapannya lalu beralih pada bubur ditangan Alex dan menunjuknya. "Apa aku boleh makan sendiri? Aku sudah tidak apa-apa." Nina memberikan senyum tipis untuk meyakinkan Alex.

Meskipu tidak yakin, Alex memberikan mangkuk bubur itu kepada Nina. Nina menatap bubur itu lalu tersenyum sebelum memakannya. Matanya kembali berkaca-kaca ketika memakannya. Bubur itu adalah bubur favorit papanya. Setiap akhir minggu, mereka pasti akan memakannya dan bersenda gurau.

Nina rindu masa-masa dimana papanya masih ada. Dia ingin kembali menjadi gadis kecil yang selalu terlindungi oleh punggung tegap dan tangan besar yang merangkulnya. Nina ingin mengomel setiap kali papanya memainkan rambutnya dan membiarkan kepalanya dielus setiap kali mendapat nilai bagus. Dia sangat rindu dengan sosok yang menjadi pahlawannya.

Only youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang