ELEVEN

19.2K 722 11
                                    

Rialto Market selalu ramai dengan warga lokal dan turis. Berbagai macam buah, sayur dan ikan terhampar disetiap sisi. Keramaian yang memenuhi seluruh pasar membuatnya tampak meriah dan mempunyai daya tarik tersendiri.

Pertama-tama, Alex mengajak Nina mengunjungi pasar ikan. Nina sangat antusias ketika dia mengatakan tempat itu telah berusia seribu tahun dan merupakan pasar ikan yang paling segar di Venice. Dengan antusias, Nina mengikutinya dan berdecak kagum ketika melihat banyaknya ikan segar yang dipajang. 

Nina begitu semangat berkeliling hingga melepaskan genggaman tangannya dan berlari kecil pada seorang penjual

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nina begitu semangat berkeliling hingga melepaskan genggaman tangannya dan berlari kecil pada seorang penjual. Decak kagum meluncur dari mulut Nina ketika melihat seorang penjual yang sedang memfillet ikan. Penjual itu dengan cepat dan ahli membelah ikan, memisahkan kulit dan daging lalu membersihkannya. Semua itu dilakukan dalam satu gerakan dan membuat Nina bertepuk tangan kagum.

"Grazie, signorina! Amante molto bella."

Walaupun tidak mengerti, Nina membalas dengan senyuman. Dia menganggap kalau itu adalah sapaan karena penjual itu mengatakan sambil tersenyum.

Alex mengepal tangannya erat ketika penjual itu memuji Nina. Sekuat mungkin dia menahan diri untuk tidak menghajar penjual itu. Alex merasa iri pada penjual itu karena mendapatkan senyum Nina. Dengan langkah teratur, Alex mendekat dan melingkarkan lengannya diperut Nina.

"Grazie per il complimento. Mia moglie è bellissima." Alex mencium sekilas pipi Nina dan menimbulkan rona merah disana.

"Sei molto fortunato, signore, a prendere una bella moglie."

Alex memberikan senyum singkat dan membawa Nina pergi dari tempat itu. Dia tahu jika penjual itu tidak salah memuji Nina. Nina memang wanita yang cantik, terbukti dari beberapa pasang mata turis yang tertuju padanya ketika sendiran. Rambut hitam sepunggung, tubuh ramping dan kulit putih dengan tinggi yang mencapai dagunya membuat Nina tampak sempurna.

Tetapi Alex tidak bisa menyembunyikan kecemburuannya ketika Nina tersenyum pada orang lain. Senyum Nina hanya miliknya seorang dan Alex tidak akan membiarkan siapapun mendapatkannya.

"Bahasa apa itu tadi? Bagaimana kau bisa mengatakannya?" tanya Nina penasaran.

"Itu bahasa Italia, sayang. Ibuku lahir disini," jawab Alex sambil mengeratkan genggamannya agar Nina tidak berkeliaran sendiran lagi.

"Benarkah? Aku belum bertemu ibumu sampai sekarang. Apa beliau tahu aku hilang ingatan? Apa yang harus kulakukan saat bertemu dengannya nanti?" Nina mulai merasa cemas karena dia tidak mempersiapkan apapun untuk bertemu dengan orang tua Alex.

Alex mengelus pipi Nina sekilas dan memberikan senyuman lembut. "Jangan khawatir. Orang tuaku tidak berada disini. Mereka berada di Singapura untuk urusan bisnis. Kau akan bertemu dengan mereka nanti setelah keadaanmu lebih baik."

Only youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang