3. First day

412 74 15
                                    

Rekomendasi lagu 🎵⬆⬆


Mungkin dulu hanya sekedar nyaman biasa. Tapi entah sejak kapan rasa nyaman itu berubah menjadi rasa yang tak biasa.
~

Happy reading...


Jam 5 pagi.

Sia bangun dari tidurnya. Dengan sedikit peregangan, dia senyum lebar.

Masih dengan perasaan senang karena hari ini adalah hari pertamanya di sekolah.

"Kamu udah bangun?" Sofie yang tiba-tiba menjorokkan sedikit kepalanya ke kamar Sia tanpa masuk

"Udah ma."

"Itu, seragamnya udah mama gantung di lemari, kalau gitu mama siapin sarapan dulu ya."

"Oke ma."

***

Pagi ini, baskara keliatannya malu-malu menampakkan cahayanya.

Di balik kaca bus Sia sibuk liatin setiap pejalan kaki. Seolah itu, jadi objek yang menyenangkan untuknya.

Jujur, hati Sia seolah ingin meledak saking senangnya.

"Hei lagi ngelamunin apa sih? Asik banget kelihatannya."

"Hm?"

Sia sampai lupa kalo lagi bareng Raga.

"Raga, Sia takut."

"Takut kenapa?" Raga menoleh.

"Nanti gimana kalo Sia gak sekelas sama Raga. Raga kan satu-satunya temen Sia."

Raga senyum lembut kayak biasnya yang selalu dia tunjukin ke Sia.

"Hei, kamu harus bisa punya teman selain aku, Sia. Gak ada yang jamin lho kalau aku selamanya bakalan di samping kamu terus."

"Raga gak mau temenan bareng Sia lagi ya?"

Raga terkekeh.

"Bukan gitu, tapi kamu harus punya banyak teman biar gak kesepian."

"Selama ada Raga, Sia gak akan kesepian. Yang Sia butuhkan cuma Raga. Raga satu-satunya teman Sia."

Akan selalu Raga bagi Sia. Gak ada yang bisa gantiin Raga.

Dulu Raga mungkin, emang cuma temen yang Sia nyaman dengannya, tapi Sia juga gak tau. Sejak kapan nyaman itu berevolusi jadi rasa yang gak biasa?

Tanpa Sia sadar, semua tentang Raga jadi hal yang disukainya.

Raga itu adalah Pangeran Berkuda Putihnya Sia, kayak yang sering ada di dongeng yang selalu dibacakan mamanya.

"Kamu gak boleh hanya punya satu teman, kamu harus punya banyak." Raga menekankan setiap kata.

Sia cuma nunduk diam.

Begitulah Raga, pemahaman Raga keseringan beda dengan Sia.

Ketika bus yang mereka tumpangi sudah sampai di halte depan sekolah. Sia, Raga dan beberapa murid lainnya turun dari bus.

"Kamu bisa sendiri kan ke ruang kepala sekolah?" tanya Raga ketika dia mengingat perintah dari guru Biologi. Karena selaku ketua kelas, dia disuruh untuk mengumpulkan tugas teman sekelasnya.

Sia memegang lengan Raga."Sia takut."

Raga senyum dan menghembuskan napas pelan. "Iya deh, aku temenin."

***

"Saya harap kamu bisa nyaman dan menikamati hari hari bersekolah kamu di sini ya Klarensia," ujar Mr. Julian selaku kepala sekolah.

Laki laki bertubuh kekar itu keliatannya orang yang lembut, gak kayak penampilannya.

Sia senyum dan mengangguk sopan.
"Terima kasih Mr.Julian, tapi gak bisa ya Sia sekelas dengan Raga?"

Mr.Julian menatap Raga dibalik kacamatanya.

"Maaf Klarensia, tapi kamu gak bisa sekelas dengannya."

"Baik Mr.Julian, terima kasih. Saya akan mengantarkannya ke kelas." Raga menunduk hormat dan narik tangan Sia untuk keluar dari ruangan.

Penampilan Mr.Julian emang selalu mengecoh, tapi penampilannya juga yang buat dia disegani oleh semua orang.

Setelah sampai di kelasnya Sia "Orion 2," Raga berjalan menuju kelasnya "Black hole 2." 

Memang nama-nama kelas di sini berkisaran tentang benda langit. Nama sekolahnya aja Antariksa Highschool.

Contoh lainnya itu kayak Supernova, Andromeda, Nebula dan banyak lagi.

Cuma, yang membedakan antara kelas 1, kelas 2 atau kelas 3 SMA yaitu angka di belakang nama kelas nya.

Seperti Orion 1, Orion 2 dan Orion 3. Begitupun dengan yang lain.

"Terima kasih Mrs. Emery," ujar Raga pada guru yang mengajar di Orion 2 setelah mengantarkan Sia.

Mrs. Emery selaku wali kelas hanya tersenyum menjawab Raga, dan beralih tersenyum ke Sia.

"Mari perkenalkan diri kamu sayang." Mrs.Emery mempersilahkan.

Sia gugup dan tubuhnya gemetar.

Kapan ya terakhir kali dia mengenalkan diri kayak gini?

Mrs.Emery tiba-tiba mendekat ke arah Sia dan mengusap lembut bahunya.

"Gak pa-pa Klarensia, jika kamu merasa gak nyaman, saya saja yang gantiin kamu. Silahkan duduk di sana." Mrs. Emery menunjuk salah satu bangku yang kosong.

Mrs. Emery udah tau tentang apa yang menimpa Sia.

Sia duduk di bangku kosong, sebelah gadis berambut sebahu. Gadis itu tersenyum sumringah pada Sia.

"Hai aku Elisa Gabriella, terserah mau panggil apa. Tapi aku lebih suka dipanggil Elis sih." Dia masih saja senyum dan sekarang menjulurkan tangannya.

Sia ragu untuk meraih uluran tangan itu, Tapi, akhirnya dia cuma nyebutin namanya.

"Aku Klarensia."

"Nyamannya dipanggil apa?" Elisa menarik tangannya kembali.

"Sia, boleh."

Elisa senyum lebar ke arah Sia.

Tapi, jujur Sia risih.

"Kenapa?" tanya Sia.

"Nggak ada, tapi kamu itu irit bicara ya. Tipe anak pendiam. Aku suka." Elisa tersenyum.

Sia tersenyum kikuk.

"Kenapa dia sok akrab ya dengan Sia?"

___________________

Vote dan coment nya ya lope

Aku Cinta Kalian❤
Jika tak ada yang mencintaimu, ingat ada aku

Soul (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang