13. Pertarungan sepulang sekolah

268 39 4
                                    

Rekomendasi lagu 🎵⬆⬆

"Cinderella itu harus jaga sikap, apalagi sama tuannya"

~

Happy reading...

Apa sih pentingnya punya teman?

Sia masih aja kepikiran soal Raga yang setiap saat nyuruh dia buat nyari teman. Punya banyak teman.

Selama pelajaran berlangsung, dia sibuk mikirin itu.

Kebetulan juga, Sia gak ngerti apa yang lagi dijelaskan guru

Tapi, dia juga malas berusaha untuk mengerti.

Berbeda sekali dengan Sia yang dulu.

Andai, itu gak pernah terjadi...
Gak mungkin Sia jadi kayak gini...

"Nakael!" panggil Sia yang berhasil membuat Nakael menoleh.

Pelajaran math yang udah beberapa menit lalu selesai.

"Hari ini Nakael ditugasin piket kelas kan?" Sia mengingatkan Nakael.

Bagaikan elang yang siap nerkam mangsanya, mata Nakael menatap tajam pada Sia.

Baru kali ini ada orang yang berani meneriaki namanya bahkan berani menegurnya.

"Gue gak peduli tuh!"

Sedikitpun Nakael gak peduli dengan apa yang dikatakan Sia padanya.

"Udahlah Sia, jangan paksa Nakael" ucap Kayla teman sekelas Sia.

"Iya, kamu jangan cari masalah lagi sama dia, selama ini aja kami kasihan liatin kamu yang dibentak plus disuruh seenaknya sama dia." tambah teman sekelas Sia yang lainnya.

"Sampai kulit durian gak berduri lagi, yang namanya tanggung jawab tetap tanggung jawab!" Sia menyangkal perkataan teman sekelasnya.

Tanpa ragu Sia keluar kelas dan berlari menyusul Nakael. Dia terus manggil nama Nakael di lorong sekolah yang cukup sore di hari itu.

"Nakael, berhenti!"

Awalnya Nakael memang ngebiarin Sia terus manggil namanya, tapi lama-kelamaan ganggu juga.

"Apa sih?" sergah Nakael kesal.

"Kalau misalkan Nakael piket kelas, ya harus dilakuin. Kenapa malah kabur?"

Sementara Joean dan Athan tercengang saling pandang.

"Kabur?" Kerutan kening Nakael bertambah.

Joean dan Athan memberi isyarat ke Sia untuk segera pergi. Tapi Sia gak mengacuhkannya sama sekali.

"Ayoo!" Sia memegang ujung lengan bajunya Nakael.

"Hahhh," Joean membungkam mulutnya dengan tangannya sendiri.

Kenapa gadis itu gak ada takutnya sama sekali?

Udah cukup. Kesabaran Nakael benar-benar habis.

Gadis aneh ini bikin dia jengkel.

Nakael menghentakkan tangan Sia yang memegang ujung lengan bajunya.

"Jangan pegang gue!" bentak Nakael kesal.

Satu tendangan melayang ke dinding. Menyisakan jejak sepatunya yang membekas.

Tendangan Nakael cuma berjarak sedikit dari tempat berdirinya Sia.

Sia diam. Mulutnya serasa terbungkam. Nyaris saja tendangan Nakael mengenai tubuhnya.

"Ah dindingnya kotor..." gumam Sia pelan, mengasihani dinding yang kotor karena jejak sepatu Nakael.

Nakael memiringkan kepalanya. Suara tajamnya terdengar jelas.

"Di antara sekian banyak orang di kelas, kenapa lo harus pilih hari piket yang sama bareng gue?"

"Pfffttt.." Susah payah Sia nahan tawanya, namun akhirnya dia terbahak ketika gak lagi mampu menahannya.

"Hahaha...Bukan Sia Nakael, bukan Sia yang pilih. Mrs.Emeri yang milijin hari ini sebagai jadwal piket Sia"

Meski tawa Sia udah mereda, tapi masih ada sisa-sisa dari tawanya tadi.

Aneh aja Sia yang tertawa lepas, padahal bukan dengan orang yang dekat dengannya.

Dalam sekejap Sia sadar bagaimana tatapan garang Nakael yang tertuju padanya. Juga tatapan Athan dan Joean.

"Eh? Sia ketawanya terlalu berlebihan ya?"

"Ini biar Sia saja yang membersihkan dindingnya..." Sia kikuk dan gelagapan ngambil sapu tangan di wastafel yang tersedia di depan setiap kelas.

"Kalau gitu sekalian bersihin yang ini!" tambah Joean.

Sekali lagi Joean menyusahkan Sia, setelah kemarin membuat pakaian Sia basah dan sekarang malah menambah jejak kakinya di dinding.

Nakael merasa puas liat wajah kesal gadis itu.

Untung ada Joean yang selalu bersedia membalaskan dendamnya, sehingga Nakael gak perlu mengotori tangannya lagi.

Toh siapa suruh ia selalu mencampuri urusan Nakael.

Sia menggigit bibirnya. Dia memalingkan wajahnya ke arah Joean. Megesalkan.

"Joean, Sia jadi tambah susah membersihkannya!"

Joean cuma ngangkat bahu.

"Cinderella itu harus jaga sikap, apalagi sama tuannya" Nakael berujar santai dengan gaya acuh tak acuhnya.

Kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku mendukung gaya angkuhnya seorang Nakael.

Sia terdiam cukup lama, antara luluh dipanggil Cinderella tokoh dongeng favoritnya atau kesal karena perlakuan Nakael dan kedua temannya.

Ah tapi Athan hanya jadi penonton. Gak ikut-ikutan membuat Sia kesal.

"Rasakan ini!" Sia menginjak kaki Nakael dan Joean bergantian dengan seluruh tenaganya.

Lalu secepat mungkin dia lari kembali ke kelasnya. Meninggalkan kedua orang yang sedang merintih kesakitan itu.

Kesalnya mereda karena sudah memberi pelajaran pada Nakael dan Joean.

***

"Celia, mama sama papa kemana?" tanya Sia pada adik super menyebalkan itu.

Celia gak menjawab pertanyaan Sia. Ah ternyata gadis itu lagi make earphones di telinganya.

"Cel, mama sama papa kemana?" Sia mengulangi pertanyaannya ketika berhasil melepaskan salah satu earphones milik Celia.

Karena zona nyamannya sudah diganggu Sia, akibatnya Celia mendengus kesal dan melempar guling ke arah Sia.

"Sia, kamu ganggu banget sih!"

"Aku nanya malah gak dijawab!"

Celia geram dengan kakak satu satunya ini.

"Kan bisa ditelepon, tanyain, udah pulang ato belum?"

"Mau nya nanya ke kamu."

Celia yang bertambah kesal memperbaiki posisi duduknya siap menyerang. Segera dia mengambil boneka miliknya sebagai senjata menyerang Sia.

"Eits, tunggu sebentar..."

Sia mengulur-ngulur waktu. Sia gak akan kalah cerdik lho dari adiknya. Dalam sekejap Sia berlari keluar dari kamar Celia.

"SIAAA" Teriakan Celia menggema di seluruh penjuru rumah.




___________________________

Aku cinta kalian❤
Jika tak ada yang mencintaimu, ingat ada aku.

Soul (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang