Rekomendasi lagu 🎵⬆⬆
"Mungkin memang lebih baik untuk kita seperti ini saja"
~
Happy reading...❤
Setelah masuk ke dalam mobil Nakael, keduanya canggung. Terutama Sia yang terdiam seribu bahasa. Karena ini pertama kalinya ia bersama laki laki selain keluarganya dan Raga.
Setelah mobil Nakael melaju, masih tak ada percakapan di antara keduanya.
Akhirnya Nakael mengalah dan berbicara terlebih dahulu pada gadis di sebelahnya.
"Jadi kenapa lo selalu ikut campur urusan gue?" Tanya Nakael dengan tatapan intimidasi.
Sia menggelengkan kepalanya "Sia gak pernah mencampuri urusannya Nakael"
Nakael berdecak sebal "Mulai sekarang berhenti lo ikut campur, atau kalau misalkan lo udah bosan punya dua ginjal ya silahkan"
Sia menelan salivanya ngeri mendengarkan ucapan Nakael. Terdengar seperti ancaman, namun untuk ukuran seorang Nakael sepertinya itu lebih dari sekedar ancaman.
Nakael menghentikan mobilnya tepat di sebuah halte di tepi jalan.
"Turun!"
Sia membelalakkan matanya.
"Tapi Nakael kenapa Sia turunnya di sini?"
"Urusan gue yang selalu lo campuri udah kelar, jadi lo udah boleh pergi"
"Bukan begitu, tapi Sia gak hapal jalannya"
Nakael mengangkat bahu tak peduli.
"Gue ada urusan mendadak, jadi jangan harap gue bakal anterin lo pulang"
"Setidaknya Nakael bisa turunin Sia di jalan yang Sia tempuh kalau ke sekolah"
"Hei, mana gue tau jalan yang biasa lo lewatin"
"Duh gimana yah, Sia serius gak tahu jalannya. Lagian kenapa di sini sepi?" Sia meremas remas tangannya mulai cemas.
"Lo kan bisa telepon orang tua lo, suruh jemput"
Sia menghela napasnya pelan, kemudian turun dengan berat hati. Kenapa tadi Sia malah turun dari bus ketika ia melihat Nakael sedang berkelahi. Padahal jika ia tak turun, mungkin sekarang sudah sampai di rumah.
Baru saja Sia turun dari mobil Nakael, tanpa berkata apapun Nakael melajukan mobilnya dan pergi.
Hari sudah gelap sepenuhnya. Jalanan di sekitar sepi.
Sia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas miliknya. Ia mencari kontak Jeremy. Ia menghubungi papanya beberapa kali.
"Nomor yang anda tuju sedang sibuk..."
Sekali lagi ia mencobanya dan masih dengan jawaban yang sama.
Orang kedua yang Sia hubungi adalah Raga. Karena Raga memang orang yang selalu bisa Sia andalkan dalam situasi apapun. Tapi sejenak kemudian ia ingat, kalau sekarang Raga menjaga jarak dari Sia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soul (End)
RomanceBukan tentang pikiran, bukan hanya tentang hati. Satukan mereka dalam satu kata jiwa. Ini tentang penerimaan semuanya. Your SOUL must accept it Kamu yang dulu tidak ada dan tidak akan pernah kubayangkan ada menjadi orang yang selalu ada. Tak peduli...