24.Terlalu Gila

202 32 4
                                    

Rekomendasi lagu ⬆⬆

"Tak pernah sekalipun kukira jika gadis yang waktu itu sempat membuatku berdebar adalah kamu"

-Nakael-

Happy radiing...❤

"Dan lo yang lebih bodoh, malah ngebela cewek lo yang jelas jelas ngejar cowok lain di depan lo"

"Ck" Decakan kesal si rambut pirang dan diikuti dengan satu pukulannya yang akan melayang ke arah Nakael.

Sia menahan napas melihatnya. "Apa yang sebaiknya Sia lakukan?"

Sia segera menormalkan napasnya kembali. Tanpa bisa memikirkan apa yang harus dilakukannya, dengan tangan bergetar Sia mengotak atik ponselnya.

Terserah saja dengan yang dilakukannya sekarang. Mungkin dengan rekaman video yang saat ini diambilnya, bisa berguna jika ada yang memerlukannya.

Tapi Sia sempat menelepon Polisi dahulu sebelum itu. Berharap dengan begitu tak ada  kejadian yang tak diharapkan terjadi.

Suara pukulan menggema di lorong sempit itu. Membuat Sia mengernyit ngeri menyaksikan perkelahian tak fair itu.

Awalnya Nakael bisa menguasai pertarungan itu. Setiap lawan yang menyerangnya ia bisa menghadangnya dengan baik. Bahkan membalas serangan yang ditujukan padanya.

Namun keadaan berubah total ketika salah seorang memukul punggungnya dari belakang dan membuat Nakael tersungkur.

Sia yang melihat kejadian itu dengan mata kepalanya sendiri hanya meremas jemarinya, sambil terus merekam kejadian itu dengan ponselnya.

"Nakael, Sia mohon bangunlah dan segera kabur"

"Kamu tak akan bisa melawan mereka semua"

Sia bergumam pelan di tempatnya bersembunyi.

Ketika Nakael bangkit dan memandang lawannya dengan tatapan tajam. Sia bernapas lega.

"Jangan keras kepala, Sia mohon kabur saja" Lagi lagi Sia bergumam sendirian.

"Wah, masih bisa berdiri ternyata" Si rambut pirang memandang remeh Nakael yang kini darah segar mengalir di pelipisnya.

Dengan cakap si rambut pirang segera merebut balok kayu dari temannya yang tadi digunakan untuk melumpuhkan Nakael.

Si rambut pirang mengangkat balok kayu itu berniat untuk menyerang Nakael sekali lagi.

Sia menutup matanya, tak ingin melihat apa yang akan terjadi setelahnya.

Dan tanpa sepengetahuan Sia, karena ia sudah menutup matanya. Ketika kayu itu terayun ke arah Nakael, siapa sangka Nakael dengan sigap mengelak. Namun satu dari teman si pirang ambruk karena kayu itu tepat mengenai kepalanya.

Layaknya dentuman ketika benda keras beradu dengan benda keras lain, begitulah bunyinya. Hingga Sia dibuat merinding, kakinya tiba tiba melemas. Ia terlalu familiar dengan bunyi dentuman keras atau semacamya. Seperti membangkitkan kenangan empat tahun lalu yang tak ingin dikenangnya.

Ketika suara di tempat perkelahian itu semakin ricuh, seiring dengan sirine mobil polisi yang semakin lama semakin terdengar mendekat.

Sia memberanikan untuk membuka matanya. Semuanya kasak kusuk kabur melarikan diri. Kecuali Nakael dan seseorang yang tiba tiba saja sudah hilang kesadaran.

Jantung Sia berdebar, memikirkan apakah itu ulah Nakael? Apakah dia yang membuat seseorang itu hilang kesadaran?

Sia memikirkan hal terburuk yang sudah dilakukan Nakael, tapi kemudian ia tersadar, tak mungkin Nakael melakukan itu. Jikalau pun mungkin, keadaan tetap saja tak mendukung untuk Nakael berbuat demikian. Akhirnya Sia mengusir jauh pikiran itu. Dan mencoba percaya bukan Nakael penyebabnya.

Soul (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang