19. Dia dan saudara perempuannya

218 36 5
                                    

Rekomendasi lagu 🎵⬆⬆

"Tanpa ada rencana dan tiba tiba, kenapa aku selalu terlibat di waktu,tempat dan kejadian yang sama bersama kamu"

-Nakael-

***

   -Celia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   -Celia

Happy readiiing...


Helaan napasnya terdengar kasar. Pikirannya sedang mengembara pada apa yang memang ingin dipikirkannya.

Angin yang pelan menyapu anak rambut gadis yang sudah sejak 10 menit lalu berada di atas pohon ini. Bukan pohon yang di tepi jalan, namun pohon favoritnya yang ada di padang rumput tak jauh dari rumahnya.

"Sia masih belum siap bertemu Raga" Gumamnya. Mengingat saat di sekolah tadi, ia sibuk sendiri untuk menghindar dari Raga. Yang anehnya, ketika Sia ingin menghindar, ia malah lebih sering bertemu Raga.

"Tapi apa benar yang dikatakan Joean, kalau Sia suka salah satu diantara laki laki tadi. Jika pun iya, bukankah itu Raga?"

Sia mendongak menatap langit. Jingga sudah mulai membayang. Dan di barat sana, langit sudah bersiap siap menyembunyikan sang mentari.

Kemudian Sia naik ke dahan yang lebih tinggi. Yang ketika ia berdiri, bisa melihat takjub sejauh mata memandang.

Sia menghirup napas perlahan lalu membuangnya. Ia melakukannya berulang kali sambil menutup kedua matanya.

"Kenapa ya, Sia tak percaya dengan apa yang dikatakan Raga. Sepertinya ada yang berusaha Raga sembunyikan dari Sia dibalik pengakuannya itu"

"Apakah harus Sia punya banyak teman supaya Raga senang?"

Sia tersenyum, karena dirinya sendiripun gugup memikirkan dirinya akan memiliki banyak teman.

Langkah awal yang diambil Sia, mungkin berteman dengan Elisa. Karena selama ini, Sia selalu berusaha menjaga jarak dari orang orang yang ingin dekat dengannya termasuk Elisa.

Setelah cukup lama merenung di atas pohon. Sia turun dan berjalan kembali pulang.

"Hai Mr.Paul" Sapa Elisa ketika melihat laki laki yang seumuran dengan papanya itu menghalau pulang ternaknya untuk kembali ke kandang.

"Hai Sia, bersantai di pohon lagi?" Ujar Paul tertawa renyah.

"Iya, tapi jangan bilang Mama sama Papa Sia yah?"

"Tentu saja tidak, memangnya kita sudah kenal berapa lama hingga kamu tak percaya denganku"

"Terima kasih Mr. Paul" Sia tersenyum tulus.

"Sama sama"

"Kamu tak mampir dulu? Sepertinya Daisy memasak cookies kesukaanmu lagi"

Sia ingin sekali mampir. Apalagi diangan angani dengan cookies Mrs.Daisy yang dari dulu disukainya itu.

Soul (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang