Aku menatap sekeliling ramai. Kiri dan kanan di penuhi permainan. Khuzaifah di depanku antusias mengajak ku naik semua permainan disana. Tidak sadar dengan usia nya yang sudah seperempat abad.
"Ayo la.. udah lama nggak main beginian." Bujuknya dengan mata berbinar.
Aku hanya tertawa kecil dan mengangguk lemah. Selama hidup berdua dengannya aku paham bahwa Khuzaifah orang yang keras kepala dan bisa menjadi anak kecil di hadapan orang terdekatnya.
Hari minggu kali ini setelah aku pulih Khuzaifah mengajak ku ke pasar malam yang tidak jauh berada dekat kontrakan kami.
Khuzaifah semangat ingin naik bianglala. Aku dibelakangnya menurut saja mengikuti. Sesekali aku berlari kecil melihat pancingan ikan mas kecil - kecil dan ikut bermain.
"La, aku ke toilet dulu ya, kamu tunggu sini, nitip pesananku sekali." Sahut Khuzaifah bergegas pergi meninggalkan aku di kedai sate.
Aku hanya mengangguk dan duduk di kursi panjang menunggu sate pesananku dan Khuzaifah. Aku asyik mengunyah bakso bakar tusuk dan minum susu coklat dingin di tangan. Kedai ini terlihat cukup ramai karena, sedang banyak pengunjung.
Setelah selesai keliling dan merasa lapar aku dan Khuzaifah memutuskan makan sate padang dan menunggu pesanan disini. Walau cukup ramai aku cukup duduk tenang disini ditemani jajanan yang telah ku beli tadi.
🌻🌻🌻
Aku menggosokan kedua tangan. Cuaca hari ini begitu dingin. Bahkan sedari tadi hujan tidak berhenti - henti. Aku berdiri diteras kantor yang sudah sepi. Khuzaifah yang hari ini ada kunjungan ke luar tidak bisa pulang bersamaku.
Hari semakin senja. Namun hujan tidak menunjukan tanda - tanda akan berhenti. Aku memutuskan duduk di lobi lantai bawah kantor sambil memainkan ponsel. Sebelumnya memeriksa tempat letak payung milik kantor. Tidak ada payung disana. Bahkan tempat letak payung pribadi pun kosong. Membuat ku sedikit menyesal lupa membawa payung.
"Tsania."
Aku tersentak dan segera menoleh ke samping. Hanafi berdiri dekat kursi yang ku duduki. Pria itu terlihat akan pulang juga.
"Kamu nggak pulang?"
Aku meringis kecil. "Nunggu hujan teduh dulu, soalnya aku nggak bawa payung." Tukasku.
"Ya udah pakai punya aku aja. Aku cuma makai ini jalan ke mobil kok. Duluan ya.." Ucapnya lalu menyerahkan payung berwarna hitam padaku.
"Eh nggak usah, aku nunggu reda aja. Kamu pakai aja." Tolak ku mengejarnya membalikan payung nya. Namun laki - laki itu sudah berlari menembus hujan.
Aku tertawa kecil. Hanafi benar - benar orang baik. Padahal parkiran lumayan jauh ke depan. Sampai sana pasti ia sudah basah kuyup di hujan selebat ini. Aku menengadah menatap langit kemudian mengembangkan payung berjalan menembus hujan.
🌻🌻🌻
Belakangan ini aku merasa lebih baik dalam bekerja. Setelah kejadian malang itu membuatku termotivasi kerja cepat dan teliti agar tidak lembur lagi. Kalaupun lembur Khuzaifah akan menunggu begitupun denganku. Kami akan pulang sama selalu.
"Masih lama ya fah?" Tanya ku di telpon.
"Iya la.. kamu pulang duluan aja gimana?" Ucap Khuzaifah disebrang sana.
Aku menggigit bibir dan berpikir "Nanti kamu gimana? Aku tungguin aja deh, nanti malam malam pulang sendiri bahaya." Ucapku sungguh - sungguh.
"Aku kan nggak bawa motor jadi pulang bareng sama temenku."
KAMU SEDANG MEMBACA
About You
Short StorySebatas kumpulan kisah Beberapa memberi duka Beberapa memberi suka Beberapa bahkan juga meninggalkan luka Sebatas kisah, ya sebuah kisah.