"Seperti dandellion yang tak pernah marah karena terbang ditiup angin dan kembali tumbuh mekar dimana ia terjatuh."
80% wanita didunia ini menempuh jalan yang menyakitkan untuk mencintai. kebanyakan dari mereka memilih menjadi seorang secret admirer. Memendam semua sendiri. Menunggu tak sebercanda itu. Tertawa... menangis... marah... Semua itu dirasakan sendirian.
Lalu, kemana yang 20% lagi?
Disitulah aku berada. Ditempat yang tak seharusnya. Karena aku melawan arus. Menantang kodrat, yang seharusnya perempuan itu menunggu bukan berjuang. Tapi ada fase dimana aku lelah untuk memperhatikannya dari jauh saja. Karena aku tak ingin hanya duduk berdiam diri menunggu yang tak pasti. Aku memilih untuk berjuang, untuk memenangkan hatinya.
Dan dia pasti tahu itu, kalau aku berjuang untuk nya. Tapi entahlah, dimatanya mungkin aku bukan seorang wanita, tapi hanyalah seorang anak kecil. Tapi tak apa, Aku hanya akan terus menunggu dan berjuang untukmu.
Jika menunggu saja sesakit itu. Lalu bagaimana denganku? Yang berjuang dan menunggu.
☆☆☆
Saat ini aku berbaring dikasur menghiraukan semua tugas yang belum ku kerjakan. Aku menatap langit-langit kamar nanar. Haruskah aku bersedih? Haruskah aku bertahan? Atau menyerah saja.
Aku menatap ponsel ku. Tadi aku baru saja mengiriminya pesan. Aku takut jika nanti tak dibalas oleh nya. Atau dia hanya me-read nya saja.Aku menghela napas kasar. Sudahlah, jangan terlalu berharap dibalas.
Aruna Calista Maharani : Kak
Aruna Calista Maharani : Kak Fakhri
Aruna Calista Maharani : Aku udh mikirin kata" kakak, aku bakalan masuk jurusan pendidikan. Dan mama pun nyuruh aku buat ambil pendidikan guru sd.
Tidak ada balasan.
Aku menghembuskan napas kasar. dan melempar hp ku sembarangan dikasur.Kenapa chat nya jadi aneh begitu. Nanti, Kak Fakhri akan berpikir aku gadis aneh? Aduuh! Kenapa harus serunyam ini?
Aku tak bisa memicingkan mataku. Aku tak mengantuk sama sekali. Aku tak mengerti perasaan ini. Entah kenapa aku bisa menyukai kakak sahabat ku sendiri, Kak Fakhri.
Yang tak lain adalah kakak nya Fayra.
Aku berguling-guling di atas kasur. Memikirkan alasan yang masuk akal. Barangkali kak Fakhri sibuk atau pertanyaan ku yang aneh mungkin. Aku tahu itu bodoh, tapi setidak nya aku bisa sedikit lega. Mungkin kak Fakhri sibuk.
Aku memutuskan untuk mengerjakan soal matematika saja. Lebih baik mencari kesibukan daripada memikirkan kemungkinan yang belum tentu terjadi. Meskipun nanti aku akan mengantuk saat melihat soalnya.
Benar saja, aku menyandarkan kepalaku dimeja belajar, memejamkan mata sebentar. Menyerah, dengan soal yang belum kukerjakan. Bukan karena aku bodoh. Tapi, soal yang kukerjakan itu hasilnya berbeda.
Aku bangun, mematikan lampu belajar dan duduk di tepi kasur. Menatap Handphone penuh harap. Setelah berdo'a aku menghidupkan handphone dan melihat notif disana. Sambil berharap Kak Fakhri membalasnya dan..
Tidak ada notif chat dari kak Fakhri.
Aku menghembuskan napas panjang, mengerjakan matematika lagi berharap aku akan mengantuk. Setelah itu aku akan tidur, melupakan pikiran bodoh itu. Apa aku terlalu mengharapkannya? Aku tersenyum miris dan mengerjakan soal matematika lagi.
Setelah mengantuk aku tidur dikasur, melupakan semua pikiran tentang kak Fakhri sejenak.
☆☆☆
KAMU SEDANG MEMBACA
About You
Short StorySebatas kumpulan kisah Beberapa memberi duka Beberapa memberi suka Beberapa bahkan juga meninggalkan luka Sebatas kisah, ya sebuah kisah.