tujuh belas

214 30 2
                                    

Ya allah maap ya lama update ini udah ada di draft dari 22 juli 2019 akunya lupa upload hehe semoga masih ada yang baca 😆😆

Cinta adalah sabar..  Harus sabar karna kita cinta. 
Cinta adalah sejiwa, meski kita tak senyawa. 
Aku tetap percaya,  cinta bisa mengalahkan sendu.

nagita slavina-ku Jaga Takdirku 🌸

⛄⛄⛄

"ekhem..  Sorry di. " kania melepas pelukanya. 
Aldi hanya mengaggukan kepalanya,  mengaruk tengkuknya yang tidak gatal. 
Ah dia diposisi yang salah.

Keduanya pun kembali dian dengan fikiranya masing-masing.  Sementara aldipun tidak tau kenapa dia masih bertahan disini.  Melihat kania yang sedang kalut membuat aldi tak tega untuk meninggalkanya.  Sementara kania menatap cemas pintu di depanya aldi justru menatap jam dinding yang terus berputar. 

"keluarga pasien raka?. " panggilan dari dokter sontak membuat kania berdiri. 
Sementar aldi masih duduk diam di tempatnya.

"iya dok saya ibunya. " sahut kania.
Melihat wajah kania membuat aldi merasa melihat sosok yang berbeda,  kemarin dia melihat kania sebagai salah satu orang yang harus dijauhinya karna berbahaya,  wanita  licik.  Namun kini yang dilihatnya justru sosok yang berbeda. 
Seorang ibu yang khawatir  akan kondisi anaknya. 

"seperti yang sudah saya jelaskan,  sistem imun dari pasien berbeda dengan anak anak seusianya.  Mohon ya bu,  lain kali lebih di perhatikan  kondisi putranya.  Karna bisa jadi hal fatal akan terjadi jika tadi tidak secepatnya  dibawa kesini." jelas dokter panjang lebar

Kania mengangguk mengerti, lalu setelah itu dokter pamit hingga meniggalkan aldi dan kania didepan ruang ICU.
Sebenarnya banyak sekali pertanyaan dalam kepala aldi, tentang perpisahan kania,  kondisi dia saat ini dan entah kebetulan atau tidak kania yang tiba-tiba hadir di hidupnya  kembali.

"kamu.. Mau masuk?. " tawar kania

"em..  Boleh?. " tanya aldi ragu.

"nunggu perawat mindahin ke ruang rawat dulu ya,  itu juga kalo kamunya gak keberatan."

Aldi mengangguk setuju,  yah angap saja dia disini sebagai sosok sahabat yang sedang menemani sahabatnya.

"raka dari lahir memang sedikit spesial,  mungkin beberapa dari orang-orang bakal nyebut raka adalah musibah,  tapi buatku engga.  Raka adalah anugrah,  dia adalah alasan kenapa aku masih bisa bertahan hidup sampai saat ini.  Mungkin kalo Engga ada dia aku udah jadi tulang belulang di liang lahat." cerita kania sambil tersenyum getir.

Aldi memandang sosok dari masalalunya itu dengan penuh  tanda tanya,  sebenrnya apa yang telah terjadi selama ini?  Kenapa dia melihat sosok kania sebagai orang rapuh.

"loh di.. " aldi menelohekan kepalanya

"lo disini?  Salsha mana,  gue suruh dia nunggu malah ga ada." tanya bima

"salsha?. " tanya aldi membeo

"iya, dia tadi pulang naik taksi terus balik lagi katanya ponselnya ketinggalan. Nih gue udah nemuin pas mau ngasih orangnya ga ada,  bukanya sama lo?. " tanya bima.

"ha?  Engga.. " Bingung aldi,  ah ya dia lupa tujuanya kemari.  Sial.

"ah yaudah nih titip ya,  gue mau periksa pasien lagi soalnya." ucap bima memberikan ponsel ke aldi.

Sekilas laki-laki itu menolehkan kepalanya ke sisi kanan aldi,  dimana terdapat seorang wanita yang asing menurutnya. 

Tak mau ikut campur dan ambil pusing bima memilih langsung  pergi.

[3] Salshabilla [They Don't Know About Us]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang