Bagian 6

8.5K 667 6
                                    

Mata Atta menyipit penuh perhitungan pada wanita muda yang ada didepannya ini.

Laras cantik, pemberani, pandai, penuh kasih sayang, kualitas yang lebih dari biasa.

" Bagaimana jika aku mengajukan proposal? " kata Atta dengan perlahan.

Selama sesaat Laras merasa jantungnya berhenti berdetak.

" Proposal apa, tepatnya? " Pertanyaan itu terlihat waspada dan mengandung kecurigaan.

" Proposal yang melibatkan dirimu, " jawab Atta kalem.

Tidak, pasti Laras salah dengar. Kata itu bergema saat keheningan melanda. Atta sedang mempermainkannya seperti seekor kupu kupu yang terperangkap sebelum pria itu menyudutkannya kedinding untuk menangkapnya.

" Aku tidak terlibat dalam masalahnya, '" jawab Laras dengan sebal.

Atta mengamati Laras dalam diam, dia mengamati jilbabnya yang lebar, roknya yang menjuntai hingga kaos kaki dalam sepatunya.

Apakah Atta tahu betapa marah diri Laras saat harus berhadapan dengan pria itu? dalam kondisi normal, Laras akan dengan senang hati menolak segala hal yang berhubungan dengan pria itu.

"Dirimu tidak terlibat dalam masalah ya? "tanya Atta dengan kelembutan yg menipu." Karena menurutku Laras, kau adalah satu satunya milik ayahmu yg sangat berharga dalam situasi ini. "

Sesuatu dalam diri Laras melilit, saat mendengar apa yg dikatakan Atta. Entah kenapa Laras berpikir proposal Atta akan terasa menyakitkan hati dan ia tidak menginginkan apapun selain berbalik pergi, meninggalkan gedung ini.....atau apa saja untuk terbebas dari tangan pria yg mengenggam nasib ayahnya ini.

"Kau mengusulkan aku menjadi alat pembayaran hutang berbentuk manusia? " tanya Laras dengan suara tercekik.

" Itu kata katamu Laras, bukan aku, " jawab Atta sambil lalu.

Nada suara Atta yang malas membuat denyut nadi di tenggorokan Laras meningkat.

" Melacurkan diriku dengan menjadi kekasihmu? "

" Dan mengandung anakku," jawab Atta luwes.

Laras harus berjuang sekuat tenaga untuk tidak menampar pria itu. Beraninya dia mengajukan proposal yang sangat tidak senonoh itu setelah apa yg dia lakukan selama ini, Laras bahkan tidak berpenampilan untuk menggoda laki laki itu, busananya menutup semua auratnya dari kepala hingga kakinya, pakaiannya longgar dan tidak menampakkan lekuk tubuhnya, bahkan Laras tidak memakai make up karena ia senantiasa menjaga wudhu nya. Make up hanya akan membuat hidupnya ribet, Lantas mengapa Atta berani merendahkannya seperti ini?

Selama sesaat yang menegangkan, waktu seakan membeku, menggantung didalam ruangan dan membuat udara terasa menyengat meski mereka berada didalam ruangan berAC.

Kemarahan yang tertahan didada Laras akhirnya membuncah, memancar melalui mata coklat Laras yang kini semakin gelap. "Kau sudah gila ya?"

"Kau yang memohon keringanan dan mengajukan penawaran tanpa memberikan apapun sebagai imbalannya? " jawab Atta sambil tersenyum geli.

Mata Laras beradu dengan mata Atta.

" proposal yang kau ajukan itu isinya pemerasan Atta. "

" Aku lebih suka menyebutnya kesepakatan antara dua orang dewasa, " jawab Atta selembut beledu.

Laras menarik napas dalam dalam untuk menenangkan diri dan menyadari bahwa hal itu tidak cukup saat ini.

Apakah pria itu tahu Laras ingin sekali menghajarnya? Bahkan disaat saat tersulit mengajar murid muridnya yang seringkali membuatnya marahpun, Laras tidak pernah ingin menggunakan kekerasan fisik meski ia memegang ban hitam taekwondo, olahraga luarbiasa yg mampu menyalurkan energi negatifnya selama ini.

Membeli Pengantin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang