"Saya terima nikahnya dan kawinnya Larasati hapsari binti Arif hartono dengan maskawin seperangkat alat sholat dibayar tunai, " Tegas dan hanya satu tarikan nafas Atta mengucapkan akad nikahnya pagi ini, disambut teriakan sah dari saksi dan para tamu yang hadir.
Dari jadwal jam 08.00 pagi akad nikah mundur ke jam 09.00 karena petugas pencatat KUA yang telat hadir.
Dinikahkan sendiri oleh ayahnya, Laras sah menjadi Nyonya Atta Handoko.
Meski pernikahan hanya dihadiri oleh tetangga sekitar rumah Atta, namun pernikahan itu buat Laras berarti banyak, selain berhasil menyelesaikan masalah hukum yang menjerat ayahnya dengan damai sebagai wujud dharma baktinya kepada orang tua, poin tambahan berikutnya adalah saat ini rasa cinta Laras yg dahulu pernah tumbuh berada pada jalinan yg halal.
Acara dilanjutkan walimatul ursy dengan makan bersama, saat menjelang dhuhur semua tamu sudah pulang termasuk ayah Laras.
Saat ini Laras duduk di kamar pengantinnya sambil melihat cincin platina polos yang ada dijari manisnya, Oma tadi yang menyelipkannya sambil menangis haru melihat akhirnya Atta membawa seorang istri kerumah ini. Oma mencium dan mendoakan Laras dengan takzim, tak lupa dengan pelukan sayang yang membuat Laras sangat bahagia karena merasa diterima.
Binar bahagia itu terpancar hingga saat pemotretan, senyum ceria Laras terpancar membuat rona bahagia itu memancar dalan setiap kesempatan.
Laras menatap kamar pengantinnya yang luas, karena kamar ini mantan kamar bujangan, dekorasinya sangat minimalis.
Meskipun dulu sebelum ayahnya menjual rumah lama, kamar Laras lumayan luas namun tidak ada apa apanya dengan kamar Atta. Selain ranjang ukuran kingsize ada sofa panjang disudut ruangan disebelah kanan terdapat pintu yang menuju ruang ganti yang luas, Laras bahkan terkagum kagum melihat lemari rapi yang memuat baju Atta, alangkah banyaknya baju hanya untuk seorang pria.
Laras mengedarkan pandangan berkeliling ke arah pintu kecil yang menghubungkan kamar ganti dengan kamar mandi,saat adzan dhuhur berkumandang merdu, Laras bergegas mengambil air wudhu, namun pakaian pengantinnya menghalanginya.
Baju pengantinnya adalah gamis cantik dari bahan tile lembut dengan kancing berderet dipunggung, sederhana namun elegan. Karena banyaknya kancing yang berderet itulah Laras dari tadi baru berhasil membuka kancing 3 teratas, Laras mendesah kesal, kenapa tadi tidak meminta bantuan Rara sebelum sahabatnya itu pulang.
Karena tidak bisa menggapai kancing keempat, akhirnya Laras masih memakai gamis itu sambil terduduk kelelahan.
"Perlu bantuan? "
Laras melonjak kaget mendengar suara maskulin itu. Sesaat dia terpana melihat Atta, seperti mengumpulkan kepingan kepingan memori mengapa laki laki itu ada disini.
Ah, ......laki laki itu kini sah menjadi suaminya. Dan suaminya yg tampan menawarkan bantuan halal pertamanya. Meski tergagap malu, Laras menerima bantuan Atta membuka kancing gamisnya.
Punggungnya merinding karena sentuhan tidak sengaja tangan Atta dan Laras meletakkan tangannya didadanya yang berdesir setiap kali tangan Atta tanpa sengaja menyentuh punggungnya.
Banyaknya deretan kancing itu seakan tiada habisnya, merangkak pelan dan seperti tiada habisnya.
" Naaah.... sudah selesai, " kata Atta pelan ditelinga Laras.
Parfum Atta bercampur dengan wangi sabun terhidu jelas dihidung Laras, Atta terasa sangat dekat dan sesaat Laras melupakan segalanya kecuali sensasi desiran yang saat ini menggetarkan seluruh jiwanya. Seakan akan lima tahun terakhir itu menghilang dan Laras terlambat menyadari respon yg tidak di inginkannya itu hadir kembali.
Wajah Laras merah padam karena malu, tanpa menoleh Laras menuju koper bajunya yang belum sempat dibongkar dan berlari kabur masuk kamar mandi untuk ganti baju. Beruntungnya Laras ketika keluar dari kamar mandi, Atta tidak tampak hidungnya. Seandainya Atta masih disana entah apa yg akan Laras katakan.
Tenangkan hatimu Laras, bisik hati kecilnya....siapkan hatimu untuk menghadapi suamimu, terlepas dari apa yang menyatukan kalian menjadi suami istri, kalian sah dimata tuhan dan masyarakat, dan kamu Laras, harus menghadapi kenyataan bahwa suamimu mempunyai hak atas dirimu, tambah hati kecilnya yang lain.
Sambil terkantuk kantuk Laras menunaikan sholat dhuhur dan karena lelahnya Laras tertidur diatas sajadah. Laras tertidur dengan sangat lelap, bahkan didalam tidurnya dia bermimpi sepasang tangan dengan lembut mengangkatnya.
Atta tersenyum melihat istrinya tertidur pulas, bahkan saat diangkat dan dipindah ke atas tempat tidur Laras tanpa sadar menyurukkan kepalanya ke leher Atta, seakan itu adalah hal seharusnya terjadi buat Laras.
Setelah melepas mukena dan menyelimuti istrinya, Atta menurunkan suhu AC kamar, meletakkan kotak bingkisan hadiah di nakas yg ada disamping tempat tidur.
Atta memandangi wajah istrinya yang cantik, mencium keningnya kemudian perlahan Atta keluar sambil menutup pintu dibelakangnya.
Laras terbangun oleh suara ramai dikamar sebelah, mengambil jam weker di nakas dan kaget melihat angka sudah menunjuk angka 16.15.
Tidak biasanya Laras tidur siang, apakah ini karena kelelahan fisik dan mentalnya selama 2 hari terakhir yg serasa naik rollercoaster.
Menyibak bedcover membuat laras teringat bahwa tadi dia berada diatas sajadah, jadi siapa yg memindahkannya ke atas tempat tidur?
Jangan jangan bayangan mimpinya tentang sepasang tangan yang menggendongnya tadi bukan mimpi tapi perwujudan alam bawah sadarnya.
Bagaimana jika itu benar?
Apakah Atta yang memindahkannya?
Beragam pertanyaan itu semakin beragam dan bwrkumpul serta meminta jawaban.
Aaah, nanti aku tanyakan pada Atta, pikir Laras.
Saat mengembalikan jam weeker ke nakas, Laras melihat kotak bingkisan manis dengan tulisan untuk Laras.
Perlahan dibukanya kotak yang pertama berisi cincin platina dengan bentuk classic yang berhias sebutir berlian bundar ditengahnya, kemudian kotak kedua berisi kunci mobil dengan tulisan pesan singkat, Anggap ini sebagai kado pernikahan dariku..... Kemudian hanya ada tanda tangan AH.
KAMU SEDANG MEMBACA
Membeli Pengantin
RomanceLarasati hapsari harus menyelamatkan ayahnya dari gugatan perdata yg akan berakhir pidana, meski dengan mengorbankan hatinya karena Atta Handoko menghendaki perjanjian bisnis yg melibatkan hati Larasati. Meski menjalani dengan terpaksa namun dipaks...