Laras menggunakan ojol untuk pulang kerumah ayahnya, ada banyak hal yang ingin dia diskusikan dengan ayahnya termasuk meminta restu untuk pernikahan kilatnya.
Banyak hal yang telah berubah dari diri ayahnya sejak setahun terakhir, lewat telpon sang ayah kerap bercerita tentang kegiatan rohaninya yang kini lebih teratur karena ikut grup pesantren online. Meski dipaksa pada awal mulanya namun kebiasaan dalam grup pesantren online itu banyak memberikan masukan dan kekuatan untuk sang ayah dalam menghadapi badai masalah yang melanda keluarga mereka saat ini. Sang ayah terlihat lebih tenang, semeleh dan tawakal.
Lepas dhuhur Laras sudah berada di teras rumah ayahnya, pintu rumah terkunci, mungkin sang ayah masih berada di masjid untuk sholat jamaah dhuhur yang biasanya disambung dengan tahsin bersama dengan jamaah masjid lainnya.
"Assalamualaikum..... Alhamdulillah, anak papa yang sholelah datang, " sapa sang ayah sambil meraih kunci disaku.
" Waalikumussalam papa, " jawab Laras sambil tersenyum kemudian meraih tangan pak Arif hartono untuk menciumnya.
Berdua mereka masuk kerumah," Laras, kamu sholat dhuhur dulu yaa nak, belum sholat khan? Habis itu temani papa makan siang, kebetulan tadi papa masak nasi goreng kesukaanmu. "
" njjih pa, " jawab Laras sambil masuk kekamar.
" Pa, tadi Laras ke kantor pak Atta, " kata Laras sambil mulai menyendok nasi.
" Laras mau minta ijin papa untuk menikah dengan pak Atta, papa maukan menikahkan Laras dengan pak Atta? "
"Tentu saja nak, itu salah satu tugas papa selama papa masih hidup....."
"Yang ingin papa tanyakan, apakah kamu ridho dengan pernikahan ini. Karena kamu yang akan menjalani pernikahan ini. Papa harap pernikahan kamu ini tidak ada hubungannya dengan tuntutan hukum pak Atta atas diri papa. "
Mata Laras mulai berkaca kaca, dia tidak sampai hati mengatakan yang sebenarnya, namun Laras yakin ayahnya tahu yang sebenarnya, beliau hanya ingin memastikan bahwa Laras mengambil langkah yg benar untuk hidupnya.
" Jika wanita sesholehah siti Asiyah dapat berjodoh dengan Fir'aun yang thogut, apalah artinya Laras ini, papa"
Sang ayah menarik napas panjang, " Laras, jodoh yang baik itu yang sekufu...dalam banyak hal terutama dalam hal Agama, tentu akan lebih baik jika calon suamimu yang kelak akan menjadi imammu mempunyai bekal agama yang lebih dari padamu, namun kita tidak pernah tau seperti apakah Atta Handoko diluar kantor....... Meski setahu ayah, dia seorang yang amanah, terlepas dari perangainya yang angin anginan... Ayah hanya ingin engkau mendapatkan yang terbaik nduk. "
" Doakan yang terbaik selalu untuk Laras ya pa, " pinta Laras dengan lembut.
Drrt... Drrt... Bunyi gawai Laras diatas meja, sepintas melihat layar ada nomor tanpa nama disana, ingin Laras mengabaikannya namun teringat bahwa dirinya baru saja memberikan nomornya pada Atta dan dia tidak tahu nomor gawai Atta.
"Assalamualaikum.... "
" Laras, aku ada janji dengan pengacara bersama kamu jam 4 sore, aku jemput kamu, ada dimana kamu? "
Ah, si Tiran sudah kembali. Sebenarnya Laras ingin sekali menyebutkan alamat yg salah, namun ternyata setelah menyebutkan berada di rumah ayahnya, telepon itu langsung terputus. Tanpa mengucap salam, dan Laras hanya menunggu pasrah janji temu itu, dia perlu memastikan tuntutan hukum atas ayahnya terselesaikan dengan baik.
Atta menjemput Laras, saat sang ayah belum pulang dari masjid selepas sholat ashar, Laras hanya sempat berpamitan melalui pesan yang tertempel di lemari Es.
It's show time. Babak baru perjalanan hidupnya dimulai hari ini. Jadwal sore itu ternyata selain menandatangani surat kesepakatan terkait masalah hukum papa, dilanjutkan dengan mencari cincin nikah dan Atta bersikeras memberikan kartu ATMnya agar Laras dapat membeli baju pengantin, karena Laras tidak bersedia ditemani Atta ke butik langganan Omanya Atta. Pernikahan Laras akan dilaksanakan lusa di rumah Atta dengan alasan kepraktisan.
Kalau kata Laras, ya iyalah pernikahan dilakukan tergesa gesa karena Atta tipikal pengusaha yg tidak mau rugi, apalagi untuk menikahi Laras, Atta mengeluarkan uang yang tidak sedikit.
Acara sore itu berlangsung lancar hingga saat adzan maghrib mereka masih berada dalam perjalanan pulang kerumah Laras.
Derum mobil mercedes Atta persis masuk rumah bertepatan dengan ayah Laras pulang dari Masjid. Sebenarnya Laras tidak ingin mempertemukan ayahnya dengan Atta, namun sepertinya pertemuan antar keduanya tetap harus dilakukan, apalagi mereka akan jadi keluarga meski dengan terpaksa....
"Selamat malam pak arif, " Ucap Atta dengan canggung.
" Selamat malam pak Atta, Laras kamu belum sholat maghrib nak? Sholat dulu ya, ajak pak Atta sekalian, Papa akan buatkan teh untuk kalian berdua, " jawab ayah Laras dengan ramah.
Bacaan alquran Atta lumayan tartil, pikir Laras saat sholat maghrib jamaah, hal ini bahkan diluar perkiraan Laras.
Laras tersenyum sendiri,... seperti nya ungkapan neraka akan terbuka saat dia menikah bukanlah kata yg cocok, secercah optimisme akan masa depan rumah tangga yg akan Laras jalani mulai menampakkan titik terang .
Mengawali pembicaraan antara Ayahnya dan Atta yang sepertinya butuh trik tersendiri, apalagi sikap Atta yang sepertinya menjaga jarak.
Meski duduk berdekatan karena ruang tamu yang mungil, namun suasana kurang akrab sangat terasa, Laras akhirnya yang mengalah untuk membuka percakapan.
" Papa, seperti yang sudah Laras sampaikan tadi siang....Atta dan Laras akan menikah, rencananya lusa dirumah Atta, Laras berharap papa berkenan untuk menikah kan Laras. "
" Benar begitu pak Atta? "
" Benar pak arif, saya mohon bapak berkenan merestui dan menikahkan kami, untuk masalah detil acara nanti biar Laras yang menjelaskan. "
" Insyaa allah, bapak bersedia.... Bapak berharap, Pak Atta menjaga dan melindungi Laras karena dia adalah satu satunya harta yang bapak punya saat ini. "
" Pasti pak arif, saya akan menjaga Laras sepenuh hati saya... "
Laras tersenyum secara perlahan ketegangan antara papanya dan Atta mulai mencair, saat Atta berpamitan bahkan Atta sudah ikutan Laras memanggil papa. Laras tersenyum kecil, ternyata Allah memang selalu punya rencana yang indah untuknya...
Saat mengantar Atta menuju mobil, Laras berkata dengan lirih, "Atta bolehkah aku mengajukan syarat sebelum kita menikah?"
"Yang pertama aku ingin kamu menjaga sholatmu dan yg kedua aku ingin tetap mengajar selama kita menikah".
KAMU SEDANG MEMBACA
Membeli Pengantin
RomanceLarasati hapsari harus menyelamatkan ayahnya dari gugatan perdata yg akan berakhir pidana, meski dengan mengorbankan hatinya karena Atta Handoko menghendaki perjanjian bisnis yg melibatkan hati Larasati. Meski menjalani dengan terpaksa namun dipaks...