Drrt.... Drrt.... Gawai Laras bergetar, bukan nada pesannya Atta, dilihat nanti saja deh, tanggung nih nyelesain materi buat minggu depan, pov Laras.
Drrt... Drrrt... Bunyi yang sama, Hoii pengantin baru, datang ke pameranku ya minggu depan, kangen kamu....
Laras tersenyum memandang layar gawainya, pesan dari Rara, meski teman dekat sejak SMP tapi sejak menikah laras hanya sempat berkomunikasi lewat hp, pertemuan terakhir saat akad nikahnya dengan atta 1 bulan yang lalu.
Laras memberesi berkas saat terdengar bel electronik yang menandakan jam pelajaran terakhir sekolah berakhir. Saat nya minta ijin Atta karena minta ijin untuk keluar rumah pada suami itu hukumnya wajib.
Sudah hampir isya saat derum mobil suaminya masuk ke garasi, Laras menutup Quran tafsir yang ia bacakan untuk oma hari ini.
Sebenarnya bisa sekalian diselesaikan hingga isya, tapi melihat raut suaminya yang lelah saat masuk rumah membuatnya mau tak mau menyudahinya lebih cepat.
Mencium tangan Atta yang diikuti dengan senyuman lebar oma, membuat Laras bergegas menyiapkan teh panas tawar kesukaan Atta.
" Tumben pulangnya malam ta, " tanya oma.
" njjih oma. Ini tadi kebetulan sore ada perwakilan dari cabang surabaya yang datang ke kantor, banyak yang harus dibahas jadinya pulang telat, " jawab Atta sambil mencium sayang pipi oma.
" ooo, tapi dah sholat maghrib khan?" Tanya Laras ikutan nimbrung sambil membawa teh panas utk Atta.
Jangan bertanya tentang harinya, tunggu hingga ia selesai mandi dan minum dulu, bisik hati laras.
" sudah tadi dikantor, aku mandi dulu ya trus kita sholat isya jamaah. "
Dan malam itu, Laras tidak menanyakan apapun kepada Atta. Bukan hanya karena posisinya sebagai istri dalam tanda kutip, namun lebih pada sepertinya Atta memang tidak ingin berbagi dengannya.
Dua hari sebelum pameran fotonya Rara, undangan resminya tiba hari ini, dan Laras bahkan lupa kalau belum minta ijin suaminya.
"Ta, ingat rara nggak? Dia bikin acara pameran foto hari jumat besok, aku boleh datang khan? " tanya laras sambil menyisir rambut.
" Rara temenmu SMP itu ya,___& boleh ras, tapi besok pagi aku ada rencana mo ke Jakarta naik garuda jam 8. "
" ooh, pulang kapan? "
" ada masalah yang harus diselesaikan, aku tidak bisa memastikan berapa hari, semoga secepatnya bisa pulang. Minta antar pak rahmat aja ras, takutnya kalau sampai malam acaranya. "
Pagi harinya entah kenapa Laras berat sekali melepas kepergian Atta.
Ah, jaga suamiku yaa Allah, doa laras saat mobil Atta beranjak keluar dari halaman.
Acara pameran Rara diadakan disebuah gedung dekat kampusnya, meski berkolaborasi dengan temannya, namun karya fotografi Rara terlihat lebih banyak, lama tak bertemu Rara, sebenarnya banyak yang ingin Laras bicarakan namun sepertinya malam ini rara menjadi bintang dengan banyaknya yang antusias dengan karyanya.
Saat pukul sembilan malam dengan berat hati akhirnya Laras pamitan, dan saat di parkiran entah mengapa tiba tiba pandangan laras berkunang kunang. Menyandarkan dirinya pada badan mobil sebelum akhirnya masuk kedalam mobil dan menstarternya, laras cukup lama saat memindahkan tuas perseneling dari N ke L1.
Setelah minum air putih dan merasa agak baikan barulah pelan pelan laras mengeluarkan CRV nya melintasi jalan parangtritis yang padat menuju kerumah.
Pendar lampu jalanan di sepanjang Ringroad selatan cukup terang menerangi malam itu dan Laras baru berpikir apa yang menyebabkan matanya berkunang kunang barusan saat tiba tiba di lingkar yang agak menukik di sekitaran carfix ada sebuah motor melawan arus kemudian memotong jalan untuk putar balik, Laras tidak bisa mengendalikan mobilnya. Laras sempat membanting stir ke kiri, namun laju kendaraan yang cukup kencang tidak memungkinkan untuk menghindari terjadinya benturan, setelah zigzag akhirnya mobil itu terhenti oleh pembatas jalanan, kepalanya membal terantuk airbag yang mengembang dan setelah itu tidak ada yang Laras ingat.
Laras hanya melihat kegelapan, tubuhnya terasa lemah, tidak bisa membuka mata dan samar samar Laras mendengar suara kerumunan orang sebelum akhirnya mendengar sirine ambulan.
Atta baru saja menghempaskan tubuh ketempat tidur hotel saat ponselnya berbunyi nyaring, ada suara oma bercampur dengan tangis yang mengabarkan kalau Laras kecelakaan di Ringroad selatan.
Laras kecelakaan.... Laras kecelakaan....
Atta termangu sesaat, seperti mencoba berita yang baru saja dia terima. Bagaimana mungkin? Pasti Laras ngeyel tidak mau disopiri pak rahmat, ah... Istri ku yang terlalu mandiri....
Setelah sepersekian detik terdiam, Atta segera menelpon aspri nya agar dipesankan penerbangan secepatnya yang bisa membawanya pulang ke rumah.
Atta serasa melayang saat pesawat mulai landing di Adi sucipto, untungnya pagi itu masih lengang sehingga taksi yang membawanya ke rumah sakit dapat tiba dengan lebih cepat.
Atta berlari saat mencari informasi dimana Laras dirawat, dan istrinya masih berada diruang isolasi belum dapat dijenguk, Namun Atta tetap berlari menuju ruang isolasi didepan kaca ruang isolasi Atta bertemu dengan papanya Laras.
" Assalamualaikum papa, bagaimana keadaan Laras? " sapa Atta sambil mencium punggung tangan mertuanya itu.
" waalaikumusalam Atta, kau ingin kabar baiknya dulu atau kabar buruknya? " jawab papa dengan teduh, mereka berdua dalam kondisi mengkhawatirkan orang yang mereka sayangi.
Atta menatap nanar kepada ayah mertuanya tanpa bisa berkata kata.
" Kabar buruknya tekanan darah Laras sangat rendah, meski hanya luka memar yang ada di dahi dan alhamdulillah semua organ vital Laras kondisinya sehat, namun saat ini Laras koma," ayah mertuanya mengambil nafas panjang.
" Dokter belum bisa memperkirakan kapan Laras akan sadar, semua masih akan terus di observasi selama 24 jam ini "
" Kabar baiknya, kau akan jadi Ayah.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Membeli Pengantin
RomanceLarasati hapsari harus menyelamatkan ayahnya dari gugatan perdata yg akan berakhir pidana, meski dengan mengorbankan hatinya karena Atta Handoko menghendaki perjanjian bisnis yg melibatkan hati Larasati. Meski menjalani dengan terpaksa namun dipaks...