Kaki-kaki Wahyu dan Dian yang mengarah ke utara kembali melemah. Modal mereka hanya tulisan pada anak panah yang patah. Baterai kedua telpon mereka sudah memerah.
"This girl is killling us slowly," gumam Dian ketika kakinya sempat tersandung sedikit karena tak kuat lagi menopang tubuhnya.
"Funny thing is.. we let her do that since the very beginning," Wahyu tertawa kecil. Ia membantu Dian bangkit.
"Ini klise tapi.. apa yang buat kamu pilih Kinar?"
Wahyu tersenyum menunduk. "Dia cantik, pintar, baik. Lebih tepatnya, saya gak punya alasan untuk gak memilih."
Sembari berjalan, Ia melirik Dian sebentar. "Ini klise tapi... kamu sendiri apa alasannya?"
"Ya... Kurang lebih sama. She's... amazing."
"Wow..."
"Eh, kenapa? Aneh ya saya bilang gitu?"
"Enggak. Saya jadi inget kata temen saya gara-gara kamu bilang gitu."
"Apa tuh?"
"When you can't tell the exact reason of what you feel about someone, you're actually on the highest place."
"Oh... Pfft! Cheesy!"
"Tapi mungkin ini yang Kinar tanya. Dia tanya kadar," Wahyu tersenyum patah, "Dan sepertinya jelas kadar siapa yang paling tinggi."
Dian diam saja. Agak aneh rasanya kalau ini dianggap kompetisi sampai-sampai rela mengubur Pak Ridwan beserta segala barang bukti demi menutup jejak Kinar, tapi entah kenapa ia juga jadi kembali teringat kata-kata Kinar tentang bunga lily dan Februari 2018. Sejujurnya ia rasa masih ada yang mengganjal untuk mengaku punya kadar paling tinggi.
Tak terasa di depan mereka pepohonan semakin memberi celah yang lama-kelamaan menunjukkan danau besar terbentang.
Di depan mereka ada sebuah batu besar di tepi rawa dengan ukiran berbentuk panah ke arah bawah. Wahyu kemudian mengangkat batu tersebut. Terdapat amplop abu-abu yang dilapisi plastik seperti sebelumnya untuk melindungi dari air dan jamur.
Wahyu membuka :
Untuk Dian,
Mungkin kamu pikir kamu ada di tempat tertinggi, tapi coba tengok dulu ke bawah.
Lihat di mana letakmu.
Apa yang saya mau pada Februari 2018?
Menyelam. Pilih kotak hitam atau putih.
-Kinar
"Oke..." kata Wahyu kehabisan kata-kata membacanya. "Ini maksudnya nyelem ke danau?..."
Dian tak menggubris, ia lekas melepas sepatu, membuka jaketnya, dan menitipkan handphone-nya.
"Hm... ini mau gantian atau..."
BYUR! Dian terlanjur menyelam lebih dulu.
Sinar oranye matahari untungnya masih ada, sehingga masih menusuk di bawah permukaan danau. Ikan-Ikan kecil berkeliaran, lumpur di dasar menyerbak terkena kaki Dian, dan semua terasa melambat.
Dian menemukan kotak hitam dan putih yang bersebelahan di tengah, letak keduanya tak jauh dari tempat awal Dian menyelam.
Dian mendekatinya. Ia sentuh hati-hati kedua kotaknya, tak ada yang mencurigakan, permukaannya mulus. Ia lalu angkat satu per satu, memeriksa hal lain di sekitarnya, pun tidak ada apapun, hanya dua kotak hitam dan putih yang tertutup rapat. Bedanya, kotak putih bertuliskan Portland dan yang hitam bertuliskan Lily.
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Hari Setelah Kinar
Short StorySetelah Kinar wafat, Dian dan Wahyu mendapatkan surat-surat dari Kinar yang menanyakan tentang kadar rasa, jumlah hari, label, identitas, dan dominasi semasa hidupnya. -- this story is also available on Storial.co under the username called : dudukb...