2015
Wahyu pulang sampai larut itu biasa.
Semenjak kanker rahim stadium lanjut yang menyerang Kinar , ia memutuskan berhenti bekerja di kantor dan bekerja freelance rumah— toh, pikirnya menjadi graphic designer secara online tetap akan dapat banyak permintaan job.
Karena itu, sehari-hari ia jadi pembuka pintu untuk suaminya pulang.Biasanya Wahyu pulang kurang lebih jam 10 malam. Sebelum Wahyu datang, Kinar sudah bersiap memanaskan masakan tadi pagi, kalau tidak sempat ia akan memesan makan dari luar beberapa jam sebelumnya.
Kinar juga mengganti pakaian bersih bila baju yang dikenakan terkena bumbu saat memasak atau debu-debu jalanan waktu ia ada keperluan keluar.
Pokoknya harus tampil sesempurna mungkin.Jam sudah menunjukkan pukul 11lewat 40 menit.
Wahyu masih belum pulang. Kinar mulai bertanya-tanya dalam hati : kenapa dia telat?
Meski begitu, keterlambatan Wahyu menjadi kesempatan untuknya untuk memeriksa kembali apa yang dibutuhkan suaminya, apa yang terlihat kurang pantas, dan segala sesuatu yang terlupa.
Kinar memeriksa kembali gaun kuning yang hari itu dikenakannya, menyicip lagi masakannya, memeriksa kembali debu-debu ditepi meja yang tersisa dengan jarinya.*bip bip!
Satu pesan Wahyu muncul di handphone Kinar :
"Syg hari ini aku pulang malem bgt. Aku udh makan diluar. Km tidur duluan aja, aku bawa kunci satu lg ko."Kinar mendengus. Apa boleh buat pikirnya.
Ia lalu mengambil jaket tuk keluar. Pikirnya ia mau iseng-iseng tuk beli cemilan atau rokok di minimarket terdekat.
Kebetulan malam itu suhunya juga enak sekali untuk jalan-jalan sebentar.Sesampai di minimarket, ia membeli satu buah kaleng soda dan rokok. Sebenarnya dokter sudah melarangnya keras tuk membeli dua barang itu, tapi baru kali ini Kinar curi kesempatan.
Ia menyalakan rokoknya di dalam mobil sembari sesekali minumannya. Kacanya dibuka supaya asap rokoknya memungkinkan tak menempel di jok mobil. Lagu berjudul Movie oleh Tom Misch pun turut menemani dari radio.
*bip bip!
Pesan dari Wahyu lagi :
"Syg aku mungkin ga pulang. Ada meeting malem bgt. Takut nyetirnya ngantuk."Kinar membalas :
"Trs km tidur dmn? Aku jemput aja ya. Mobil tinggal di kantor aja"Wahyu :
"Hotel mungkin. Ato aku minta OB biar ruanganku ga dimatiin, biar bisa tidur disitu."Kinar :
"Aku susul aja ya. Kabarin jd nya dimana"Wahyu :
"Ga perlu. Km di rumah aja"Kinar mengernyit. Biasanya Wahyu jelas sekali kalau menjelaskan. Dia akan menjabarkan kapan dan di mana posisinya, apa kegiatannya, kenapa sampai larut. Tapi mungkin dia sedang super sibuk sampai sulit menjelaskan.
Jam 12:20. Kinar lalu menyalakan mesin mobilnya dan beranjak dari parkiran menuju rumah.
Sebelum masuk rumah, ia pun membuang puntung rokok dan kaleng soda kosong di pintu gapura komplek. Begitu masuk, ia menyimpan kotak rokoknya di dalam jaketnya kemudian buru-buru menyemprotkan parfum ke badan.1:30
*bip bip!
Wahyu :
"Syg"
"Sisk"
"Asdsjh"Kinar terbangun melihat nama Wahyu di handphonenya.
Kinar :
"Kenapa?"
"Km kalo ngantuk tidur dulu gih. Jadinya nginep dimana?"Wahyu :
"Aksnsh"
"837a"
"Kin"
"P"
"P"
"Ak d dpn"Kinar langsung mengedip-ngedip berusaha membelalakan matanya. Ia baru sadar kalau ia tertidur di sofa sehabis menghilangkan jejak-jejak asap rokok.
Kemudian, ia buru-buru ke ruang tamu da membuka pintu rumah.Wahyu tersenyum begitu melihat Kinar, tapi senyumnya aneh sekali. Matanya tampak loyo dan memerah. Bajunya bau rokok bercampur alkohol. Dasinya terlihat sedikit renggang. Meski begitu ia tetap terlihat tegap dan tampak masih sadar betul.
"Kamu belum tidur?" Ucapannya Wahyu jelas sekali.
"Kamu bilang kamu meeting."
"Emang iya, kok."
"Berapa banyak?"
"Eh, apa sih kamuuu..." Wahyu senyam-senyum mencubit centil pinggang Kinar. "Aku gak minum koook..."
Alis Kinar menekuk. Ia segera menghindar begitu Wahyu mencoba memeluknya.
"Iya, iya... cuma..3.. eh apa 5 ya? Shots?.. eh apa ya?...hehe..."
Kinar makin merengut. "Yaudah cepet naik. Ganti baju." Ucapnya jutek.
"Iya iya..." Wahyu cengengesan. "Kamu baru ganti baju? Hehehe.."
Kinar menengok.
"Iyaa... tadi... kan kamu pake dress biru." Wahyu mendekat lagi. Nada bicaranya merayu, diikuti gerik jemarinya yang menjalar di kepala dan pinggang.
Kinar sedikit mendorong tuk menghindar. "Wahyu, cepetan ganti baju."
Wahyu tersenyum-senyum lalu mengecup-ngecup belakang telinga Kinar.
"You look.... gorgeous... Siska."
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Hari Setelah Kinar
Short StorySetelah Kinar wafat, Dian dan Wahyu mendapatkan surat-surat dari Kinar yang menanyakan tentang kadar rasa, jumlah hari, label, identitas, dan dominasi semasa hidupnya. -- this story is also available on Storial.co under the username called : dudukb...