*10 bulan lalu*
Sabtu malam. Kinar dan Wahyu yang biasa disesaki kesibukan masing-masing akhirnya bisa menyempatkan waktu berdua, meski hanya di ruang tengah, meski hanya menonton acara renovasi rumah sembari siap manyantap baked rice tuna yang baru saja diantar ojek online.
Jarang-jarang bisa seperti ini. Karena biasanya Wahyu selama 8 jam di kantor, belum lagi kalau ada meeting, dan seringkali ia dinas ke luar kota berhari-hari.
Kinar pun sama, meskipun sudah didiagnosa kanker rahim stadium lanjut, ia tetap bersihkeras menjalani hari-hari di kantor seperti biasa, bahkan di rumah pun masih rela bergadang demi pekerjaannya.
"Makan, makan!" seru Wahyu membuka tutup plastik makanannya.
"Yeaaay!!!" Kinar ikut berseru girang. Perutnya sudah lapar dari sejam lalu.
"Hehe.. Anak gendut kalau ada makanan pasti heboh sendiri."
"Eh, siapa yang gendut?!" Kinar mengernyit-ngernyit kesal sembari mengunyah suapan pertamanya. "Itu yang pesen chicken wings kan kamu!"
Wahyu sengaja. Ngambeknya Kinar bikin Wahyu tambah senyam-senyum.
Saat itu di tv sedang ada acara renovasi rumah kecil di tengah hutan. Tiny house, istilah umumnya yang biasa di majalah. Biasanya memang dibuat untuk pasangan muda dan etaknya jauh dari hiruk-pikuk kota.
"Bikin kayak gitu, yuk!" ujar Wahyu menunjuk layar tv.
Kinar melongo, "Sempit, ah!"
"Oh, iya.. kamu kan gembrot."
"HEH!"
"Hehehe.. tapi serius aku. Bikin yuk. Yaa.. gak sekecil itu juga. Kita bikin ada dapurnya, ada ruang tengahnya. Kan asyik, Kin! Buat kita liburan gitu."
Kinar tampak tersenyum kecil padakelakuan gegap gempita si laki-lakinya. "Terimakasih, Yu. Aku udah dapet waktu dari kamu aja udah seneng, kok." Ia menggosok-gosok bahu Wahyu perlahan-lahan.
Wahyu balas tersenyum, "You deserve more."
"Hihi.. Udah, ah! Makananku keburu dingin nih!"
__________________________________________
Langit makin tampak hitamnya. Sebelumnya, Dian dan Wahyu menyempatkan beristirahat dan memakan ikan hasil tangkapan di danau sebelum kembali menyusuri arah utara yang entah di mana ujungnya.
Satu jam kemudian, mereka kembali memasuki hutan. Keduanya tak banyak bicara semenjak surat terakhir, terlebih karena surat itu juga yang buat mereka banyak buka kartu.
"Semoga ini utara yang terakhir," ucap Wahyu.
"Kamu udah cape?"
Wahyu menengok bingung.
"Eh, enggak.. maksudnya kita bisa istirahat dulu kalau mau."
"Oh... Justru jangan sih. Keburu makin malem. Hape kita kan batrenya tinggal dikit, gak bisa lama-lama buat jadi senter."
Dian mengangguk setuju.
Hanya sekitar 100 m dari danau, surat baru sudah ada di depan mata, tergantung pada dahan pohon. Seperti sebelumnya, surat itu terbungkus plastik yang tertutup rapat. Bedanya, kali ini ada dua buah senter di dalamnya.
"Hm..." gumam Wahyu begitu melihat senter yang membuatnya ingin menelan ucapannya soal malam.
Suratnya pun dibuka :
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Hari Setelah Kinar
Short StorySetelah Kinar wafat, Dian dan Wahyu mendapatkan surat-surat dari Kinar yang menanyakan tentang kadar rasa, jumlah hari, label, identitas, dan dominasi semasa hidupnya. -- this story is also available on Storial.co under the username called : dudukb...