Minus

41 1 0
                                    


Jl. Cemara 11


Sebuah rumah kosong di antara himpitan gedung yang sudah lama tak berpenguni. Tidak ada siapapun di pinggir jalan kecuali Wahyu dan beberapa pejalan kaki.

Tak lama, Dian datang dan memarkir mobilnya.

"Udah lama?" Dian keluar membawa tumbler isi kopi hitam.

"Enggak kok."

Dian menunjuk rumah kosong itu. "Ini punya kalian?"

"Bukan," Wahyu menggeleng, "Saya juga baru ke sini ."

Mereka pun membuka pagar besi di depan yang tidak dikunci dan tidak dirantai. Mendekati pintu terdapat angka "2" yang ditulis besar dengan pylox warna abu. Pintunya dikunci, namun ada sebuah amplop abu-abu terselip di bawah pintu yang telah kotor karena debu halaman.

'KUNCI' tulisannya. Wahyu pun membuka dan di dalamnya ada kunci yang kemudian ia pakai tuk membuka pintu.

Pintu terbuka.

Kosong. Rumah itu tidak ada lagi perabot sama sekali, cuma ramai dengan debu dan sarang laba-laba.

"Kita cari amplop lagi?" tanya Wahyu celingak-celinguk.

"Gimana kalau saya cari ke sana, kamu cari di sekitar sini."

"Oke."

Dian membongkar tumpukan plafon-plafon yang runtuh di ruang tengah hingga dapur. Tidak ada amplop maupun petunjuk lainnya.

"Diaaan! Ada amplop nih!" seru Wahyu.

Dian langsung buru2 melongo ke ruang tengah.

"Nemu sesuatu?"

Wahyu melambai-lambai kan amplop abu ditangannya.

Dian pun mendekat tuk membaca surat itu bersama sama


Untuk, Wahyu

Apa yang saya kenakan pada 25 Mei 2015?

Pilih tuas hitam atau putih dibalik lukisan.

-Kinar


Wahyu membuka lukisan di dinding. Ada dua buah tuas seperti yg dituliskan pada surat. Yg putih ada tulisan "Gaun biru" dan yg hitam "gaun kuning"

"Ada apa ditanggal itu?"

Wahyu tersenyum senyum, tanpa kata sudah menjawab Dian.

Tanpa ragu Wahyu pun menekan tuas berwarna putih.


"KRAK!"

Tiba-tiba  sebuah parket kayu pada lantai terangkat sedikit kemudian disusul gebrakan kuat dari tali yang terkait pada dinding dan langit-langit yang tersembunyi dari karpet dan chandelier. Dengan cepat dinding di depan tempat Wahyu dan Dian menemukan surat pun terbuka dan sebuah kepala senapan muncul lalu menembak secara otomatis

"DAR!"

"Awas!" Wahyu mendorong Dian sampai keduanya tersungkur.

Dinding kayu disebrang jadi bolong. Sampah Peluru jatuh dengan bunyi kelontang. Asap keluar dari senapan.

Sembari masih terengah-engah keduanya memperhatikan kembali peluru yang tadi melesat bukan karena salah lihat.


5 Hari Setelah KinarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang