Barang Yang Hilang

452 119 14
                                    

-

Dongpyo mengamati Eunsang yang dari tadi memperhatikan dirinya dengan seksama.

"Dari tadi ngeliatin aku mulu, ada yang aneh di wajahku?'

"Tidak," jawab Eunsang, "Aku lagi nungguin kamu senyum."

Dongpyo tersenyum kecil tanpa ia sadari,

"Manis banget." --Eunsang ikut tersenyum, wajahnya ia topang dengan tangan yang bertumpu di atas meja.

"Eh-" Dongpyo mulai salah tingkah, "O-oh, makasih..." pipinya merona karena dipuji.

Keduanya sedang bolos bersama di kantin.

Eunsang seringkali menemukan Dongpyo bolos, biasanya pada hari Rabu. Kebetulan ini hari Rabu dan Dongpyo juga bolos sesuai perkiraan Eunsang.

Dongpyo lalu lanjut memakan bekalnya,

"Kenapa kau tidak makan ketika istirahat?"

Dongpyo kembali mengalihkan pandangannya pada Eunsang, "Jam istirahat biasanya kupakai untuk mengerjakan tugas, aku hampir tak sempat makan siang," jawabnya.

"Memangnya jadwal pelajaranmu hari ini apa?"

"Sebelum istirahat ada pelajaran sejarah, tugas yang diberikan beliau selalu banyak dan tidak ada habisnya, tidak pernah dijadikan tugas rumah, harus dikumpulkan hari itu juga. Setelah istirahat, ada pelajaran bahasa, gurunya tak pernah masuk dan tak pernah peduli, jadi aku pergi ke kantin."

"Kenapa tidak makan di kelas?"

Dongpyo menaruh satu potong telur dadar di mulutnya, mengunyah, lalu ia titipkan telur dadar yang sudah dikunyah tadi di pipi kirinya sehingga terlihat lebih gembung dari pada pipi kanannya,

"Kalau di kelas, anak-anak lain pasti pada minta. Lalu tidak akan tersisa untukku sendiri," jawabnya, lalu ia lanjut mengunyah dan menelan telur dadar yang ia titipkan di pipi kiri tadi.

Eunsang mengangguk mengerti.

Setelah satu dua suap, Dongpyo membuka obrolan lagi, "Eunsang, aku boleh bertanya?"

"Mau nanya apa, pyo?"

"Sebelumnya aku pernah lihat kamu dari ruang klub." --Dongpyo diam sejenak untuk mengatur kata,

"Terus aku liat kamunya sering banget mondar-mandir di lingkungan sekolah gitu, kayak nyari barang hilang. Tapi akhir-akhir ini gak nyari lagi, apa udah ketemu?"

Eunsang melipat kedua tangannya di atas meja, menimbun wajahnya di sela lipatan, kemudian wajahnya terangkat sedikit. Dagunya masih terbenam tapi matanya fokus tertuju pada Dongpyo di depan,

"Hehe, kamu liat ya?" Eunsang terkekeh kecil.

Dongpyo manggut-manggut.

"Aku lagi nyari sesuatu, iya, sesuatu yang berharga banget."

"Oh gitu, jadi udah ketemu?"

"Nggak."

Dongpyo mengerutkan dahi tidak mengerti, "Kenapa tidak lanjut mencari?"

"Soalnya aku udah dapat pengganti yang lebih berharga nilainya."

Dongpyo semakin bingung, ia mengangkat sebelah alisnya, mulut tak jadi menangkap suapan telur dadar kedua, "Hah? Emang kamu nyari apaan?"

"Aku nyari jodoh."

"..."

"Terus nggak jadi nyari lagi, soalnya aku ketemu kamu."

Dongpyo beku.

Hah apa, ngomong apa dia, ini tadi kita ngomongin apaan sih, bentar aku gak paham, aku gak ngerti.

"Kamu nyari jodoh tapi gak jadi karena ketemu aku?"

Eunsang ngangguk.

"Jadi aku apa?"

"Pasangan hidup yang ditakdirkan buat aku," jawab Eunsang enteng.

Tapi tidak enteng bagi Dongpyo untuk menerima situasi tidak terduga ini.

Eh ini Eunsang lagi becanda, gombal, atau nyatain perasaan ke aku, sih?

-
Tbc

ʟιĸᴇ ᴀ ғʟᴏᴡᴇʀ, нᴇ ᴡιтнᴇʀᴇᴅ | ᴇυɴᴘʏᴏTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang