-
Dongpyo menapakkan kakinya di atas lantai marble berwarna cream. Tatapan mata mengelilingi lingkungan sekitarnya.
Rumah Eunsang.
Iya, Dongpyo menginap di rumah Eunsang hari ini. Kebetulan esoknya tanggal merah dan Eunsang mengajaknya untuk menginap, ia kesepian di rumah, begitu alasan Eunsang mengundang Dongpyo ke rumahnya.
Rumahnya Eunsang cukup luas, setidaknya lebih luas dari rumah Dongpyo yang minimalis. Sepertinya Eunsang berasal dari keluarga yang berada.
Tiba-tiba Dongpyo teringat kejadian tadi di sekolah. Ketika Dongpyo menyatakan rasa takutnya ketika dicintai dan bagaimana Eunsang mencoba untuk membujuk serta meminta kesempatan untuk membuktikan bahwa cinta miliknya tidak akan memberikan rasa penyesalan dan sakit.
Lalu Dongpyo menyentuh bibirnya yang kecil, mengingat lagi bahwa kecupan pertamanya telah diambil Eunsang. Bagaimana napas mereka bersatu, manik mata yang saling bertatapan dan dilanjutkan lagi dengan ciuman yang lebih dalam dan panjang, membuat keduanya terangah-engah. Eunsang yang kemudian mencuri kecup di tengkuknya dan-
"Sampai kapan kamu mau melamun disitu?" pertanyaan Eunsang menyadarkan Dongpyo untuk kembali ke kenyataan.
"Ah-- iya... Permisi..." Dongpyo akhirnya mengambil langkah kecil untuk mendekati tempat Eunsang berdiri.
Eunsang tersenyum miring begitu melihat pipi serta telinga Dongpyo yang merona merah, "Kau mengingat kejadian tadi?" tanyanya.
Mendengarnya, Dongpyo termundur dan langsung menunduk malu, mengundang tawa kecil dari Eunsang.
"Ayo ke kamarku."
• 🌼 •
Eunsang duduk di sofa ruang tengah, melamun sambil memikirkan Dongpyo yang sedang mandi di kamar mandinya. Tangan Eunsang sibuk mengorek-ngorek isi kotak yang merupakan tempatnya menyimpan CD film.
Tangan Eunsang terhenti ketika mendengar suara pintu kamar mandi dibuka dan suara air shower yang berhenti.
Dongpyo sudah selesai mandi, ya?
Ia bertanya pada dirinya sendiri, matanya teralihkan pada pintu kamarnya yang masih tertutup. Mengantisipasi Dongpyo keluar dari situ.
Kemudian terbayang aroma tubuh Dongpyo yang berubah menjadi harum sabun yang biasa ia pakai. Eunsang, kendalikan dirimu.
Pintu kamar Eunsang terbuka, Dongpyo menyempilkan kepalanya dari sela-sela pintu,
"Eunsang... Aku pakai baju di lemarimu boleh, ya? Aku nggak bawa baju ganti.."
Eunsang bisa melihat rambut Dongpyo yang sedikit basah, ah, dia keramas pakai shampoo ku ya?
"Boleh," sahut Eunsang yang diikuti anggukannya. Pintu kamar pun ditutup lagi oleh Dongpyo.
Eunsang kembali mengorek-ngorek isi kotak yang bertengger di pahanya. Tiba-tiba ia terhenti lagi,
Bajuku agak kebesaran ngga sih buat dia?
Eunsang kemudian berfantasi ria. Ia menampar wajahnya sendiri untuk menyadarkan pikiran dan kini diam melamun, mempertanyakan kewarasannya.
Bayang-bayang Dongpyo memakai bajunya yang notabane lebih longgar dan besar kembali menggentayangi, ia kembali terlarut dalam fantasinya. Lalu menampar wajahnya lagi, begitu terus sampai Dongpyo membuka pintu kamar dan mengambil penuh perhatian Eunsang.
"Kenapa wajahmu sedikit memar?" tanya Dongpyo bingung dengan handuk di pelukannya.
Eunsang kembali melamun melihat pakaiannya kini terpakai oleh Dongpyo, astaga dugaanku benar, kenapa dia manis sekali?
Masih memeluk handuknya, Dongpyo berjalan menghampiri Eunsang, "Aku pinjam bajumu ya, sang. Agak kebesaran tapi muat aja kok." --lalu handuknya ia taruh di pegangan sofa untuk sementara.
Eunsang menyingkirkan kotak berisi CD film itu, ia sudah kembali pada kesadarannya meski masih terngiang-ngiang akan fantasi tidak baiknya,
"Duduk sini," ucap Eunsang seraya menepuk-nepuk pahanya.
Dengan malu-malu sambil menutupi wajahnya dengan tangannya, Dongpyo duduk di paha Eunsang, posisinya membelakangi.
Dongpyo bisa merasakan tangan Eunsang kini melingkar, memeluknya dari belakang diikuti dengan tengkuknya menjadi tempat kepala Eunsang terbenam.
Hembusan napas Eunsang membuat Dongpyo merasa geli, "Jangan hembus napas keras-keras!" seru Dongpyo.
Eunsang lalu mengangkat kepalanya, menoleh untuk mendapatkan pandangan sekilas wajah kekasih menggemaskannya.
"Pyo," panggil Eunsang.
Dongpyo lalu menoleh sedikit, "Iyaa?"
"Temani aku ke dokter, mau check up."
Dongpyo panik, "Eh kenapa? Kamu ga enak badan?"
"Kayaknya aku diabetes, kamu manis banget."
-
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
ʟιĸᴇ ᴀ ғʟᴏᴡᴇʀ, нᴇ ᴡιтнᴇʀᴇᴅ | ᴇυɴᴘʏᴏ
FanfictionIbarat bunga, jika aku boleh mendeskripsikan dirinya. --- Tidak ada plot Hanya filosofi dan harum musim semi --- Status : research (done) , mereka (ongoing)