🌼☀️🌼
Dengan tangan yang bergandengan, aku dan Eunsang turun dari bis.
Destinasi kita bukan sekolah, kita turun di kota kecil yang sepi. Menyebut lokasi ini sebagai kota sepertinya tidak begitu tepat sebab disini benar-benar sepi.
Eunsang memimpin destinasi kita selanjutnya, ia menuntunku, masih dengan tangannya yang menggandeng tanganku.
"Siswa teladan sepertimu bisa bolos juga, ya?" ujarku, melontarkan pertanyaan untuk memecah hening.
"Jangan bicara seolah ini pertama kalinya aku membolos," sahutnya sambil sesekali melihat sekeliling, "Aku punya jadwal bolos, yaitu hari Rabu. Rutinitas baruku."
Aku tertawa kecil, "Kebetulan ini hari Rabu juga."
Sawah-sawah mulai tidak terlihat, berganti dengan pemandangan toko atau warung-warung kecil yang mulai mengisi warna abu-abu dan hijau kota.
Ada toko khusus menjual permen, banyak jenis permen yang tidak pernah kulihat. Lalu ada toko mainan yang sangat menarik, setelah itu juga lewat toko peralatan dapur yang sederhana.
Seiring perjalanan, sisi jalan yang tadinya hanya penuh batu dan lumut, mulai muncul bunga-bunga liar yang kecil tumbuh di celah retakan jalan.
Keheningan mulai pecah seiring terdengarnya suara sahutan burung-burung kecil yang terbang melewati kami, mereka terdengar seolah membicarakan aku dan Eunsang,
"Burungnya bilang kalau laki-laki di sebelah yang berambut merah itu menggemaskan," ujarku kembali membuka obrolan.
"Ha-" Eunsang tak jadi tertawa begitu aku melemparkan pandangan tak senang. Eunsang mengamatiku sebentar, kemudian ia membalas,
"Burung di sebelahnya bilang kalau di sebelah lelaki yang menggemaskan tadi itu tampan sekali."
Aku mengangkat sebelah ujung bibirku, "Heh."
"Yah, burung-burung itu punya mata yang tajam.
Si tampan dan si menggemaskan, pasangan yang serasi, bukan?" Eunsang mengedipkan matanya sambil menyeringai."Benar, aku menggemaskan dan pacarku memang tampan."
Eunsang menghentikan langkahnya, mencubit hidungku cepat,
"YAK-"
Lalu ia lanjut melangkah, karena tanganku masih bergandengan dengan tangannya, aku sedikit tertarik ke depan,
"Kenapa sih nyubit hidungku tiba-tiba? Nanti aku pesek terus jelek dan kamu gabakal suka aku lagi," celetukku sambil mengembungkan pipi, cemberut, tak suka.
"Orang menggemaskan minta dicubit biasanya, lagipula kau tidak akan pernah jelek. Yang ada semakin imut."
Aku menyahut dengan diam, sudah, aku capek, nanti dicubit lagi. Sudah berapa kali aku dicubit hari ini?
Ekor mataku melirik Eunsang, lalu kembali melihat ke depan.
Sebenarnya, hari ini mood ku benar-benar baik.
Sebab sekarang aku tahu dengan pasti, Eunsang tidak sepenuhnya sempurna. Tepatnya tidak memaksakan dirinya untuk menjadi terlalu sempurna.
Di awal kita mulai mengenal, aku bingung, dia begitu kaku, dia terlihat seperti mereka,
Orang-orang yang mencoba untuk sempurna,
Menurutku orang yang sempurna tidak terkesan hidup, mereka kaku seperti robot atau sistem yang telah di program.
Jika aku bandingkan dengan Yunseong, wajah cengo Yunseong lebih hidup daripada orang-orang sok sempurna ini.
Perbandingan yang aneh tapi jelas untukku, apa kabar klub dance hari ini?
Oh iya, aku benar-benar senang Eunsang tidak mencoba untuk terlalu sempurna, aku senang dia benar-benar membutuhkan eksistensiku.
Mereka, orang-orang sebelumnya, tidak benar-benar membutuhkanku, mereka hanya ingin menambah aksesoris dalam hidup mereka.
Eunsang bilang dia adalah bunga, kan?
Impresiku benar, soalnya ya, Eunsang itu,
Ibarat bunga, jika aku boleh mendeskripsikan dirinya
Ia tak sempurna, kelopaknya ada yang berlubang dan lepas, namun ia tetap menawan di sela-sela kerapuhannya. Bunga adalah impresi yang mengagumkan menurutku,
Sebab, dalam keadaan apapun, mereka seperti seni, hidup mereka hanya penuh estetika,
Selain kelopak berlubang dan lepasan, Eunsang terlihat seperti bunga yang mulai layu di mataku.
Bunga yang ada di ujung tanduk, akan mati dengan menyedihkan jika tidak segera ditolong.
Pernyataan cintanya adalah dugaan terburukku,
Dia punya kesamaan dengan orang-orang sebelum dirinya, dia menginginkan hidup yang sempurna,
Bedanya, dia tidak seratus persen sempurna, Eunsang adalah bunga layu yang membutuhkan eksistensiku, dia butuh harapan untuk hidup.
Kesegaran bunga ini ada di tanganku,
Awalnya aku takut, tapi ketika menyadari sisi itu, aku menerima pernyataan cinta Eunsang.
Aku tidak akan membiarkan Eunsang layu dan mati.
Disitu aku yakin, cinta yang sekarang tumbuh tidak akan sama seperti cinta yang pernah aku lalui sebelumnya,
Sebab Eunsang bukan bunga yang akan merekahkan duri, ia terlalu lembut untuk itu,
Eunsang itu bunga liar yang tumbuh di tempat-tempat tak terduga, dan ia berusaha bertahan hidup seperti itu,
Aku ingin melihat bunga liar ini akan tumbuh menjadi bunga seperti apa, aku tidak ingin melihatnya layu, aku ingin melihatnya hidup,
Untuk itu, aku akan selalu ada untuk Eunsang setiap saat-
Eunsang menghentikan langkahnya, aku yang sedari tadi mengekor ikut berhenti melangkah,
Ia mengetuk pintu rumah kecil yang dihiasi berbagai macam bunga, bahkan di dindingnya ada tanaman merambat yang berbunga juga,
Menurutku, rumah ini cantik.
Pintu kayu berwarna coklat tua itu terbuka, menampilkan sosok wanita yang cantik,
"Halo Ibu."
Kedua manik wanita itu melebar, tentu saja, ia pasti kaget didatangi oleh anak kandungnya secara tiba-tiba.
"Eunsang...dan..?"
"Ah saya-"
"Mentari Eunsang, ya?"
Wanita itu langsung tersenyum, aku ikut tersenyum, "Iya, mentarinya Eunsang yang bernama Son Dongpyo."
Mendengar kalimat yang aku lontarkan, Eunsang mengusak rambutku gemas.
"Ayo masuk," ujarnya lagi dengan ceria.
Eunsang menoleh ke arahku, "Ayo, Dongpyo."
Aku mengangguk saja.
Akhir-akhir ini aku mendapat pengetahuan baru,
Seperti bunga, kita bisa memilih kapan kita akan merekahkan kelopak dan memamerkan mahkota.
Kita memiliki kebebasan untuk memilih untuk menjadi seperti apa dan hidup bagaimana.Seperti mentari, kita merupakan salah satu dari sekian alasan dan harapan untuk bunga-bunga itu bermekaran. Kita mendorong mereka untuk merekah dan membuka diri.
Hari ini, Sang Bunga memasang mahkotanya dengan bangga seraya membawa harum musim semi.
Hari ini, Sang mentari semakin memancarkan sinarnya karena telah menjadi sosok yang lebih baik.
Akhirnya, Mari kita mulai hubungan yang bahagia selamanya ini.
🌼☀️🌼
End

KAMU SEDANG MEMBACA
ʟιĸᴇ ᴀ ғʟᴏᴡᴇʀ, нᴇ ᴡιтнᴇʀᴇᴅ | ᴇυɴᴘʏᴏ
FanfictionIbarat bunga, jika aku boleh mendeskripsikan dirinya. --- Tidak ada plot Hanya filosofi dan harum musim semi --- Status : research (done) , mereka (ongoing)