-
Sebuah sumpit menjempit udang yang sedari tadi diam berbaring di atas bukit putih bernama nasi. Si udang kemudian dibawa masuk ke dalam sebuah tempat seperti goa yang biasa kita sebut sebagai mulut,
"Dongpyo makannya unik, ya?"
Mata Dongpyo lalu memandang ke atas, beralih dari udang di mulutnya, ia menatap Eunsang.
Setelah mengunyah habis udang di mulutnya, ia menjawab Eunsang, "Unik seperti apa maksudnya?" Dongpyo yang cara makannya disebut unik tengah mengernyit bingung.
Eunsang mengarahkan dagu dan menaik-turunkan alisnya untuk menunjuk beberapa udang yang masih tersisa dan berbaring di atas nasi bekal Dongpyo.
"Kamu selalu makan bagian ekornya duluan."
Dongpyo ber-oh ria, ternyata maksudnya cara aku makan.
"Memangnya Eunsang mulai dari bagian atasnya dulu?" tanya Dongpyo sambil menunjuk ke bagian atas udang menggunakan sumpitnya yang kini kosong.
Eunsang mengangguk, kemudian menggapai kaleng sodanya dan minum. Kedua manik Dongpyo memperhatikan Eunsang seksama,
Jemarinya kemudian menjepit sebuah udang dan mengangkat tangan lainnya di bawah udang yang dijepit. Dongpyo menyodorkan suapan udang ke arah Eunsang,
"Bilang aaa..."
Eunsang tersenyum, ia memajukan badan untuk mendekati mulutnya ke arah suapan yang diberi Dongpyo, melahap udang yang digoreng tepung tersebut.
"Terimakasih."
Sekarang jam istirahat, seperti biasa, jadwal Eunsang ketika istirahat adalah mendatangi kelas Dongpyo.
Ia pasti akan duduk di kursi depan meja Dongpyo yaitu kursi milik Minhee yang selalu kosong setiap istirahat. Alasannya karena Minhee pasti pergi ke kelas yang berada di lantai dua yang isinya deretan kelas senior, tepatnya kelas Yunseong.
Hilangnya Minhee setiap istirahat tidak mengurangi rasa kesepian Dongpyo. Karena Eunsang selalu datang menemaninya makan bekal.
Apakah ada yang tahu mereka pacaran? Hanya sebagian orang, yang tidak tahu hanya melihat mereka sebagai teman atau sahabat dekat. Karena, di dunia mereka, pasangan sejenis masih termasuk topik yang sensitif di mata publik.
Eunsang dan Dongpyo juga tidak peduli mengenai hal itu.
Karena menurut mereka, tidak perlu mengumbar, biarkan hubungan seharum musim semi ini menjadi cerita yang dimainkan oleh mereka berdua saja.
Meski hubungan ini akan menjadi bunga matahari di antara sekumpulan bunga mawar, mereka akan tetap bersama, tidak menghiraukan para mawar yang hari demi hari merekahkan duri, bunga matahari akan fokus mengikuti arah cahaya sang mentari.
Sisa setengah bekal Dongpyo berikan pada Eunsang dengan cara menyuapinya secara perlahan. Ia tidak ingin Eunsang sakit perut karena telat makan atau kelaparan, jika kekasih tampannya itu sakit, ia akan sedih dan Dongpyo tidak pernah menyukai rasa sedih.
Tiba-tiba Dongpyo teringat akan sesuatu,
Pekan olahraga sekolah semakin dekat.
Pasti pekan olahraga akan menjadi hari yang melelahkan, apalagi kekasihnya itu sangat mahir di bidang olahraga. Pasti ia akan menjadi andalan kelasnya untuk mengikuti lomba,
Sambil menyuapi suapan terakhir, Dongpyo membuka mulutnya, "Aku bawakan kamu bekal, ya, mulai besok."
Dongpyo tidak akan menunggu pekan olahraga, ia akan membuatkan Eunsang bekal. Motivasinya dikuatkan begitu ia ingat Eunsang tinggal sendiri,
Ya, di rumah sebesar itu, Eunsang tinggal sendiri.
Ia jarang memasak karena tidak sempat, pada hari-hari biasa, kekasih tampannya itu hanya makan satu kali sehari. Kadang tidak makan sama sekali.
Kenapa Eunsang tinggal sendiri? Jawabannya akan diceritakan lain waktu,
"Ah, tidak usah, nanti kamu telat sekolah," ujar Eunsang sambil menyilangkan jarinya, menolak, "Aku sudah terbiasa makan sedikit, kok-"
"Tidak bisa!" pekik Dongpyo sambil memukul pelan meja dengan kedua kepalan tangannya.
Dongpyo menghembuskan napas keras-keras,"Nanti kalau kamu pingsan dan nggak bangun-bangun karena kurang tenaga, gimana?! Nanti kalau kamu nggak bangun-bangun aku bakal nangis dan aku gakmau itu terjadi!" mata Dongpyo mulai berair, "Pokoknya mulai besok dan seterusnya aku bakal masak buat kamu!"
Eunsang diam di tempatnya, merasa bersalah karena membuat Dongpyo hampir menangis.
Dongpyo mengucek mata dengan tujuan untuk menghapus ekor matanya yang mulai berair, "...Hitung-hitung latihan untuk berumah tangga sama kamu nanti..." ucapnya dengan volume suara kecil, tapi cukup keras untuk telinga Eunsang.
Kalimat yang diucapkan Dongpyo seperti gelitikan kupu-kupu di perutnya, Eunsang tersenyum,
"Kamu harus berhenti mengatakan hal seperti itu. Apalagi ketika kita di sekolah seperti ini."
"...Kenapa?"
"Mengatakan hal-hal seperti itu selalu membuatku ingin menciummu."
-
Karena aku butuh asupan, aku update.

KAMU SEDANG MEMBACA
ʟιĸᴇ ᴀ ғʟᴏᴡᴇʀ, нᴇ ᴡιтнᴇʀᴇᴅ | ᴇυɴᴘʏᴏ
FanfictionIbarat bunga, jika aku boleh mendeskripsikan dirinya. --- Tidak ada plot Hanya filosofi dan harum musim semi --- Status : research (done) , mereka (ongoing)