Suara riuh penonton terdengar di aula Universitas Hongik. Jika boleh jujur, Rose tengah merasa gugup karena setelah ini ia yang harus tampil. Jika saja Jennie tidak mendaftarkannya untuk mengisi acara Gladi Resik ini, mungkin sekarang Rose sedang duduk di kursi penonton sambil menikmati acaranya dengan tenang.
"Untuk penampilan selanjutnya, mari kita sambut Rosèanne Park!!"
"Jennie, bagaimana ini? Aku sangat gugup," ucap Rose dengan tangan yang sedikit bergetar.
"Semua akan baik-baik saja percayalah padaku. Aku akan menontonmu di kursi paling depan! Aku juga akan bersorak untukmu," ucap Jennie agak heboh.
Tanpa menghiraukan Rose yang masih berdiri ditempat dengan perasaan gugup yang masih sama, Jennie malah meluncur menuju kursi penonton dan bergabung bersama temannya yang lain. Tak ada pilihan lain. Rasanya tidak etis jika Rose harus membatalkan penampilannya secara tiba-tiba. Tak ada pilihan lain, memang. Setelah menghela nafas panjang untuk menetralisir rasa gugupnya, Rose pun meraih gitar akustik kesayangannya yang akan menemaninya diatas panggung. Dengan rasa percaya diri yang sebetulnya tidak seberapa, ia pun naik keatas panggung.
Suara tepukan tangan menggema di seluruh penjuru aula. Terlebih saat Rose datang dengan gitar akustik yang ada di tangannya. Gadis itu mulai memetik satu per satu senar gitarnya. Para penonton pun berhasil dibuat kagum. Rose memainkan alat musik itu dengan lihai sehingga menghasilkan suara yang menenangkan telinga pendengarnya. Terlebih lagi suara indah nan unik yang dimiliki oleh Rose.
Dia memang gadis multitalenta!
Setelah menyanyikan bait terakhir, semua orang kembali bersorak untuknya. Inilah bagian yang paling Rose sukai, yaitu membuat banyak orang tersenyum. Setelah itu, Rose membungkukkan tubuhnya lalu ia kembali ke backstage.
"Rose kau luar biasa!!" puji seorang gadis dengan rambut hitam pekat.
"Jisoo eonnie, terimakasih banyak atas pujianmu" Rose tersenyum ramah pada gadis yang merupakan senior terdekatnya itu.
"Ya, kau memang pantas mendapat pujian karena penampilan luar biasamu. Kau tahu? Aku tidak pernah menyangka kau memiliki suara seindah itu," lagi-lagi gadis bermarga Kim itu melontarkan pujian.
Memang tidak banyak orang yang tahu akan hal itu. Jika saja Jennie tidak memaksanya untuk tampil, mungkin tidak ada satupun orang yang akan tahu.
"Kumohon, berhentilah memujiku secara berlebihan eonnie," Rose mengemasi gitar akustik itu kedalam tempatnya. "Eonnie sepertinya aku harus pergi. Sepertinya Jennie juga sudah menungguku diluar," setelah mendapat respon berupa anggukan dari sang senior, Rose pun berlari kecil menuju luar aula.
~~
Rose melihat Jennie yang sedang menunggunya di luar aula. Karena ini acara yang dikhususkan untuk para senior, mereka memilih untuk pulang lebih awal. Toh, mereka berdua sudah tidak ada urusan lagi. Untuk apa mereka berlama-lama di kampus selagi mereka bisa menikmati waktu luang dirumah?
"Mungkin lain kali, aku harus memintamu untuk mengajariku bernanyi," usil Jennie.
Rose hanya tersenyum, "Bukankah kau juga memiliki suara yang indah. Aku menyukai suaramu."
"Kau ini. Oh iya, kau akan pulang dengan siapa?" tanya Jennie.
"Sepertinya aku akan pulang naik bis. Kau sendiri?" tanya Rose.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Exist | [Blackpink x Seventeen] END
Romance" Rosèanne Park adalah segalanya bagiku " - Hansol Vernon Chwe