11

1K 104 3
                                    

"Ini.. soal perasaanku, Rose"

Rose menatap Vernon dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Ia mencoba mencerna kalimat tersebut.

"Rose kau tahu bukan kalau aku sangat menyukaimu? Mulai dari kepribadianmu, sifatmu hingga semua tentangmu aku sangat menyukainya" ucap Vernon

Rose terdiam.

"Aku mungkin tidak bisa menyiapkan hadiah romantis seperti Wonwoo. Aku juga tidak bisa menjadi pria puitis seperti Sungcheol. Bahkan aku bukan pria yang bijak dan humoris seperti Mingyu"

"Tapi aku tidak bisa membohongi perasaanku lebih lama lagi, Rose. Aku mencintaimu. Aku ingin kau menjadi kekasihku" Vernon menggenggam tangan Rose.

Rose sedikit terharu dengan perlakuan Vernon saat ini. Bahkan matanya mulai berkaca-kaca. Ia tak mampu melontarkan sepatah katapun.

"I Love You... Roseanne Park.. Will you be mine?" ucap Vernon sekali lagi.

Rose tersenyum. Ia membalas genggaman tangan Vernon. Namun siapa sangka..

Rose justru melepas genggaman tangan itu. Membuat Vernon merasa heran.

"Aku tidak yakin, Vernon" ucap Rose. Gadis itu tersenyum sendu.

"Tapi kenapa Rose?"

"Aku takut jika selalu merepotkanmu. Kau tahu kan? Hubungan sepasang kekasih.. biasanya mereka menjalin hubungan tanpa menghiraukan apapun. Sedangkan aku.." Rose menggantung kalimatnya. "Aku pasti akan lebih sering menyusahkanmu" tuturnya.

"Aku takut, jika kau berpacaran denganku.. aku malah membuatmu berada dalam kesulitan. Dan aku tidak mau itu terjadi" Rose menunduk.

"Bicara apa kau ini Rose? Berhenti mengatakan hal yang tidak-tidak. Lagipula jika kau melibatkan aku dalam setiap masalahmu, aku tidak peduli! Dengar, aku mencintaimu apa adanya" nada bicara Vernon kini melembut.

"Benarkah?" tanya Rose meyakinkan.

Vernon menghela nafas, kemudian tatapannya beralih pada langit yang mulai berubah warna menjadi jingga.

"Kau tahu? Ibuku pernah bilang bahwa mencintai seseorang merupakan sebuah anugrah. Sekarang aku mencintai Rose, mungkin kau adalah anugrah yang Tuhan berikan untukku. Aku tidak peduli semua kekuranganmu. Ibuku juga bilang bahwa mencintai dengan tulus akan membutuhkan sedikit perjuangan dan tenaga. Dan aku akan menggunakan seluruh tenagaku untuk mencintamu" Vernon menatap Rose, lalu tersenyum.

Rose hanya diam. Raut wajahnya kembali sendu.

"Jadi bagaimana? Apakah kau bersedia?" tanya Vernon tak menyerah.

"Apakah aku juga harus mengerahkan seluruh tenagaku untuk mencintaimu?" tanya Rose.

"Itu tidak perlu. Biar aku saja" Vernon tersenyum.

"Tapi itu kan tidak adil!" ucap Rose. Tatapan gadis itu beralih pada pria yang duduk disampingnya. "Vernon, Now Im yours.."

Mendengar jawaban itu, Vernon merasa bahagia. Spontan pria itu meraih tubuh Rose, membawanya kedalam sebuah dekapan hangat. Rose sendiri hanya bisa menangis di pelukan Vernon.

'Kuharap.. kau adalah satu-satunya pria yang tulus mencintaiku, Vernon' - Rose

'Jadilah cinta pertama dan terakhirku' - Vernon

Vernon melepas pelukannya, lalu ia tersenyum tulus pada Rose dengan jarak wajah yang sangat dekat tentunya.

"Lihatlah, jadi begini jika kau tersipu, hmm?" goda Vernon.

"Berhenti menggodaku!" Rose memalingkan wajahnya yang mulai memerah.

"Baiklah baiklah.. sekarang ayo kita pulang" Vernon mengulurkan satu tangannya pada Rose, sambil memasang sebuah senyuman penuh arti di wajahnya.

"Baiklah.."

••••

Pasca putus dari Mingyu, Jennie lebih sering menghabiskan waktu di kamarnya. Seperti bermain game, menonton tv atau membaca novel. Lama kelamaan ia merasa bosan, dan memilih untuk pergi dari ruangan pengap itu.

"Menyebalkan!!" umpat Jennie.

Ia meraih mantelnya, berniat untuk membeli beberapa makanan di minimarket yang terletak tak jauh dari rumahnya.

"Jennie!"

Yang dipanggil pun menoleh. Dan ternyata pria itu adalah Wonwoo. Entah kenapa, setiap Jennie pergi keluar rumah di malam hari pasti ia bertemu dengan Wonwoo. Apakah dia penguntit?

Arghhh.. entahlah, Jennie tidak peduli!

"Hai Wonwoo" sapa Jennie datar.

"Kau.. baik-baik saja kan? Kenapa matamu sembap? Apa kau habis menangis? Siapa yang membuatmu seperti ini?" tanya Wonwoo bertubi-tubi.

"Aku tidak menangis. Aku baru saja bangun tidur jadi wajar saja kalau penampilanku agak berantakan" jawab Jennie asal.

"Benarkah?" Wonwoo memberi tatapan heran pada Jennie.

Jennie mengangguk. Gadis itu menoleh pada Wonwoo yang sedang menatap langit malam. Ia juga berpikir, apakah ia harus menerima cinta Wonwoo? Tentunya Jennie tidak bisa terus tenggelam dalam kesedihan. Wonwoo juga pria yang baik, mungkin tak salah jika harus membuka hati untuknya, pikir gadis itu.

"Wonwoo.."

"Hm"

"Aku tahu.. mungkin suasananya kurang tepat, tapi.." Jennie menggantung kalimatnya.

"Tapi apa?" tanya Wonwoo penasaran.

"Ini soal jawaban.. dari pertanyaanmu waktu itu. Baiklah.. aku mau" Jennie menunduk lalu tersipu.

"Mau? Mau apa?" tanya Wonwoo datar, tanpa beban.

Ingin rasanya Jennie menampar pria bermarga Jeon itu sekarang juga!

"Yak! Kau ini bodoh atau bagaimana?! Kemarin kau bertanya padaku, apakah aku mau jadi kekasihmu?" ucap Jennie, ia menirukan gaya bicara Wonwoo.

Sedangkan pria itu hanya bisa menahan tawa saat melihat ekspresi Jennie.

"Jawabannya adalah ya. Aku mau menjadi kekasihmu" nada bicaranya berubah menjadi pelan.

"Benarkah? Kalau begitu, sekarang kita adalah sepasang kekasih" ucap Wonwoo, ia kembali menatap langit.

Menyebalkan memang. Kemarin Wonwoo bertingkah begitu romantis hingga membuat Jennie terharu. Tapi sekarang malah sebaliknya. Disisi lain, Jennie juga merasa 'agak' bahagia. Ia berharap semoga Wonwoo bisa membantunya melupakan Mingyu.

"Aku mencintaimu, Jennie" ungkap Wonwoo sambil menatap lekat pada Jennie.

Perlahan wajahnya ia dekatkan, kemudian...

Cupp..

Sesuatu yang hangat dan kenyal itu berhasil menyentuh bibir Jennie. Jujur saja, ini adalah ciuman pertama seorang Jeon Wonwoo.

"This is my first kiss.. aku akan memberikannya pada gadis yang benar benar aku cintai. Dan itu adalah kau, Jennie Kim"








.
.
.

TBC~~

Nulis apa aku inii😧 vomment for next chapter yaa😄

Bye💖

Love Exist | [Blackpink x Seventeen] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang