5

1.5K 144 1
                                    

Rose masih terbaring di kasurnya. Hari ini ia tidak pergi ke kampus karena kondisi tubuhnya yang tak kunjung membaik

"Rose aku membuatkan makanan untukmu" ucap Alice sambil menyimpan nampan di hadapan Rose.

Rose mengubah posisinya menjadi duduk.

"Terimakasih, eonnie" Rose tersenyum.

Saat Rose hendak mengikat rambutnya, pandangan Alice teralihkan pada sebuah tanda lebam yang ada di pundaknya.

"Rose, itu.. apa yang terjadi pada pundakmu?" tanya Alice. "Apa terasa sakit?"

"Tidak. Luka ini tidak hanya ada di pundakku. Tapi juga di bagian lengan dan kaki. Aku pikir, itu hanya sebuah lebam biasa" jawab Rose.

"Baiklah kalau begitu" ucap Alice setelah menghela nafas. "Setelah ini, kau harus bersiap-siap. Kita akan pergi ke rumah sakit" lanjutnya.

Rose mengangguk lalu tersenyum. Ia pun melahap makanan yang dibuat oleh kakaknya.

Alice mengintip Rose dari luar kamarnya. Terasa seperti ada sesuatu yang memukul dadanya dengan sangat keras ketika ia melihat kondisi adiknya saat ini. Bahkan tak jarang Alice menangis, ia sangat bingung apa yang harus dilakukan untuk Rose selanjutnya.

Tuhan, tolong jaga selalu adikku.. - batin Alice

Setelah selesai makan, Rose meraih mantelnya dan bersiap siap untuk pergi ke rumah sakit bersama Alice.

"Eonnie, apakah aku akan dirawat di rumah sakit nanti? Jujur saja aku takut" ucap Rose.

"Ah.. jangan takut. Aku kan ada bersamamu. Aku akan selalu menemanimu" Alice memeluk Rose, dibalasnya pelukan itu oleh sang adik.

Asan Medical Center..

Rose mengikuti Alice masuk ke rumah sakit itu. Disana, ia melihat beberapa pasien yang dilarikan kesana, entah itu karena kecelakaan atau sakit yang parah. Bahkan Rose merasa iba pada beberapa orang yang menangis histeris karena ditinggal oleh orang terdekat mereka.

"Permisi" ucap Alice sambil membuka pintu. Terlihat sebuah ruangan bernuansa putih serta beberapa peralatan medis. Tak lupa dengan seorang pria dengan jas putih yang sedang duduk disana.

"Eh.. masuklah" sambutnya ramah.

Rose dan Alice pun duduk di hadapan dokter itu.

"Jadi, apa keluhanmu?" tanya dokter itu.

"Sebelumnya, aku sudah pergi kemari bersama Rose. Saat itu, kau memberinya obat penambah darah dan penambah stamina" ucap Alice.

"Oh, kau adalah Alice kan? Iya aku ingat" dokter itu tersenyum.

"Aku kembali untuk mengontrol kondisi Rose. Kemarin dia pingsan. Di tubuhnya juga ada beberapa luka lebam. Aku sangat khawatir, dokter" ucap Alice lirih.

"Apa hanya itu gejala yang dialami?" tanya dokter.

"Tidak. Jika aku terlalu kelelahan, aku akan mengalami sesak nafas. Akhir-akhir ini aku mudah lemas. Kepala dan dadaku juga terasa sangat sakit. Terkadang detak jantungku tidak teratur bahkan aku akan pingsan" jelas Rose.

Love Exist | [Blackpink x Seventeen] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang