4

104 21 7
                                    

Aku, Voi dan Yaya memutuskan untuk duduk ditaman, disebuah ayunan besar dari kayu berwarna putih. Ayunan kami mengarah langsung kearah gunung indah yang telah kulihat tadi, bedanya saat ini gunung itu ditutupi oleh cahaya jingga yang menawan. Voi mengatakan bahwa pemandangan yang kulihat tidaklah nyata—hanya sebuah hasil sihir.

Aku menarik nafas panjang. Salah satu peristiwa terberatku telah usai, Raya selamat. Entah apa jadinya bila dia meninggalkanku.

"Tenanglah, ini sudah berlalu. Oh, dan teman laki-lakimu, Kenaz. Dia sedang berkeliling bersama Proderos," ujar Voi. Aku mengangguk. Kejadian dikamar Yaya membuatku hanya terfokus pada keselamatan Raya hingga aku melupakan bahwa aku juga bersama satu temanku. Bila dia dapat berkeliling itu artinya dia selamat dan sehat. Aku tersenyum lega.

"Oh, aku akan menyiapkan makanan...," ujar Voi. Ia berdiri dan merapikan celemeknya. Aku dan Yaya menatapnya lamat-lamat. "Makan malam nanti," lanjut Voi. Dia tersenyum dan segera beranjak pergi meninggalkan aku dan Yaya.

"Dia perempuan yang sangat baik," ujar Yaya. Aku mengangguk setuju, dia memang perempuan yang sangat baik dan penyayang.

Yaya memalingkan wajahnya, membenarkan pakaiannya. "Lihat, sudah lama aku tidak memandang matahari terbenam."

Aku menatap lurus memandangi matahari yang segera tenggelam.

"Enam belas tahun aku hanya memandanginya dari dalam rumah."

"Enam belas tahun?" tanyaku menyelidik kearah Yaya. Yaya menegakan tongkatnya diantara kedua kakinya. Ia menghirup nafas panjang.

"Ya, nak. Terakhir kali, saat aku membantu kelahiran seorang Ratu Ischyri. Seorang gadis lahir tepat saat matahari tenggelam, saat musim dingin tiba. Saat itu tanggal delapan desember."

Yaya tersenyum dan memejamkan matanya. Aku terus menyimak apa yang ia sampaikan. Aku mulai berfikir, waktu kelahiran yang diceritakan Yaya memiliki tanggal yang sama seperti tanggal lahirku. Mungkinkah aku? Tapi, aku sendiri bukanlah keturunan kerajaan.

"Seorang putri manis terlahir, wajahnya sangat mirip dengan Ayahnya, matanya berwarna abu-abu cemerlang, rambut berwarna hitam caramel, sungguh menawan. Yang menjadi pembeda hanya satu, bibirnya—dia memiliki bibir ibunya...," Yaya berhenti sejenak dan menatapku.

Dengan tangan yang sedikit gemetar, tangannya bergerak memegang pipiku. Dia tersenyum,"dan kini dia telah beranjak dewasa. Menjadi gadis yang sangat cantik. Namanya juga terpajang disalah satu pintu kamar tempat ini, Gennaia Gynaika Igetis, itu nama yang diberikan kedua orang tuanya. "

Akukah itu? Ayah dan Ibuku adalah seorang bangsawan Ischyri?

"A-anak, anak itu aku?" tanyaku.

Yaya melepaskan kedua tangannya dari pipiku. "Ya, benar. Itulah sebabnya kau bisa menyembuhkan putri Axio."

Aku mengernyit tak paham. Aku yang menyelamatkan Raya? Aku sendiri tidak tau apa kekuatanku, bagaimana bisa?

"Keturunan murni kerajaan Ischyri memiliki satu keistimewaan. Healer, itu kekuatan tamahan mereka," ujar Yaya. Aku mencoba untuk paham dan menerimanya walau setengah hatiku masih menolak fakta itu.

"Tunggu, aku putri di Ischyri? Dan aku memiliki dua kekuatan? Yaya, aku sendiri tidak tau apa saja kekuatanku dan bagaimana cara menggunakannya." Aku memang sama sekali belum mengenal apa kekuatanku dan cara memakainya. Aku tidak mengenal orang dari Ischyri sebelumnya.

Nightmare [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang