"Ini untukmu." Aku menyodorkan segelas susu hangat pada Kenaz. Ia menerimanya.
"Jadi ini rumahmu?"
"Ya, begitulah. Eh, bagaimana kau dapat kemari?" tanyaku. Kenaz meletakan gelasnya diatas meja disampingnya. "Eh, ada sebuah cahaya biru kecil yang menuntunku."
Aku menatap Klo, ia menaikkan bahunya saat melihatku. "Dan sampai dirumah ini, aku tau ada yang tidak beres. Dan seperti tadi jadinya," lanjut Kenaz.
"Terimakasih, k-kau menyelamatkanku."
"Tidak, harusnya aku yang berterimakasih karena kau telah menyembuhkanku dan itu sudah tanggung jawabku."
"Maaf?"
"Hah? Tidak. Dimana yang lain, eh?" tanya Kenaz gugup.
"Voi, dia kembali ke markas untuk mengabari yang lainnya. Mona, dia baru saja pergi kerumahnya untuk menemui anaknya."
Kenaz ber oh ria menganggapiku. Ia mengambil kembali gelas itu dan meneguknya. Aku mengamatinya, memastikan bahwa gelas itu tidak jatuh. "Jadi kau itu singa? Lalu kekuatan dari Teris Filous?"
Kenaz tampak tersedak mendengarkan pertanyaanku. Reflek tanganku mengatung agar gelas itu tidak jatuh.
"Tak, apa. Kekuatanku yang lain? Lumba-lumba."
Sebuah teriakan dari arah luar menghentikan pembicaraan kami. Sontak aku, Kenaz dan Klo menatap keluar, siapa yang berteriak ditengah malam seperti ini?. Aku hendak berlari melihatnya tetapi Kenaz menahanku. Ia mencoba untuk berdiri tetapi tubuhnya masih sangat lemah.
"Tidak, kau belum pulih," tolakku.
"Kumohon."
Aku menatap iba Kenaz. Kubenamkan wajahku untuk beberapa saat untuk berfikir. Kudongakkan wajahku dan menatap Klo. Ia mengangguk, ia mendengar apa yang kukatakan dalam hatiku.
"Baik," Ucapku. Aku berdiri dan meraih tangannya, dia tampak kebingungan. Kupejamkan mataku, cahaya biru lembut mengalir dari tubuhku ketangan Kenaz. Ia semakin bingung dan merasa aneh.
Kubuka mataku dan menatap Kenaz. "Wow." Kenaz melompat dari tempat tidurnya. "Terimakasih lagi, Tuan Putri." Kenaz membungkukkan tubuhnya dan segera mengajakku keluar. Aku dan Klo membuntutinya. Kuangkat jempolku kearah Klo, dengan sangat percaya diri dia menunjukkan wajah cantiknya. Aku tertawa.
Kami berhenti diruang keluarga, melihat dari kaca yang telah diperbaiki oleh Mona, kami ingin mengetahui apa yang terjadi. Teriakan itu terus menggema. Teriakan yang sama seperti dalam mimpiku. Aku terdiam, terbayang-bayang bagaimana sosok itu menancapkan jarum raksasanya dikepala adikku.
Itu artinya kami harus berhati-hati. "Sebentar," ujarku. Kenaz dan Klo menatapku bingung. "Kita harus wapada."
Klo dan Kenaz mengangguk. Aku mengedipkan mataku kearah Klo, gadis itu mengangguk paham. Kenaz hendak berlari melalui pintu keluar, kuhentikan langkahnya. Dia bertanya dengan bahasa tubuhnya, aku menggeleng. Kugenggam Klo dan kuulurkan tanganku kearah Kenaz. Ia menerimannya dengan raut wajah yang bingung. Ketika kami semua berpegangan, tubuh kami berubah menjadi transparan tetapi kami masih dapat melihat satu sama lain. Kecuali Kenaz kepada Klo. Aku sendiri juga sedikit terkejut, ini pertama kali aku melakukan itu.
Kenaz mengernyit tak mengerti. "Akan kujelaskan nanti," ujarku. Aku memimpin, menembus kaca dan terbang kearah suara itu, seorang gadis berteriak didalam kamarnya yang menghadap kerumahku.
Kami menembus tembok kamarnya dan mendapati anak gadis berteriak, menjambak rambutnya seperti orang kesakitan. Ibu dan Ayah gadis itu mencoba menyadarkannya, mereka tampak panik dan sedih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare [ END ]
Fantasia[ Fantasy ] Banyak hal ganjil yang terjadi saat kita terlelap. Salah satunya mimpi, bunga tidur kadang dapat membawa dampak yang luar biasa bagi segelintir orang. Takdir ini mengharuskanku melawan mimpi burukku. Karena itulah jalan satu-satunya ag...